11. His Touch

1.3K 20 1
                                    

Bryan sempat terdiam untuk sepersekian menit. Ia tak menyangka bahwa Grace akan memberinya izin untuk melakukan sesuatu yang belum pernah Bryan bayangkan.

Tumbuh bersama sejak kecil menjadi alasan kenapa Bryan sangat menjaga Grace. Terlebih lagi karena Grace adalah anak tunggal perempuan yang sering ditinggal bepergian oleh kedua orang tuanya.

Tapi apa sekarang? Grace memberinya izin untuk menjamah tubuhnya? Ia tidak salah dengar 'kan? Bryan ingin kembali waras seperti sebelum-sebelumnya. Namun untuk saat ini cukup sulit.

Dorongan hasrat yang cukup kuat, serta izin dari Grace yang membuat jantungnya terpacu lebih cepat saat ini. Ia merasa benar-benar gila sekarang.

"Bry.." ujar Grace yang sedari tadi hanya bertanya-tanya atas diamnya Bryan. Apa lelaki itu berubah pikiran sekarang? Jika Bryan berubah pikiran, entah kenapa rasanya tidak rela.

Ia merasakan getaran aneh ketika Bryan menyentuh dadanya dari balik bajunya. Grace adalah gadis dewasa dan ia juga bukan gadis polos yang tak tau bahwa saat ini ia cukup terangsang dengan sentuhan Bryan.

"Are you sure, Grace? You sure gave me permission to touch it?" tanya Bryan yang sekali lagi memastikan.

Bryan tidak yakin ia bisa menghentikan dirinya ketika Grace benar-benar memberi izin. Namun jika berhenti sekarang rasanya juga percuma. Baik Bryan maupun Grace sama-sama menginginkannya.

"Gue nggak mau naif, Bry. I like your touch." Grace mengatakan hal itu dengan jujur.

Grace suka sentuhan Bryan, Grace suka cara Bryan memperlakukannya, Grace suka semua hal tentang lelaki ini.

Grace akui bahwa dia sudah jatuh terlalu dalam pada sahabatnya ini. Grace bahkan sudah menyimpan perasaannya pada Bryan sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Tapi Grace terlalu takut untuk mengakui perasaannya. Ia tak mau Bryan menjauh darinya ketika ia mengungkapkan perasaannya pada lelaki ini. Grace juga tau bahwa tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan.

Melihat keraguan di mata Bryan, Grace yang akan memulainya lebih dulu sekarang.

Tangan Grace bergerak merambat menyentuh kedua pipi Bryan kemudian menyatukan bibir mereka dengan lembut. Grace mencecap bibir bawah Bryan.

Ciuman itu terjadi hanya sepersekian detik. Karena Grace tidak merasakan Bryan akan membalas ciumannya, ia segera melepaskan bibir itu.

Namun belum sempat ia menjauhkan bibirnya, Bryan sudah lebih dulu melumat bibirnya dengan rakus.

Ciuman ini terasa begitu menggebu-gebu dan semakin membakar gejolak yang ada di tubuh mereka.

Tangan Bryan juga tidak tinggal diam, ia segera melepas cardigan yang dipakai Grace kemudian menurunkan tali spaghetti yang ada di bahu Grace.

Bryan melepaskan ciuman mereka kemudian menatap dada sintal di hadapannya. Baju tidur Grace sudah turun hingga ke perutnya.

Grace sebenarnya malu ketika bagian privasi dari tubuhnya terlihat oleh orang lain. Tapi ia juga tak munafik kalau dia juga menginginkannya.

Mata Bryan tak pernah beralih dari bulatan padat dihadapannya. Meskipun Grace masih mengenakan strapless bra, tapi ia bisa melihat betapa cantiknya kedua gumpalan kenyal milik Grace.

"Bry, gue malu.." ujar Grace dengan suara sepelan mungkin.

Pasalnya dari tadi Bryan hanya melihat kedua gumpalan kenyal itu tanpa berniat melakukan apapun.

"Kenapa harus malu? They look so beautiful, Grace." sahut Bryan sembari menatap mata Grace.

"Ya lo ngeliatnya sampe kaya gitu. Kan gue malu jadinya." apa Bryan tak tau kalau Grace sedang menahan malu ketika bagian tubuh yang menjadi privasinya dilihat sebegitu intens oleh seorang laki-laki.

"Gue masih nggak nyangka kalo ternyata mereka tumbuh subur." ujar Bryan dengan senyum mengejeknya.

"Tumbuh subur lo kira apaan!" sentak Grace.

"May I touch them, right now?" tanya Bryan untuk yang entah ke berapa kalinya.

"Lo tanya sekali lagi gue kasih piring cantik ya, Bry!" Grace cukup gemas dengan pertanyaan Bryan. Kenapa pula ia bertanya begitu, Grace kan jadi malu.

"Gue buka boleh?" tanya Bryan lagi dan lagi.

"Lo bisa nggak, jangan tanya-tanya kaya gitu? Gue malu, sialan!" sentak Grace.

Sumpah demi apapun wajah Grace saat ini sudah seperti kepiting rebus. Sangat merona.

"Gue tanya karena gue butuh izin lo." ujar Bryan namun tak urung tetap membuka strapless bra milik Grace.

"Grace, gue nggak bohong. Punya lo cantik banget!" ujar Bryan setelah membuka strapless bra milik Grace kemudian mengusap lembut salah satu gundukan tersebut.

Bryan tak bohong ketika mengatakan kedua bongkahan kenyal milik Grace sangat cantik. Sepertinya Grace benar-benar merawat kedua bongkahan itu dengan baik. Dada sintal yang tak terlalu besar juga tak terlalu kecil, areolanya berwarna coklat terang dengan puting kecil yang tampak malu-malu untuk menampakkan diri.

Grace sudah tak tau lagi harus merespon ucapan Bryan seperti apa. Karena saat ini Grace sudah sangat menikmati sentuhan Bryan pada kedua payudaranya.

"Mereka lucu, Grace. Kaya squishy." Bryan mengatakan hal itu sembari meremas lembut kedua bongkahan itu.

Tak lupa juga Bryan memainkan puting kecil yang tampak malu-malu itu. Dia menjepitnya dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Hingga beberapa saat setelahnya puting tersebut tegang dan sedikit membengkak.

"Bry, jangan dimainin kaya gitu. Geli!" ucap Grace seraya menahan desahannya.

Bryan tak menggubris ucapan Grace sama sekali. Ia malah semakin meremas kedua gundukan tersebut dengan brutal dan menarik-narik kedua puting Grace.

~••••~

Harap bijak dalam memilih bacaan!
Kalau nggak suka silahkan skip ceritanya.
Thanks to all of the readers. See you🤗

Mohon tandai typo...

GRACIANNAWhere stories live. Discover now