01 - Park Sunghoon

976 111 7
                                    

| Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

— × —

Pukul delapan di kediaman Park masih tampak begitu sepi dan tenang.

Park Sunghoon, sang panglima perang yang di elu-elukan oleh para bangsawan dan pihak kerajaan itu kini bersiap dengan seragam dinasnya.

Siapa yang tak mengenal dirinya. Sejak di akademi namanya sudah menjadi sorotan karena prestasi yang ia capai. Bergabung dengan militer setelah lulus semakin mengharumkan namanya. Title panglima yang tersemat di depan namanya menjadi bukti perjalanan nya yang panjang.

"Tuan muda Jungwon menunggu anda di bawah, tuan Sunghoon," Nino, kepala pelayan di kediaman park berujar sopan sembari memberikan laporan mingguan untuk Sunghoon.

Tak ada jawaban yang di berikan, Sunghoon mengecek berkas yang baru saja ia terima.

"Kerja bagus. Aku ingin laporan kedepannya tidak seperti minggu kemarin," nadanya tegas, tak ingin di bantah. "Apa Jungwon telah siap pergi?"

"Sudah, tuan. Tuan muda menunggu anda untuk berpamitan."

Sunghoon mengangguk dan berjalan keluar dari ruang kerjanya diikuti Nino di belakangnya. Ia juga sempat berhenti di depan pintu tak jauh dari ruang kerjanya. Melirik ke arah celah pintu yang terbuka.

"Bagaimana dengannya?"

"Tuan Jaeyun masih sama, para dokter masih belum bisa memastikan kapan beliau akan bangun."

Nino memperhatikan raut wajah Sunghoon yang lempeng. Berharap ada sedikit rasa khawatir yang terselip di wajah tersebut. Namun wajah itu tetap sama, bahkan terkesan tidak perduli dengan apa yang menimpa Jaeyun yang notabenenya adalah pasangan hidupnya.

Beberapa minggu lalu, Jaeyun sengaja di racun saat perjamuan makan yang dilaksanakan di istana. Beruntungnya pihak kerajaan memiliki priest yang siaga. Namun efek samping dari racun tersebut membuat Jaeyun tertidur. Dan hingga saat ini tak ada yang tahu kapan pria manis bersurai blonde itu bangun.

Sunghoon mengangguk kecil dan berlalu dari sana. Menuruni anak tangga menuju ruang tengah dimana putra kecilnya tampak siap untuk hari pertamanya pergi ke sekolah.

"Selamat pagi ayah." Sapanya kecil.

Namanya Park Jungwon, buah hatinya dengan Jaeyun. Umurnya baru menginjak 6 tahun beberapa bulan lalu. Tak ada hal lain yang dapat ia ingat.

Sunghoon beberapa kali pergi ke medan perang untuk waktu yang lama dan berdekatan. Ia tak punya banyak waktu untuk menemani atau bercakap dengan Jungwon di sela kepulangannya.

Hubungan keduanya cukup kaku dan aneh. Mereka tak saling berbicara, hanya saling menyapa kecil bila di perlukan. Jungwon adalah anak yang mandiri sementara Sunghoon tak begitu peduli selama ia telah memberikan segala yang di inginkan penerusnya itu.

"Nimo akan mengantarmu ke sekolah, jangan melakukan hal yang tidak penting."

Jungwon mengangguk lalu menggandeng tangan Nio— pengasuhnya. Keduanya berjalan menuju luar meninggalkan Nino dan Sunghoon di ruang tengah.

"Jemput Jungwon pada pukul dua belas. Aku lembur malam ini, jangan biarkan siapapun menyusup kemari." Titahnya pada Nino yang di angguki pasti.

Sunghoon keluar setelahnya, berjalan menuju mobilnya yang telah di panaskan di depan pintu.

Harinya baru saja dimulai ketika menginjakan kaki di balai pertahanan.

"Selamat pagi, panglima Park!"

Sunghoon tak perlu repot-repot membalas setiap sapaan para prajurit di sepanjang jalan menuju ruang kerjanya.

Tumpukan berkas yang menggunung menunggu untuk di tandatangani menjadi pemandangan mencolok ketika ia sampai.

Hari liburnya tak menghentikan setiap berkas yang datang.

Dengan telaten dan teliti ia menelaah setiap berkas, menimbang apakah berkas tersebut layak untuk di setujui atau tidak. Sejak kepulangannya dari medan perang beberapa bulan lalu, ia belum di perbolehkan kembali ke medan luar. Padahal ia berharap untuk kembali melatih prajurit yang terlihat masih butuh di asah itu.

Mengajukan banding untuk pindah tugas di persulit oleh atasan. Alasan yang mereka gunakan tak masuk akal menurutnya.

"Kau sudah berusaha keras. Kau pasti lelah dan memiliki banyak trauma medan perang. Kali ini kau hanya perlu duduk dan memeriksa berkas dan data-data."

Ia memijit pangkal hidungnya lelah. Melirik jendela besar di dekatnya yang memperlihatkan prajurit yang sedang berlatih.

"Apa yang di lakukan bocah itu? Cara memegang pistolnya salah total."

Melihat para prajurit itu semakin membuatnya kesal. Mereka masih awam dengan dunia militer yang keras.

Ketukan pintu terdengar lalu masuk seorang pria dengan seragam lengkap.

"Kudengar kau di bebas tugaskan dari tugas lapang."

Sunghoon memutar malas matanya. Lee Heesung, pria di depannya ini adalah sahabat karibnya sejak di akademi.

"Ajuan bandingku di tolak."

Heesung duduk di kursi panjang yang ada dalam ruangan. Mengambil salah satu surat kabar yang dibiarkan tergeletak di atas meja.

"Aku setuju dengan mereka. Kau sudah lama berada di lapangan. Belum lagi kejadian beberapa minggu lalu di jamuan makan," pria itu melirik Sunghoon yang tidak terlalu memperdulikan ucapannya. "Bagaimana kabar Jaeyun?"

Park Jaeyun, laki-laki klan Shim yang kini menyandang status sebagai pasangan hidupnya itu sama seperti laki-laki carrier lainnya. Meskipun tak dapat di pungkiri Jaeyun lebih memikat karena dia adalah laki-laki dari bangsawan terpandang. Berpendidikan, tutur kata yang sopan dan punya etika, jelas Jaeyun adalah laki-laki carrier yang banyak di idamkan.

Pernikahan mereka pun bukan berlandaskan cinta. Sunghoon di desak untuk mendapatkan keturunan dan Jaeyun adalah kandidat terpilih yang tetua pilihkan untuknya.

Pernikahan mereka pun sederhana. Tak ada obrolan dari keduanya. Malam pernikahan mereka pun di paksakan dengan kedua mempelai meminum jus yang sudah di sabotase.

Tak ada ingatan berarti selain keduanya bangun dengan keadaan telanjang di satu kasur yang sama, keduanya juga tidak bodoh bahwa mereka baru saja memadu kasih.

"Masih sama."

"Kau harus lebih memperhatikan Jaeyun dan Jungwon. Kau tau, keluarga itu lebih berharga dari yang kau kira."

Tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak Sunghoon tentang hubungan keluarga yang di elu-elukan banyak orang. Lagi pula sejak awal dirinya dan Jaeyun berkeluarga tak pernah ada rasa cinta yang terselip. Dan Sunghoon tak pernah membutuhkan keluarganya untuk hadir mendampingi dirinya.

|You and Dandelions

©Zorosei 2023

You and Dandelions | sungjakeWhere stories live. Discover now