13|Perasaan Nona Kecil

5K 466 237
                                    

_______________

“Tugasku hanya menghidupkan kembali mawar layu yang kau tinggalkan. Aku benar kan? Ayah mertua.”
~Ester R Pattinson~

“Banyak yang terjadi di satu hari itu, dan aku tidak membencinya.”
~Mollyara Lovara Bratadikara~
_______________

|13|

   Molly menahan napas. Gadis itu masih belum menyadari jika tangan yang dia genggam begitu eratnya adalah tangan Ester. Molly berusaha mengontrol detak jantung dan perasaan aneh yang timbul tiba-tiba itu. Ester menatap sesuatu yang begitu merah menggoda seperti bunga mawar. Menatapnya dalam tanpa Molly sadari.

   Ester menarik tangannya perlahan, “tali terlepas. Mandilah.” Katanya sambil menjauhkan diri.

   Molly menghela napas lega. Gadis itu mengangguk kemudian masuk kedalam kamar mandi. Mengunci pintunya dari dalam. Sedangkan Ester kembali ke tempatnya dia akan beristirahat. Lantai tanpa beralaskan apapun dan hanya dengan 1 bantal. Pria itu merebahkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya. Sifat yang cuek seolah tidak ada kejadian sebelumnya. Benar-benar pria aneh. Padahal tadi dengan jelas Ester melihat Molly yang hanya mengenakan bra didepannya tetapi kenapa reaksinya biasa saja? Sepertinya iman Ester setebal dompetnya.

   Beberapa saat kemudian, terlihat Molly keluar dari kamar mandi dengan piyama putih polos itu. Gadis itu menatap Ester yang sudah terlelap. Cukup lama, sebelum akhirnya duduk dikursi depan meja rias. Molly mengeringkan rambutnya sesekali melirik Ester dari pantulan cermin. Diingat-ingat, Ester selalu menepati ucapannya sejak awal menikah hingga sekarang. Mengingat seberapa keras kepala dan kasarnya dia pada Ester entah mengapa membuat dia merasa bersalah dan 1 pertanyaan muncul dipikirannya. Jika dulu Molly mematuhi Ester, apakah pria itu akan bersikap sebaik sekarang?

~“Jadi, tuan putri kakak mulai suka nih??”~

   Deg! Deg! Deg!

   Pipi Molly langsung memerah hanya dengan mengingat kalimat kakak perempuannya, Mella. Detak jantungnya yang tadinya netral pun mendadak bergetar hebat. Molly menaruh sisirnya. Dia menggeleng sambil bergumam sangat lirih, “enggak Molly. Semua ini cuman kontrak.”

   Molly berdiri kemudian berjalan mendekati ranjang. Gadis itu merebahkan tubuhnya sambil menarik selimut hingga sebatas leher. Dia sedikit melirik Ester yang posisinya membelakanginya. Molly mengambil remote AC, menambahkan suhunya agar tidak terlalu dingin. Setelahnya barulah gadis itu memejamkan matanya. Tidur untuk menghampiri mimpinya.

_____

   Keesokan paginya. Setelah semalaman hujan badai yang disertai petir, kini terlihat matahari bersinar yang begitu menghangatkan. Gadis yang masih memejamkan matanya itu tampak terganggu dengan sorotan sinar mentari pagi itu. Terpaksa dia terbangun dari tidur nyenyaknya. Molly mengerejapkan matanya beberapa kali sambil mendudukkan diri. Dia menguap kemudian meregangkan otot-ototnya.

   “Sepertinya tadi malam aku tidur nyenyak. Baguslah, aku jadi tidak akan lelah untuk acara nanti malam.” Gumam Molly sambil menoleh kesamping kirinya. Ada bantal dan pria berstatus suaminya tidak ada di kamar.

   Molly turun dari ranjang, mendekati korden besar yang menutupi jendela kamar itu. Mengambil remote dan hanya dengan satu tombol terlihat korden itu terbuka otomatis. Gadis itu menggeser pintu kaca dan berdiri dibalkon. Berniat menikmati pemandangan pagi di kediaman Azura sembari mengumpulkan niat untuk mandi. Namun, yang dia lihat pertama kali adalah Ester. Pipi Molly memerah tiba-tiba.

   Enggan Molly akui tetapi saat ini Ester memakai kaos hitam dan juga celana senada yang mana membuat pria itu terlihat sangat tampan. Molly berpegangan pada pembatas balkon dengan tatapan tertuju pada suaminya itu. Pria itu tampak mengambil busur dan panah yang disediakan disana. Karena memang saat ini Ester bersama Alzada dan Kenzie berniat bermain panahan diarea khusus itu.

MOLLY[End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora