14 - Collapse

484 86 16
                                    

|Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

—————

"Jadi sejak kapan kau ada disini, Bocah?!" Tanya Sunghoon tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang entah kenapa hari ini menjadi lumayan padat.

"Tanya saja kakak cantik itu! Aku hanya menurut." Jongseong melengos, lalu kembali berbicara pada Jungwon tentang banyak hal.

"Tidak menyebutku paman lagi?" Jaeyun bertanya jahil.

Jongseong bersidekap dada. "Itu karena tadi aku tidak memperhatikan. Kakak cantik jangan marah. Apalagi paman bermuka masam itu ada disini. Merusak suasana."

Jaeyun terkikik melihat ekspresi Sunghoon yang kini terlihat kesal bukan main. Kapan lagi Jaeyun bisa melihat ekspresi tersebut di hari-hari biasa.

"Kakak cantik mau tidak aku kenalkan pada pamanku! Tenang saja pamanku itu pastinya lebih hebat dari paman itu." Jongseong melirik Sunghoon dengan senyum mengejek yang terlihat jelas di bibirnya.

"Tentu." "Jaeyun!"

"Yess!!" Jongseong mengepalkan tangannya semangat.

"Kak Jaeyun tenang saja. Pamanku lebih tampan dari dia. Aku jamin kakak tidak menyesal." Bocah itu kini berbalik pada Jungwon di sampingnya, memanggil kecil dengan nada gembira. "Jungwon. Jungwon."

"Kenapa kak Seongie?"

"Jungwon mau tidak punya ayah bar— HEY MENYETIRLAH DENGAN BAIK! KITA BISA CELAKA." Jongseong melotot sembari mengelus dadanya yang berdetak kencang.

Bagaimana tidak kaget, kendaraan mereka yang di setir Sunghoon tiba-tiba oleng mendadak.

Jaeyun menoleh ke arah kursi belakang dimana Jongseong dan Jungwon berada. Memekik gemas melihat Jongseong yang memeluk Jungwon meskipun terlihat anak itu berusaha menetralkan detak jantungnya sendiri. "Kalian tidak apa?"

"Hanya kaget, kak. Tidak apa." Jongseong beralih pada Jungwon, menepuk punggung anak itu, berusaha menenangkan.

"Paman kalau tidak bisa menyetir mending pulang saja. Aku akan telpon pamanku. Dia pandai menyetir."

Sunghoon mengatur nafasnya, mencoba untuk tidak terpancing omongan bocah itu. Belum lagi kepalanya yang kini jadi terasa berat.

"Sunghoon, kau tak apa? Kita bisa menepi kalau kau sedang tak enak badan." Jaeyun bertanya khawatir.

Wajah sang suami pucat, keringat sebiji jagung turut menghiasi wajah tersebut. Bagaimana bisa Jaeyun tidak khawatir.

Sesuai saran dari Jaeyun. Sunghoon menepikan mobilnya dipinggir jalan. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi. Kepalanya berat, pandangan nya berkunang, tubuhnya terasa tidak nyaman. Memijit pelan pelipisnya Sunghoon kembali mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan.

"Ayah?" Jungwon tentu merasa ada yang janggal pada sosok ayahnya.

Jaeyun menempelkan punggung tangannya pada dahi sang suami. Begitu rasa panas menjalar pada punggung tangannya, ia segera melepas sabuk pengaman miliknya. Jaeyun berjalan keluar untuk menghampiri Sunghoon yang ada di balik kemudi.

"Suhu tubuhmu tidak normal." Bisik Jaeyun khawatir.

Sunghoon sudah lemas bukan main. Sudah dapat di pastikan bahwa ia tak dapat lanjut menyetir.

"Jongseong kamu pindah ke depan, bisa? Ambil telpon genggam milik kakak, lalu hubungi pamanmu. Kamu hafal nomor teleponnya?"

Jongseong mengangguk lalu merangkak kedepan dan mulai melakukan apa yang Jaeyun perintahkan padanya.

You and Dandelions | sungjakeWhere stories live. Discover now