Extra Chapter 09|Hadiah Pertama Dari Shalesy

7.2K 557 4.1K
                                    

_______________

“Ya kan emang itu resikonya. Gak apa-apalah demi dede-dede gemes.”
~Mollyara Lovara Pattinson~

“Rasa sakitnya bisa dibagi nggak? Kalo perlu buat aku semua.”
~Ester R Pattinson~
_______________

[EC.09]

   Malam harinya. Ester yang baru selesai mandi itu tampak geleng-geleng kepala melihat tingkah sang istri. Setelah USG dan berkumpul dengan keluarganya, Molly terus menatap perut ratanya dari pantulan cermin. Dengan terus mengatakan, ‘apa muat buat 3 bayi? Kalo mereka kesempitan gimana?’ Ada-ada saja tingkah bumil satu ini. Ester menggantung handuknya lalu mendekati sang istri. Memeluknya dari belakang sambil menghusap-usap lembut perut rata Molly.

   “Ih geli,” ucap Molly sambil tertawa pelan.

   Ester menurunkan dress Molly, “jangan dibuka kelamaan, dingin. Takutnya kamu sakit.”

   “Hehehe, maaf. Aku masih gak percaya aja kok bisa langsung tiga gitu. Nggak bisa bayangin nanti kalo tiga babynya tumbuh, bakal sebesar apa ya perut aku?” Ungkap Molly. Ester terdiam dan malah mengingat kalimat dari dokter Tara. Pria itu menduselkan wajahnya pada curuk leher sang istri.

   “Eh, kenapa nih?” tanya Molly sembari menghusap kepala Ester.

   “Dokter Tara bilang kamu diharuskan cesar. Aku takut kamu kesakitan,” jawab Ester lirih.

   “Ya kan emang itu resikonya. Gak apa-apalah demi dede-dede gemes.”

   “Rasa sakitnya bisa dibagi nggak? Kalo perlu buat aku semua,” ucap Ester mode bulol on.

   Molly tertawa pelan kemudian membalikkan tubuhnya. Dia menangkup pipi kanan sang suami dengan tangan kirinya, “kamu kenapa sih?? Tiba-tiba gini, tadi waktu denger kabarnya seneng banget sampe nangis. Aku nggak apa-apa. Ini udah sewajarnya tugas aku sebagai seorang istri... Udah ya jangan khawatir lagi, sini peluk dulu.” Molly langsung memeluknya dan tentu Ester membalasnya.

   Setelah cukup lama berpelukan, Molly melepaskan pelukannya. Wanita itu mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan Ester. Dia berjinjit dengan kedua tangan dirangkulkan di leher. Ester yang paham pun menundukkan kepalanya. Ketika hidung mereka saling beradu, Molly tiba-tiba mendorong tubuh Ester dan berlari menuju ke kamar mandi. Wanita itu langsung memuntahkan isi perutnya ke wastafel.

   Huweeekk!

   Ester yang panik pun menghampiri. Pria itu mendadak mengalami ketakutan yang luar biasa saat melihat Molly mual-mual. Dia mendekat dan memijit pelan tengkuk sang istri. Ini baru awal kehamilan, bagaimana jika memasuki kehamilan tua? Dengan perut membesar yang mungkin membuatnya kesulitan bergerak, Ester tidak bisa membayangkannya. Ester yang terlalu fokus dengan lamunannya tidak menyadari Molly sudah tak lagi mual. Molly membalikkan tubuhnya dan ketika melihat sang suami menangis, dia panik.

   “Ih kenapa nangis lagi?? Aku nggak apa-apa, cuman mual. Hormon bumil kan gini,” ucap Molly sambil menghapus air mata suaminya.

   Ester tak mengatakan apapun. Pria itu memeluknya begitu erat. Molly membalas pelukannya sembari menepuk-nepuk pelan punggung kekar Ester. Dia dibingungkan dengan kecengengan Ester yang tiba-tiba. Yang dia dengar dari mama mertua, Ester memiliki gangguan dalam mengekspresikan perasaannya sendiri. Bahkan katanya Ester memasang poster tentang pengekspresian suasana hati dari senang, sedih, marah, dan lain sebagainya. Mungkin perkataan papa mertua ada benarnya. Perlahan dengan Molly disisinya, Ester bisa mengekspresikan perasaannya. Atau Ester menangis karena bawaan bayi juga? Entahlah, Molly semakin bingung saja memikirkannya.

MOLLY[End]Where stories live. Discover now