18. Dendam

5.9K 664 414
                                    

Halo guys, maaf ya aku baru bisa up lagi sekarang karena di rl aku lagi skripsian, doain ya semoga skripsi aku cepet selesai dan lulus sidang skripsi biar aku bisa fokus nulis lagi. Makasih banyak buat kalian yang masih setia menunggu kelanjutan cerita ini. Kalau lupa sama alurnya, baca dari awal bab aja oke.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen guys. Komen yang banyak. Kalau bisa, komen di setiap paragraf heheh^^

Happy Reading💜
____________________________________________

089421******
|Suamimu berencana membunuh kedua orang tuamu|

Sekujur tubuh Haura langsung menegang di tempat begitu membaca isi pesan tersebut. Dunianya hancur berkeping-keping begitu mengetahui bahwa suaminya sendiri mempunyai niatan jahat yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Beberapa detik terdiam, di detik berikutnya Haura segera menghubungi nomor yang telah mengirimi pesan itu, Haura sangat berharap dia mau menjawab telpon darinya.

Saat teleponnya sudah tersambung, dengan cepat Haura bertanya, "Apa maksud kamu? Siapa ini?"

Terdengar kekehan kecil dari seberang telepon. "Kamu nggak perlu tau siapa saya, yang harus kamu tau adalah rasa sakit di hati suamimu akan mengancam nyawa kedua orang tuamu."

"Ma--maksudnya apa? Saya nggak ngerti maksud ucapan kamu," ujar Haura, kebingungan.

"Ares mempunyai dendam yang teramat besar padamu, Haura! Dia berniat membuat hidupmu menderita. Dia akan melakukan berbagai macam cara agar dendamnya kepadamu bisa terbalaskan."

Sontak Haura terkejut setengah mati mendengar apa yang barusan dilontarkan oleh si lawan bicaranya. "Dendam apa? Saya nggak pernah melakukan hal yang membuat Mas Ares sakit hati. Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu bisa mengetahui nama saya?"

"Kamu memang tidak melakukan apa pun yang membuat dendam di hati Ares muncul, tetapi almarhumah nenekmu iya. Ares ingin membalaskan dendamnya kepadamu, kamu yang akan menanggung semua yang telah dilakukan nenekmu dulu," terangnya.

"Apa yang dilakukan nenek saya sampai membuat Mas Ares dendam seperti itu?" Haura merasa geram karena orang yang memberikan informasi ini ada niat kurang niat, terlalu setengah-setengah.

"Masalah tersebut saya kurang tau, yang jelas nyawa kedua orang tuamu sekarang dalam bahaya. Selamatkan kedua orang tuamu, Haura. Jangan biarkan Ares berhasil dengan rencana jahatnya!" Setelah mengatakan itu, tiba-tiba sambungan telepon terputus secara sepihak.

Haura kalang kabut, sungguh ia tak menyangka Ares tega melakukan hal ini kepadanya. Ares seperti mempermainkan ikatan suci pernikahan dengan adanya niat balas dendam, padahal Haura berusaha menerima Ares apa adanya, berusaha mencintai lelaki itu sepenuh hati, dan berusaha menjadi istri yang baik. Namun apa balasannya? Hanya pembalasan dendam saja?

Walau masih syok mengetahui kenyataan ini, Haura segera membaca pesan yang dikirimkan oleh sang bunda.

Bunda
|Nak, Bunda sama Ayah mau berangkat ziarah ke Jawa Timur. Ini dadakan, jadi Bunda nggak sempet ngasih tau kamu secara langsung, tadi aja Bunda baru ngasih tau Ares. Perjalanannya malam, berangkat dari sini jam 10|

Tanpa menunggu waktu lama, Haura pun membalas pesan sang bunda lantaran ingin mencegah kepergian kedua orang tuanya itu dengan alasan bahwa ia dan Ares akan ke Pondok Pesantren Nurul Huda malam ini juga untuk menginap selama beberapa hari.

Selama perdebatan kecil yang cukup panjang, akhirnya Haura berhasil membuat kedua orang tuanya tak jadi pergi berziarah ke Jawa Timur. Barulah setelah itu ia mengirimi Ares pesan.

Imam untuk Haura (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang