7

450 112 4
                                    

"Dasar aneh, untuk apa dia pergi buru-buru seperti itu?"

Arvin masih menggerutu di dalam mobil mewahnya, tidak habis pikir dengan sikap Silla yang benar-benar seperti tidak mau dekat dengannya lebih lama. Baru kali ini Arvin merasa payah sebagai lelaki, bisa-bisa nya ada wanita yang lebih memilih kabur terbirit-birit seperti itu saat ia ajak bicara. Berbeda dengan wanita lain yang bahkan terang-terangan mencari perhatian padanya. Silla malah lebih cenderung benci, mungkin dia masih sakit hati pernah ia maki dan bentak-bentak di depan banyak orang gara-gara surat Cinta sialan itu.

Terserah lah. Arvin tidak mau memikirkan wanita itu lagi. Kembali fokus menyetir agar ia bisa segera sampai ke rumah orang tuanya, karena sang Mama terus memaksa agar Arvin bisa makan malam di rumah bersama mereka. Katanya ada Hazel dan Lila juga di sana. Meskipun Arvin tahu betul, pasti akan ada pembahasan tentang perjodohan yang disinggung ibunya tadi di telepon. Tetapi Arvin akan memikirkan cara untuk menolak. Ia tidak mungkin menerima perjodohan itu, sama sekali ia tidak tertarik menjalin hubungan dengan Dini atau wanita yang pernah Mama nya kenalkan.

Sesampainya di rumah, Arvin bergegas keluar dari mobil. Memasuki rumah megah tersebut, dan disuguhi pemandangan ibunya yang tengah menggendong cucu kesayangan, bayi laki-laki mungil yang menggemaskan. Arvin langsung mencium pipi ponakannya dan langsung dapat pelototan tajam dari Nyonya Najwa.

"Kamu ini. Baru pulang dari rumah sakit. Bersihkan diri dulu sana."

Helaan napas Arvin terdengar. "Aku sudah mandi di rumah sakit. Mama bisa lihat aku bersih tanpa kotoran sedikit pun."

Nyonya Najwa memperhatikan putranya. Memang penampilan Arvin terlihat sudah bersih. Ia tengah memakai setelan kemeja yang melekat pas di tubuhnya. Sedangkan jas putih yang biasa melekat di tubuh Arvin tidak terlihat.

"Baiklah kalau kamu sudah bersih. Sana kamu pergi ke ruang makan. Mama sudah siapkan makanan enak untukmu."

"Mama tidak ikut makan?"

"Mama mau kasih dulu Alder ke suster nya."

Arvin kemudian menggangguk paham. Saat ibunya berjalan menuju sofa yang terdapat baby sitter keponakan nya itu. Ia lalu berjalan menuju meja makan. Di sana sudah ada Ayah, Lila dan Hazel dengan pemandangan berbagai menu makanan yang tersaji di atas meja. Ada makanan kesukaannya, Cumi asam manis pedas. Sudah lama ia tidak mencicipi makanan itu meskipun banyak yang menjual hidangan tersebut rasanya selalu tidak bisa sama dengan buatan ibunya. Arvin hanya menyukai jika ibunya yang memasak.

"Kau sudah datang Arvin. Duduklah."

Ayahnya memanggil Arvin. Dan lelaki itu mulai ikut bergabung. Duduk di sebelah Lila. Disusul ibunya yang baru datang langsung menyuruh untuk segera menyantap hidangan.

"Ayo makan Nak, terutama kamu Lila. Kamu harus banyak makan karena lagi menyusui. Mama sudah masakin berbagai menu yang bisa melancarkan asi agar melimpah."

Lila tersenyum hangat ke arah Nyonya Najwa. "Maksih Ma. Akan Lila makan semuanya."

Kekehan puas Najwa terdengar, lanjut menyuruh Hazel dan Arvin juga untuk segera mencicipi masakan buatannya. Sengaja tadi Najwa berkutat di dapur demi membuat hidangan yang enak untuk suami, anak dan menantunya.

Mereka makan dengan hikmat sebelum keheningan itu pecah dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Nyonya Najwa.

"Arvin, gimana besok, mau gak ketemu sama Dini?"

***

Tuh kan apa yang Arvin pikirkan benar. Ia tidak mungkin diundang hanya untuk menikmati makan malam saja. Ibunya masih belum menyerah. Memintanya untuk datang menemui perempuan itu.

"Aku tidak akan datang. Ada jadwal operasi."

"Loh kan besok libur?" tidak mau Arvin hanya mencari alasan Nyonya Najwa tahu jika besok hari libur. Ia ingin sekali Arvin mengobrol lebih dekat dengan Dini. Siapa tahu mereka bisa cocok. Nyonya Najwa khawatir jika membiarkan Arvin seperti ini terus, tidak pernah mau memikirkan pernikahan. Bahkan lelaki itu belum pernah membawa seseorang pada keluarganya. Jika dibiarkan berlarut-larut bisa saja Arvin tidak akan menikah seumur hidup saking dia nyaman dengan kesendirian. Padahal takdir manusia adalah berpasang-pasangan. Sebagai ibu ia tidak mau putranya salah melangkah.

Arvin menatap ibunya sambil menjelaskan. "Tadi ada pasien baru dan mendadak harus mendapat pertolongan medis. Besok jadwal operasinya. Jadi aku tidak libur. Dokter Hazel dan yang lain memang libur tetapi aku tidak."

"Jika besok hari penting untukmu aku bisa menggantikannya."

Dan suara Hazel menimpali. Sehingga Arvin dengan cepat menolak usulan Hazel. Ia sudah merasa terselamatkan dengan jadwal besok. Kenapa Hazel malah mau mendorongnya untuk masuk ke dalam perjodohan yang menyebalkan. Seperti sengaja dia ingin Arvin menikmati waktu sialnya agar bisa bertemu dengan wanita yang dipilih ibunya.

"Tidak usah. Kamu pakai waktu liburmu dengan mengurusi istri dan  bayi mungilmu saja. Aku bisa mengerjakan tugasku sendiri."

Hazel tidak dapat mengatakan apapun lagi. Padahal Hazel sengaja ingin menggantikan tugas Arvin agar lelaki itu bisa menemui calon istrinya. Sebagai adik ipar yang baik, ia juga mengharapkan Arvin segera melepas masa lajang dan memiliki istri. Tetapi sepertinya Arvin tidak sedikit pun berniat untuk menikah secepatnya. Apa benar tebakannya selama ini, jangan-jangan Arvin memiliki rasa pada istrinya, dia tidak mungkin mencintai adik kandungnya sendiri bukan?

Kemudian suara Nyonya Najwa terdengar lirih penuh rasa kecewa.

"Padahal Mama berharap banget kamu bisa cepet punya istri. Kalau sibuk terus sama kerjaan kapan bisa dekat dengan wanita. Kamu bahkan sudah terkenal galak di rumah sakit sampai ada perawat yang mengundurkan diri. Gimana Mama mau punya mantu dan cucu darimu Arvin kalau kamu terus seperti ini."

"Mama sudah punya menantu Hazel dan cucu yang sangat tampan dari mereka. Kenapa masih mengharapkan dariku?"

"Kamu kan anak Mama sama dengan Lila. Sudah sepantasnya Mama menginginkan hal yang sama untuk anak-anak Mama. Mama khawatir semakin tua usia semakin kamu tidak tertarik lagi pada perempuan."

"Ma, sudah kukatakan kan? Nanti juga aku akan bawa calon istriku dan memperkenalkannya pada keluarga. Untuk sekarang aku belum siap."

"Jadi kamu sudah punya calon?"

Gawat! Apa yang harus Arvin jawab. Ia tidak mungkin mengatakan menyukai dokter Ayumi. Di sini ada Hazel pula. Bisa bocor semua rahasia yang ia pendam selama ini. Sangat melakukan jika Hazel malah mengadukannya pada Ayumi, mau ditaruh dimana wajahnya? Hari-hari Arvin pasti akan sangat canggung dan penuh beban saat bekerja di rumah sakit jika sampai perasaanya pada dokter Ayumi benar-benar terbongkar.

Arvin tidak boleh mengatakan jika dokter Ayumi adalah satu-satunya wanita yang ingin ia nikahi.

"Ya, nanti akan aku kenalkan pada kalian jika waktunya sudah tepat."

"Jangan lama-lama Arvin. Mama gak sabar pengen liat calon istri kamu."

Arvin mencoba tidak memedulikan ucapan ibunya. Entah kapan ia harus mengenalkan dokter Ayumi, wanita itu saja masih terikat hati dengan Hazel?

Dan ia tidak mau menjalin hubungan serius dengan wanita yang masih menyimpan perasaan Cinta untuk lelaki lain.

Bersambung...

Bisa baca duluan bab selanjutnya di karyakarsa & kbm app.

Stuck With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang