20. He's Gentleman

311 18 1
                                    

Halo...
adakah yang masih nungguin Gracianna update? kalau memang masih ada yang nungguin Gracianna update, author berterima kasih sekali. Maaf untuk ketidakpastian update Gracianna.

Happy Reading🐣

🎀🎀🎀

Jalanan masih cukup ramai di jam jam seperti ini. Bryan mengendarai mobilnya cukup santai karena ia sedang tidak terburu-buru. Padahal di lain tempat, kedua temannya sudah mengeluarkan kata-kata mutiara karena keterlambatan Bryan.

"Pokoknya nanti di sana lo nggak boleh jauh-jauh dari gue!" ucap Bryan yang Grace sendiri lupa sudah berapa kali diucapkan oleh laki-laki di sampingnya.

"Gue bukan anak umur dua tahun yang butuh pengawasan dari orangtuanya, Bryan." sahut Grace yang sudah lelah menanggapi tingkah aneh Bryan.

"Tetep aja, Grace. Di sana itu tempatnya predator nyari mangsa."

"Gue udah gede, Bry. Gue bisa jaga diri. Ini juga bukan kali pertama gue ke tempat kaya gitu."

"Lo susah banget dibilangin. Gue cuma nggak mau lo kenapa-kenapa."

Tidak tahukah Grace, bahwa Bryan sedang menahan dirinya untuk tidak menyumpah serapahi sifat keras kepala yang dimiliki oleh Grace?

Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. "The Devil's" adalah tempat yang cukup sering didatangi oleh Bryan dan teman-temannya.

Bryan dan Grace berjalan beriringan memasuki night club tersebut. Bryan dengan posesifnya memeluk pinggang ramping Grace ketika dia mendapati mata penuh hasrat itu memandangi tubuh molek Grace.

"Bry, apaan sih? Malu tau diliatin orang-orang." bisik Grace pada Bryan sembari melepaskan pelukannya.

"Lo nggak liat cowo cowo brengsek itu ngeliatin lo sejak kita masuk tadi?"

Bryan geram sendiri melihat tatapan lapar para lelaki disini. Ingin rasanya Bryan mencolok kedua bola mata mereka.

Sesampainya Bryan pada teman-temannya, ia langsung menduduki sofa yang sudah di reservasi oleh Matteo dan menarik Grace untuk duduk di sebelahnya.

"Pantesan lama. Sama Grace ternyata." ujar Matteo.

"Halo, Grace. Ketemu lagi kita." sapa Alaric.

"Oh, hai Alaric, hai Matteo." sapa Grace pada kedua teman Bryan.

"Udah lama banget kita nggak ketemu." tukas Alaric.

"Emang kenapa kalo ketemu?" sentak Bryan tak suka.

"Ya nggak kenapa-kenapa sih. Ngobrol doang palingan. Atau kalo nggak sabi lah sambil nonton." sahut Alaric dengan mengedipkan sebelah matanya untuk Grace.

"Gue colok ya mata lo!" ujar Bryan.

"Santai aja brodi. Sensi amat." ucap Matteo menimpali.

"Gue pesenin orange juice dulu buat lo. Jangan kemana-mana!" ucap Bryan penuh peringatan.

"Iya-iya bawel." sahut Grace dengan memutar bola matanya.

"Bryan posesif gila sama lo." ujar Matteo sepeninggal Bryan.

"Nggak tau juga gue. Padahal dulu nggak gitu." sahut Grace.

"Kenapa kalian berdua nggak jadian aja sih?" tanya Alaric.

"Apaan sih! Gue sama Bryan pure sahabatan." sanggah Grace.

Asal mereka berdua tahu, Grace berusaha keras menyembunyikan pipinya sudah memanas ketika mereka mengatakan hal itu. Untungnya terbantu cahaya remang-remang yang berada ditempat itu.

"Nggak ada yang namanya sahabatan antara cewe sama cowo." sahut Matteo seraya menyesap vodka miliknya.

"Betul! Pasti diantara kalian ada yang punya perasaan lebih dari sahabat." timpal Alaric membenarkan.

"Kalian berdua nggak usah ngaco deh. Gue sama Bryan nggak ada perasaan apapun."

Setelahnya Bryan datang membawa orange juice yang ia pesan tadi bersama dengan beberapa cemilan lainnya dan memberikannya kepada Grace.

"Thanks." ucap Grace setelah menerima gelas yang diberikan oleh Bryan.

"So sweet banget temen kita yang satu ini." ujar Alaric menyoraki.

"Yoi bro." sahut Matteo.

"Berisik kalian berdua!" sentak Bryan seraya meminum whiskey.

Sedangkan di sampingnya, diam-diam Grace memerhatikan segala tingkah Bryan. Dari bagaimana cara lelaki itu memperlakukannya, bagaimana cara lelaki itu selalu mengutamakan keselamatannya, bagaimana cara lelaki itu selalu menjaganya.

Grace tidak janji bahwa ia akan bisa menjaga hatinya untuk tidak terlalu jatuh kepada Bryan. Jika dilihat pada kenyataannya sekarang, Grace pun sudah mengaku kalah. Dia sudah jatuh kepada Bryan.

Namun satu hal pasti yang sedang Grace pikirkan saat ini hanyalah, he's gentleman.

Tanpa Grace sadari, ternyata kedua teman Bryan sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ehm, gue punya ide." Alaric berdehem untuk memecah suasana.

"Ide apaan?" tanya Bryan seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Rasanya nggak seru kalo kita cuma ngobrol-ngobrol biasa disini," jeda Alaric

"Gimana kalo kita main Drink or Dare?" lanjutnya.

Matteo yang seolah tahu kemana arah pikiran Alaric pun menyetujui saran Alaric.

"Gue setuju!"

"Lo gimana, Grace? Mau join?" tanya Alaric.

"Nggak usah aneh-aneh!" peringat Bryan yang sudah melayangkan tatapan tajamnya untuk Alaric dan Matteo.

"Boleh! Gue join." sahut Grace.

"Oke. Sekarang giliran lo. Mau join?" tanya Alaric kepada Bryan dengan smirk yang tercetak jelas pada raut wajahnya.

Mau tak mau Bryan mengikuti kehendak teman-temannya. Jika tidak begitu mereka berdua pasti akan melakukan hal-hal yang lebih konyol daripada ini.

"Gue join." tukas Bryan.

🎀🎀🎀



GRACIANNAWhere stories live. Discover now