Wattpad Original
There are 2 more free parts

Bab 6

4.7K 321 10
                                    

Ini adalah perjumpaan kedua mereka dan laki-laki itu tersenyum dengan kurang ajar padanya. Ivy tidak tahu bagaimana laki-laki bermata biru itu bisa mengenalinya, padahal mereka hanya bertemu sesaat di malam yang gelap. Saat itu ia memakai tudung yang menyembunyikan rambut dan sebagian wajahnya. Bagaimana bisa bertemu lagi di tempat seperti ini? Kebetulan ataukah memang ia diikuti?

"Apa kau menguntitku?"

Pertanyaan Ivy membuat Xavier tergelak. Rambutnya yang tergerai di tengkuk bergerak karena tawa. "Untuk apa aku menguntitmu? Secara kebetulan aku sedang melewati tempat ini untuk berbelanja makan malam saat tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan penjual. Lihat, orang-orangku sedang membeli barang juga di sini."

Xavier menunjuk beberapa orang di belakangnya. Maedoc dan Mael meraih barang apa pun yang ada di samping mereka. Mael tanpa sengaja mengambil barang belanjaan seorang nenek tua dan mendapatkan makian. Sedangkan Zena membalikkan tubuh dan berpura-pura tertarik dengan sulaman sapu tangan. Tidak ada yang membawa sayur mayur atau daging, tapi Xavier tidak peduli.

Ivy menyipit. "Kau membeli gelang itu dan menawarkan padaku?"

"Bukan menawarkan tapi membuat kesepakatan."

"Apa aku harus setuju?"

"Oh, kau boleh tidak setuju My Lady, tapi sebenarnya kesepakatan ini sangat baik dan menguntungkan untukmu. Bukanya kau tadi mengatakan ingin membeli bunga untuk membuat kantong wangi."

Kali ini Ivy melotot. "Kau bahkan mengupingku? Orang macam apa kau ini? Tidak pantas seorang ksatria sepertimu menguntit dan mencuri dengar pembicaraan orang lain."

Lagi-lagi Xavier tertawa, membuat Meadoc dan lainnya bertukar pandang bingung. Tidak biasanya melihat tuan mereka tertawa begitu lepas, terlebih saat bicara dengan seorang gadis. Selama ini Xavier terkenal sangat menjauhi gadis-gadis dan bersikap dingin pada mereka karena tidak ingin terlibat urusan romantika. Nyatanya, Ivy melakukan sesuatu yang membuat Xavier tertarik dan itu hal yang sangat luar biasa menurut mereka.

"My Lady, tidak ada hal penting darimu, sampai aku harus menajamkan pendengaran. Jangan-jangan kau memang mengetahui rahasia kerajaan Burgia? Memangnya siapa kau? Seorang princess atau duchess?"

Ivy menggeleng lemah. "Bukan keduanya."

Jawaban Ivy membuat Oriel dan Lothar bertukar pandang. Memang Ivy sering berpesan untuk tidak membuka jati diri di tempat umum, meskipun mereka tidak suka tapi mematuhi apa yang diperintahkan.

"Jadi bagaimana dengan kesepakatan? Apakah kau tidak tertarik dengan gelang ini?"

Gelang itu terpampang dengan nyata di hadapan Ivy, membuatnya terpikat dan ingin memiliki. Namun, ia tidak tahu kesepakatan apa yang diingin laki-laki bertopeng hitam di depannya.

"Apa yang kau inginkan dariku?"

Xavier mendekat, Ivy mundur. Tangannya terentang untuk menangkap pinggang Ivy. Lothar mencabut pedang dan mendesis, Maedoc serta pengawal Xavier pun mencabut senjata mereka. Xavier menggeram pelan.

"Mundur!"

"Lepaskan aku," bisik Ivy gugup. Baru pertama kali ia begitu dekat dengan laki-laki, bahkan dengan Richard pun tidak pernah seperti ini. Jantungnya bergetar dan dada berdebar tidak menentu.

Mengendus udara di sekitar rambut dan pundak Ivy, Xavier berucap lirih. "Aku suka dengan wangi tubuhmu. Wewangian apa yang kau gunakan?"

Ivy menggeleng perlahan. "Aku tidak memakai wewangian apa pun."

"Bagaimana mungkin? Mungkin kau membawa kantong wangi?"

"Itu juga tidak. Sekarang, bisa lepaskan aku?"

Rebel PrinceWhere stories live. Discover now