11

539 106 11
                                    

"Jadi kamu asisten Arvin di rumah sakit?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Nyonya Najwa setelah Silla memperkenalkan diri. Silla langsung mengangguk sambil tersenyum canggung ke arah wanita di depannya. Meskipun ibu dokter Arvin terlihat ramah, Silla masih bisa melihat perbedaan kasta antara dirinya dan keluarga dokter Arvin. Dari pakaian saja sudah bisa membuktikan sekaya apa mereka, ditambah tadi Silla sempat melihat beberapa mobil mahal berjajar rapi di garasi samping rumah ini.

Dan sekarang ia sedang berpura-pura menjadi calon mantu untuk mereka. Jika semua ini ketahuan Silla berbohong apa mereka akan menjebloskan Silla ke penjara? Bisa saja, mereka adalah orang kaya, apapun bisa mereka lakukan termasuk memenjarakan Silla karena telah berbohong pada mereka.

Tanpa sadar Silla meneguk salivanya susah payah. Membayangkan jika semua itu terjadi akan hancur hidupnya. Makanya misi ini harus berhasil. Silla tidak boleh melakukan kesalahan yang bisa membuat dirinya terlibat dalam masalah yang lebih besar.

"Iya Nyonya, saya asisten Dokter Arvin."

Suara nyonya Najwa kembali terdengar.

"Jangan panggil aku Nyonya. Panggil Mama saja. Masa calon mantu manggil mertuanya Nyonya."

Sindiran halus itu membuat Silla tersenyum sungkan. Ia sesekali melirik Arvin yang sedari tadi diam saja. Seperti tidak berminat mendengar obrolannya dengan sang Ibu.

"Ah maaf. Saya hanya gugup bisa bertemu dengan Mama. Saya takut Mama tidak bisa menerima saya sebagai kekasih dokter Arvin karena saya hanya seorang asisten dokter. Bukan dokter spesialis seperti putra Mama."

Lalu suara tawa renyah wanita paruh baya itu mengalun ke dalam telinga Silla.

"Maksudmu aku tidak akan suka jika calon istri putraku bukan seorang dokter?"

Tatapan Nyonya Najwa terlihat meneduhkan dan baru pertama kali ini Silla bertemu dengan Nyonya kaya berkepribadian seperti ini.

"Mama tidak akan mempersalahkan pekerjaan istri Arvin. Malah jika sudah menikah bukankah seorang istri lebih baik diam di rumah dan mengurus anak dan suami. Bukan nya Mama menghalangi kamu untuk berkarier setelah menikah. Hanya saja Mama pikir Arvin bekerja untuk menafkahi istri dan anaknya jadi lebih baik nanti setelah menikah kamu tinggal saja di rumah jangan bekerja."

Mendengar kata-kata itu sontak Arvin yang sedari tadi diam langsung melirik ibu nya kaget.

"Apa? Menikah?"

Nyonya Najwa menatap Arvin heran. Kenapa ekspresi Arvin terlihat terkejut. Bukankah ia memperkenalkan calon istrinya kemari bertujuan untuk memikirkan pernikahan. Nyonya Najwa bahkan saking senang dengan ini sudah mempersiapkan banyak hal. Termasuk tanggal cantik untuk pernikahan mereka dan seluruh persiapan yang lainnya. Nyonya Najwa tidak mau menyia-nyiakan waktu, sangat langka Arvin mengenalkan seorang wanita padanya, jika tidak langsung dinikahkan entah bisa-bisa Arvin berpikir ulang, Najwa tidak mau hubungan Arvin dan Arsilla putus ditengah jalan gara-gara Arvin yang terlalu cuek dan sibuk bekerja. Bagaimana pun caranya hubungan mereka harus berakhir dengan pernikahan.

"Kamu ini kenapa kaget begitu. Silla kan kamu kenalkan sebagai calon istrimu. Ya tentu saja kalian akan menikah kan?"

Arvin berpikir keras. "Kita menjalin hubungan baru 5 bulan Ma. Terlalu singkat untuk menikah."

"Tetapi dengan kamu yang bawa Silla ke sini diperkenalkan pada kami berarti kamu sudah yakin jika wanita ini pilihanmu yang terbaik. Ingat Arvin! Mama dan Ayah sudah tua, di waktu yang tersisa, kami juga ingin melihat kamu menikah, memiliki istri dan keturunan."

Arvin tidak bisa berkutik. Ia tidak tahu jika tujuan ibunya menyuruh ia untuk membawa wanita pilihannya ke rumah ini hanya untuk menjebak ia agar terjerat dalam pernikahan. Ia memang berhasil terhindar dari pernikahan bersama Dini, tetapi sekarang ia malah terjebak dengan Silla. Harus menikahi wanita itu bukan kah itu malah lebih buruk dari yang pernah Arvin bayangkan. Sial!

"Ma, bisa kita bicarakan hal ini lain kali. Berikan kami waktu. Untuk pernikahan, kami belum siap."

"Tidak ada penolakan. Mama sudah menyiapkan tanggal pernikahan kalian, undangan, dan semua yang akan terjadi nanti. Kalian hanya perlu jadi pengantin saja. Semua keperluan sudah Mama urus."

"Tapi Ma-"

"Arvin ini pertama kalinya Mama tidak mendengarkanmu. Jadi untuk sekali ini saja. Turuti perintah Mama. Karena selama ini Mama sudah banyak bersabar menuruti semua keinginanmu."

Bungkam. Arvin tidak bisa lagi memberontak. Ia kemudian melirik Silla yang terlihat menatapnya marah. Apa-apa an wanita itu dia pikir Arvin juga mau menikah dengan wanita miskin seperti dirinya. Sampai memperlihatkan wajah tak suka. Arvin juga tidak mau kali, ia terpaksa karena ibunya sudah sangat marah dan sepertinya kesabarannya sudah putus.

Arvin benar-benar pusing sekarang. Ia harus mencari cara lain agar pernikahan itu gagal.

***

Sesampainya di mobil wajah Silla benar-benar menekuk muram, dia menatap Arvin kecewa karena tadi lelaki itu pasrah saja saat mereka akan dinikahkan. Bukankah dalam perjanjian tidak ada pernikahan. Ia disuruh hanya untuk menjadi kekasih bohongan saja. Tetapi kenapa sekarang ia harus menjadi istri seorang Dokter Arvin. Lelaki yang tidak pernah masuk ke dalam daftar lelaki idaman Silla. Ia tidak pernah bermimpi menikahi lelaki galak, judes, cuek seperti dokter Arvin. Ia lebih suka lelaki penyayang, baik dan tentunya punya jiwa sabar yang tinggi bukan lelaki yang bisanya hanya marah-marah saja.

Ya Tuhan, kenapa hidupnya selalu sial jika bersangkutan dengan lelaki ini.

"Dokter gimana sih. Katanya saya hanya disuruh jadi kekasih bohongan. Kenapa sekarang kita mau dinikahkan. Dalam perjanjian kemarin tidak ada pernikahan seharusnya dokter menolak keinginan Mama Najwa."

Delikan kesal Arvin terlihat. "Kamu pikir gampang. Aku tadi sudah menolaknya tetapi Mama tetap ingin kita menikah."

"Terus gimana dong. Saya tidak mau menikah dengan dokter. Saya juga masih mau kerja, saya mau sukses dulu, mau ngangkat derajat orang tua, mau nyekolahin adik sampai dia lulus sarjana. Jika saya menikah dengan Dokter, saya tidak bisa melakukan itu."

Arvin sudah sangat pusing dengan semua masalah yang terjadi. Mendengar  gerutuan Silla semakin membuat kepalanya pening.

"Untuk sekarang kita lakukan saja apa yang Mama inginkan. Urusan derajat orang tua dan kuliah adikmu biar aku yang urus. Kamu cukup turuti semua perintahku. Karena sudah terlanjur masuk jebakan Mama kita lakukan saja pernikahan itu. Setelah menikah dalam waktu tiga bulan kita bisa berpisah. Paham!"

"Apa? Berarti saya akan jadi janda?"

"Janda terhormat tentunya. Karena kamu sudah menjadi mantan istri dari seorang Arvin, lekaki tampan dan kaya juga seorang Dokter. Setelah bercerai denganku kamu akan ku beri harta gono gini nanti kamu akan berakhir kaya. Aku juga akan membiayai kuliah adikmu sampai lulus S1. Bukan kah menikah denganku sangat menguntungkan untukmu?"

Silla langsung terdiam, meskipun ia merasa jengkel setengah mati dengan kenarsisan lelaki ini tetapi memang semua yang diucapkannya benar. Silla mulai memikirkan rencana dokter Arvin.

Jika mereka bercerai memang sangat menguntungkan untuknya.

Bersambung...

Bisa baca duluan di karyakarsa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Stuck With YouWhere stories live. Discover now