11|Nona Tantrum

5K 488 470
                                    

_______________

“Pipinya memerah seperti bunga mawar. Tidak buruk.”
~Ester R Pattinson~

“Aku kenapa?”
~Mollyara Lovara Bratadikara~

“Aku akan menceraikan Rekia, dan menikahinya. Membuatnya bahagia.”
~Arsetha Leo Pattinson~
_______________

|11|

[Mulai memasuki konflik]

   Pagi ini para pelayan terlihat mengintip kearah ruang makan. Dimana Molly dan Ester sedang sarapan bersama tanpa keributan. Malah, berbincang santai tanpa adanya aura kebencian seperti sebelumnya. Meth menatap Gevi.

   “Gevi, apa nona muda salah makan? Atau kenapa?” tanya Meth.

   Gevi menggeleng, “tidak. Dia seperti biasanya, mengenai perubahan sifat nona saya juga terkejut.”

   “Sudahlah! Yang terpenting hari ini tidak ada vas melayang. Tuhan, terus dekatkan mereka.” Kata Meth sambil menggenggam kedua tangannya. Pria itu menatap kearah para pelayan, “cukup dua orang yang berjaga. Lainnya kembali bekerja.”

   “Baik!”

   Gevi menatap sejenak Molly. Entah mengapa perasaannya tak enak. Bukan karena kedekatan mereka yang tiba-tiba, melainkan pikirannya yang tertuju pada hal lain. Gevi takut akan ada badai yang membuat mereka semakin renggang. Dia menggelengkan kepalanya pelan.

   Jangan berpikiran negative. Semoga mereka semakin dekat dan selalu bersama bahkan sampai maut memisahkan. Tuan Arlan kumohon aminkan ini, batin Gevi kemudian pergi. Melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

   Molly meminum susu rasa vanilla sebagai penutup sarapannya. Gadis itu menatap Ester yang baru menghabiskan secangkir teh. Ester mengangkat pandangannya hingga tatapan mereka bertemu.

   “Sore ini kita pergi ke kediaman Azura.” Kata Ester datar. Itu ciri khasnya.

   Kening Molly mengerut, “sore ini?? Bukankah acaranya besok malam?”

   “Kenzo Azura mengundang kita untuk datang lebih awal.” Terang Ester.

   “Begitu ya... Baiklah aku akan pergi belanja nanti siang, aku selesai.” Kata Molly sambil bangkit dari duduknya.

   “Sebentar,” pinta Ester membuat Molly kembali duduk. Pria itu pergi darisana dan beberapa saat kembali dengan sebuah barkas bermap coklat itu. Dia memberikannya pada Molly. “Tanda tangani itu,” titahnya.

   “Sebanyak ini?” tanya Molly dan dibalas anggukan oleh Ester.

   Gadis itu sempat ragu, tetapi dia ingat ucapannya tadi pagi. Baiklah. Molly menurut. Tanpa protest apapun Molly menandatangani lembaran kertas itu. Lumayan memakan waktu dan selama Molly menandatangani itu, Ester setia berdiri disampingnya. Menunggunya. Molly terdiam sejenak. Dia baru menyadari jika semakin dekat, Ester sangat wangi. Tidak. Molly menyadarinya sejak dimana dia jatuh diatas pangkuan pria itu.

   Wanginya masih sama, tidak ada perubahan. Parfum khas yang menenangkan dan jika boleh Molly jujur. Wangi parfum itu sangat melekat pada Ester. Menyadari keterdiaman Molly, Ester mengetukkan jarinya diatas meja. Saat itulah Molly tersadar dan kembali melanjutkan kegiatannya.

   “Ini. Sekarang aku boleh pergi?” tanya Molly tanpa menatap wajah Ester. Sedangkan Ester menatapnya intes. Pipi gadis itu memerah.

   Pipinya memerah seperti bunga mawar. Tidak buruk. Batin Ester.
(Tidak buruk = Cantik.)

MOLLY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang