Yang tak di ceritakan bagian 1

468 87 18
                                    

|Apresiasi penulis dengan vote dan berkomentar, terimakasih.

—————

"Pertama kali kita bertemu? Tentu saja saat hari pelantikan di akademi." Jawab Sunghoon mantap.

Jika ingatan Sunghoon hanya sebatas itu maka ingatan Jaeyun terpatri jauh sebelum itu.

Di kehidupan ini ia bertemu dengan Sunghoon saat ia baru berusia enam tahun. Tepatnya di istana putih ketika ulang tahun putra mahkota yang ke tujuh di selenggarakan.

Tak seperti anak lain yang turut di undang, Jaeyun hanya diam menatap mereka di pojok ruangan.

Siapapun dapat melihat sorot matanya yang tampak hampa. Banyak hal yang sudah ia lewati, hingga gemerlap pesta megah saat itu terlihat biasa saja di matanya.

Jaeyun merasa saat itu ia hanyalah cangkang kosong tanpa jiwa. Seakan hidupnya bergerak tanpa kendali, terombang-ambing arus tak menentu.

"Aku akan menemukanmu, bertahanlah sebentar."

Tubuh kecil itu tak terlalu bisa mengungkapkan perasaan nya. Orang-orang menyebutnya boneka tanpa tuan. Tampilannya yang indah dan memukau tanpa ekspresi layak di sebut boneka.

Surai blondenya yang menawan, wajahnya yang manis, tubuhnya yang ramping persis bagai boneka mainan yang di jual khusus di rumah perdagangan besar.

Sejak kecil Jaeyun terbiasa menjadi pusat perhatian. Tak hanya karena parasnya yang sedari belia menawan, tak juga karena darah bangsawan yang mengalir dalam nadinya. Dia adalah poros dunia. Segala hal berputar di sekelilingnya. Dan Jaeyun tidak menyukainya.

Semesta sedang menertawakannya. Kutukan ini, kapan akan berakhir?

"—sedang apa?" Suara lembut menyapa telinganya. Jaeyun mengerjap pelan karena kaget lalu menoleh pada sosok anak laki-laki disebelahnya.

Matanya membulat lucu.

"Maaf. Apa aku mengagetkanmu?" Anak itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Jaeyun kecil sontak menggeleng. Ada beribu pertanyaan bersarang dalam benaknya dan ada banyak kerinduan yang ingin ia lepaskan.

"Apa yang kamu lakukan di pojok sini?" Anak itu bertanya sambil menyandarkan punggungnya di dinding. Sebelah tangannya mengangkat gelas jus jeruk yang sesekali ia minum.

Anak itu berusia sekitar tujuh atau delapan tahun. Berperawakan tinggi, dengan paras yang menenangkan. 

Jaeyun menundukkan kepalanya meskipun ia terus melirik anak itu dari ekor matanya.

"Membosankan ya?"

Tertegun dengan nada yang di gunakan anak itu, Jaeyun menoleh.

"Ah, tentunya tidak ya. Ini pesta megah yang dilakukan di istana. Bodohnya aku." Tawa kecil terselip di antara kalimat panjang yang anak itu ucapkan.

Disana Jaeyun terdiam. Merekam seluruh hal yang terjadi dalam benaknya.

Bagaimana anak itu tersenyum dan tertawa kecil. Raut wajahnya yang ramah serta titik kecil tanda lahir di pangkal hidungnya. Meskipun ini bukan kali pertama Jaeyun melihatnya, rasanya masih sama.

"Namaku Park Sunghoon."

Jaeyun mengangguk kecil, ia bingung harus merespon apa. Dengan tergagap ia bersuara. "Jaeyun."

"Apa? Maaf aku tidak bisa mendengarmu. Musiknya terlalu tiba-tiba."

Sunghoon menundukan tubuhnya, mendekat ke arah Jaeyun.

"Namaku Jae—"

"—hoon, disini kamu rupanya. Ibu mencarimu." Seorang wanita dengan gaunnya yang mekar indah datang menghampiri keduanya dengan nafas ngos-ngosan.

You and Dandelions | sungjakeWhere stories live. Discover now