8

492 116 6
                                    

Arvin memilih pulang tidak menginap di rumah orang tuanya meski pun sang Mama terus memaksa. Entahlah Arvin hanya sedang tidak mau mendengar ibunya yang terus bertanya tentang calon istrinya. Padahal yang sesungguhnya terjadi dia tidak memiliki calon siapa pun. Masih sendiri dan tidak memiliki pasangan. Tadi ia hanya asal bicara agar ibunya tidak terus menuntut Arvin untuk bertemu dengan Dini.

Namun sial, ibunya memberi waktu satu minggu untuk Arvin bisa memperkenalkan calon istri pada mereka, jika lewat dari waktu yang di tentukan Arvin masih belum membawa seseorang, Nyonya Najwa akan memaksa Arvin untuk menerima wanita pilihannya.

Dan itu benar-benar mimpi buruk. Sekarang Arvin bingung sendiri. Bagaimana caranya ia membawa Ayumi untuk di kenalkan sebagai calon istrinya.

Terlebih, apa wanita itu mau menikah dengannya? Sebab mereka bahkan tidak memiliki kedekatan yang berarti hanya sebatas rekan kerja, dan itu pun tidak terlalu membuktikan mereka bisa cocok menjadi pasangan. Ayumi bahkan masih memiliki perasaan pada Hazel kemungkinan di terima akan sangat sulit, jika pada akhirnya ia di tolak itu malah akan menjadi hal yang paling memalukan dalam hidupnya. Gosip pasti akan menyebar seperti roller coaster di rumah sakit. Sebagai dokter yang paling di takuti, itu akan menyebabkan harga dirinya hancur dan terinjak. Semua orang pasti akan meremehkannya akibat penolakan tersebut.

Tidak! Tidak! Arvin tidak mau bayangan mengerikan itu terjadi nyata.

Memang gentle jika ia langsung bilang pada Ayumi ia ingin mengajak wanita itu menikah. Tetapi itu terlalu buru-buru dan akan mempermalukan dirinya sendiri jika jawaban Ayumi menolak mentah-mentah lamarannya.

Lalu apa yang harus Arvin lakukan?

Arvin mengacak rambutnya frustrasi. Saking banyak pikiran yang berkecamuk dalam otaknya ia sampai tidak sadar sudah sampai pintu apartemen miliknya. Arvin bergegas membuka pasword pintu apartemen dan masuk. Mencoba mengistirahatkan tubuh dan otaknya di atas tempat tidur.

Biar besok saja ia pikirkan lagi rencana yang Bagus. Mungkin setelah pergi tidur ia bisa mendapatkan ide cemerlang untuk menyelesaikan masalah ini.

***

Paginya, Arvin sudah lebih fresh dari semalam. Tetapi pikiran itu masih belum musnah. Ia masih memikirkan bagaimana cara untuk membawa calon istri pada ibunya sedangkan waktu yang ibunya berikan tinggal tersisa 6 hari lagi. Ia tidak mau berakhir terpaksa harus menikahi seseorang yang tidak pernah ia sukai.

"Dokter, dokter tidak apa-apa?"

Suara itu berhasil membuat Arvin terlonjak kaget dari duduknya. Melihat Silla yang tengah menatapnya heran. Arvin langsung memberikan tampang penuh kesal karena Silla sudah berani mengagetkannya seperti ini.

"Kenapa kamu bertanya?"

Silla nyengir kuda menatap wajah sinis Arvin yang terlihat tidak suka dengan ucapannya. Padahal Silla hanya bertanya keadaan lelaki itu karena sedari tadi ia panggil tidak menyahut. Takut jika telinga dokter Arvin sedang bermasalah. Bisa hancur image seorang dokter jika memiliki penyakit congean dan budek kan? Apalagi dokter Arvin bekerja di bidang sosial yang akan selalu bertemu dengan banyak orang yang memiliki keluhan penyakit. Untuk memastikan bahwa itu tidak benar Silla mencoba menanyakan sendiri pada dokter Arvin apa dia sedang baik-baik saja atau tidak.

"Dari tadi saya panggil. Dokter gak nyaut-nyaut. Saya cuman mau kasih berkas ini, ada yang harus Dokter tanda tangani."

"Oh, tadi aku sedang tidak fokus," jawab Arvin malas. Padahal ia kaget karena sedari tadi ia tengah memikirkan untuk melamar Ayumi. Tetapi mustahil, tidak mungkin hal itu ia lakukan dan mencoba mencari cara lain namun dengan brengseknya Silla malah tiba-tiba datang mengagetkannya membuat Arvin benar-benar kesal dengan tingkah menyebalkan wanita ini.

"Begitu, saya kira Dokter sedang sakit telinga, makanya gak bisa denger."

"Telingaku terjaga dengan baik dan bersih mana mungkin seorang dokter memiliki sakit telinga."

"Ya kan dokter juga manusia. Ada kalanya harus kebagian sakit juga."

Helaan napas Arvin terdengar. Sudah banyak yang membuat otaknya pusing berbicara dengan Silla malah menambah beban, membuat tensi darahnya naik saja.

"Yasudah kembali ke mejamu. Jangan menggangguku lagi."

Mendapat perintah menyebalkan dari dokter Arvin membuat Silla refleks mendesis dengki. Dasar lelaki tukang marah-marah. Sepertinya tidak ada hari bagi dokter Arvin untuk tidak memarahinya. Kemarin ia sudah bersyukur lelaki ini bisa bersikap baik. Tetapi sekarang malah kebalikannya. Sedari pagi mereka bertemu dokter Arvin terus sensian.

Silla bahkan tidak melakukan kesalahan tetapi tetap saja dimarahi. Benar-benar menyebalkan dokter satu ini. Jika bukan karena keadaan ekonomi keluarga yang memprihatinkan tak sudi Silla harus menjadi asisten dokter yang galak. Lebih baik ia berjualan gorengan di bawah terik sinar matahari. Dari pada harus menjadi asisten dokter Arvin. Sayang kebutuhan lebih utama dari harga diri yang terinjak ini.

Arvin mengamati Silla yang sudah duduk di kursinya dengan wajah kusut. Wanita itu pasti sangat kesal karena sedari tadi jadi objek pelampiasan Arvin yang bingung dengan nasib kebebasannya yang sebentar lagi dipertaruhkan.

Arvin tidak mungkin mengakui jika ia menyukai Dokter Ayumi, akan memalukan nama baiknya jika seluruh para staff di rumah sakit ini tahu bahwa selama ini ia menyukai dokter Ayumi.

Apa ia harus menyewa seseorang untuk menjadi kekasih bohongan? Agar semuanya menjadi aman. Perasaanya terhadap Ayumi tidak terbongkar dan ibunya tetap bisa bertemu dengan seorang perempuan yang akan ia perkenalkan sebagai calon istri.

Hanya perlu berpura-pura memiliki pasangan, mengenalkan pada ibunya. Dan semua beres, tinggal bilang mereka belum berencana untuk menikah di waktu dekat, dan ia bisa memakai itu untuk menjadikan alasan pada ibunya jika mereka sudah memutuskan berpisah dua bulan setelahnya karena merasa tidak cocok untuk menjadi pasangan suami istri.

Tetapi di mana Arvin harus mencari wanita yang mau menjadi kekasih bohongan?

Mata Arvin kembali melirik Silla. Wanita yang selama ini tidak pernah memperlihatkan rasa tertarik padanya.

Sesaat Arvin langsung mendapat ide cemerlang. Bibir lelaki itu kemudian menyeringai senang. Kenapa tidak Silla saja yang menjadi kekasih bohongan untuknya?

Akan lebih baik jika wanita yang bersangkutan dalam misi nya ini tidak pernah memiliki perasaan suka pada Arvin. Agar mereka bisa mudah terlepas dari hubungan tipuan ini tanpa harus terjebak dengan permainan hati.

Silla adalah wanita satu-satu nya yang cocok menjadi kekasih palsu untuk ia perkenalkan pada kedua orang tua nya. Tidak mau ribet jika harus membayar seseorang wanita yang malah nanti akan menimbulkan sumber masalah lain.

Namun tanpa Arvin sadari mengambil rencana tersebut malah akan semakin membuat hidupnya terjebak dengan Silla. Dan menumbuhkan perasaan asing untuk mereka berdua.

Bersambung....

Stuck With YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora