02. Dosen Killer

1.1K 19 0
                                    

Sepeninggal Grace, Bryan pun segera menuju kelasnya karena dosennya akan segera tiba dalam beberapa menit kemudian.

Ia sangat malas sebenarnya untuk berangkat kuliah hari ini. Tapi apa boleh buat, dosennya kesayangannya yang satu ini sangat galak. Beliau tidak akan mentolerir mahasiswa yang terlambat datang ke kelasnya.

Beliau akan mengancam seluruh mahasiswanya yang terlambat datang untuk tidak akan memberi mereka nilai selama satu semester. Bahkan beliau bisa membuat mahasiswanya mengulang semester tahun depan.

"Gue tebak pasti lo berangkat bareng Grace lagi." tebak Alaric tepat sasaran.

"Ya iya lah. Gue sama dia juga punya jadwal yang sama." jawab Bryan.

"Gue heran deh sama kalian berdua. Kalian kan udah temenan tuh dari kecil, terus kenapa kalian gak jadian aja sih?" timpal Matteo.

"Kenapa gue harus jadian sama dia?" tanya Bryan setelah mendudukkan diri di bangkunya.

"Gue gemes anjir liatnya! Lo sama dia kaya orang pacaran." ujar Matteo.

"Lagian nggak ada ya yang namanya sahabatan antara cewe sama cowo. Itu pasti kalo nggak salah satu, pasti salah duanya punya perasaan." timpal Alaric.

"Nggak bakal! Gue sama dia cuma temenan kaya biasa. Nggak ada perasaan lebih." ucap Bryan menyangkal.

"Awas kalo lo jilat ludah lo sendiri. Gue ketawain abis abisan sih." ujar Matteo.

"Cewe-cewe yang suka sama gue banyak. Bahkan ada beberapa dari mereka yang berani ngomong langsung atau kasih hadiah ke gue. Jadi gue rasa, gue nggak punya alasan buat suka sama sahabat gue sendiri." sahut Bryan.

"Ya, perasaan kan bisa berubah kapan aja. Mana tau kan kalo ternyata jodoh lo Grace?" imbuh Alaric.

"Apa sih? Ngaco lo pada!" sahut Bryan sembari menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan di atas mejanya.

Tak berselang lama, dosen kesayangannya Bryan pun tiba tanpa memberi aba-aba.

Kelas yang mulanya ramai menjadi hening ketika beliau datang.

"Selamat pagi." sapa Pak Hassan, guru killer yang dimiliki oleh fakultas hukum.

Dosen tersebut cukup terkenal dikalangan mahasiswa fakultas hukum. Karena dosen killer yang satu ini tidak akan memberikan toleransi apapun kepada mahasiswanya.

Beliau cukup tegas dalam memberi hukuman kepada mahasiswanya yang tidak mau mengikuti aturannya. Dan dosen yang satu ini juga cukup pelit memberi nilai.

"Pagi, Pak." sapa seluruh mahasiswa yang berada di ruangan tersebut.

"Hari ini kita akan mengadakan kuis. Saya beri waktu kalian untuk belajar selama enam puluh menit, kemudian silahkan simpan buku-buku kalian di dalam tas." ujar Pak Hassan.

Para mahasiswa tidak heran jika dosennya yang satu ini sering sekali mendadak jika memberikan kuis.

Tapikan tetap saja, yang namanya mahasiswa kupu-kupu seperti mereka tidak memiliki persiapan apapun untuk kuis yang kerap diberikan Pak Hassan. Ya meskipun ada beberapa dari mereka yang merupakan anak organisasi, tapi itu sama sekali tidak menjamin bahwa mereka bisa dengan lancar jaya mengerjakan kuis yang diberikan oleh dosen kebanggaan mereka yang satu ini.

"Ini bapak seneng amat dah ngasih kejutan tiba-tiba." ujar Matteo berbisik.

"Makanya kalo punya buku tuh dibaca. Jangan cuma disimpen di dalem tas!" sahut Alaric.

"Kaya lo belajar aja!" sentak Matteo.

Enam puluh menit kemudian telah berlalu. Sekarang adalah saat yang dijanjikan oleh dosen kebanggaan mereka untuk mengadakan kuis.

"Oke, time's up! Silahkan simpan buku kalian dan mulai kerjakan kuis yang saya berikan. Saya sudah meng-upload link nya di grup kelas." ujar Pak Hassan.

Mereka mengerjakan kuis yang diberikan oleh dosen mereka. Ada yang dengan santai mengerjakannya, ada yang kebingungan dengan soal analisis. Sedangkan Bryan dengan santai menjawab soal-soal tersebut.

Bryan memang memiliki kelebihan otak yang cerdas. Jadi pelajaran apapun yang diterimanya, akan sangat mudah untuk ia pahami.

Bahkan semasa sekolah menengah ia pernah mewakili sekolahnya untuk mengikuti olimpiade sains dan menduduki peringkat pertama saat olimpiade.

"Lo nggak mau bagi-bagi jawaban ke kita, Yan?" tanya Matteo berbisik.

"Gak!" ujar Bryan singkat.

"Sharing is caring, elah." imbuhnya.

"Kalau ada pertanyaan yang sekiranya kurang dipahami, silahkan tanyakan kepada saya!" ujar Pak Hassan.

Suara Pak Hassan membuat Matteo panik sendiri di bangkunya. Ia pikir ia akan dikeluarkan dari kelas.

Beberapa menit telah berlalu dan mata kuliah dosen killer tersebut pun sudah selesai.

"Berhubung waktu sudah habis, jadi saya akan mengakhiri pertemuan kita hari ini. Dan bila ada nilai yang kurang dari rata-rata, silahkan temui saya untuk menanyakan tugas lanjutan." ucap Pak Hassan.

"Selamat beristirahat. Selamat pagi." imbuhnya sebelum meninggalkan ruangan.

"Huh gila. Kalo nilai gue di bawah rata-rata pasti gue bakal ketemu sama tu dosen killer satu itu." ujar Matteo menggerutu.

"Kalo udah takdir terima aja kali." timpal Alaric.

"Semoga nilai lo juga di bawah rata-rata deh. Biar gue ada temennya buat ketemu sama tu dosen."

"Enak aja! Doa lo jelek banget." sentak Alaric.

"Ayo kantin!" ajak Bryan pada kedua temannya.

"Yuk ah. Ngebul otak gue buat mikir." sahut Matteo.

"Kayak lo mikir aja!" cibir Bryan.

"Lagian lo pelit banget dimintain jawaban dikit doang." timpal Matteo.

"Suka-suka gue dong." ujar Bryan seraya berjalan di depan dan meninggalkan kedua temannya di belakang.

~••••~

Mohon tandai typo...

GRACIANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang