06. Membuka Kembali Ingatan Masa Lalu

13 1 0
                                    

.
.
.
.
.

Happy reading!!!

⸜(。˃ ᵕ ˂ )⸝♡

.
.
.
.
.

***

Di dalam rumah pohon yang kini telah lusuh ini, Ningsih dan Jiandra berada. Mereka diam dan saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, tetapi tak lama kemudian Ningsih langsung memecah keheningan tersebut dengan menanyakan 'sesuatu' kepada Jiandra.

"Jiandra, lo sebenernya siapa sih?" Satu pertanyaan sudah dapat Ningsih lontarkan.

"Gue? Lo harusnya tau siapa gue." Jawaban itu membuat Ningsih mendecak kesal. Bagaimana bisa ia terlihat begitu manis di depan Anjani, sedangkan saat bersama dengan dirinya ia menjadi sangat menyebalkan seperti ini?

"Belegug sia! Gue nanya ya, kenapa lo jawabnya seakan-akan balik nanya ke gue?!" kesal Ningsih.

"Koe ngomong opo to?" celetuk Jiandra yang membuat Ningsih naik darah.

"Gue gak lagi bercanda, Jiandra Rajendra," tekan Ningsih dengan nada dingin dan hal itu membuat bulu kuduk Jiandra merinding.

"Iya-iya, sorry," sesal Jiandra.

"Ya, kalau gitu mending lo ceritain tentang diri lo sekarang," pinta Ningsih.

"Oke! Jadi, seperti yang lo tau, nama gue Jiandra Rajendra yang artinya gue salah satu anggota keluarga Rajendra," Jiandra kini mulai buka suara dan Ningsih mendengarkannya dengan seksama.

"Ini lo mau tau kehidupan gue sebelum mati atau sesudah mati?" tanya Jiandra kepada Ningsih sebelum melanjutkan ceritanya lagi.

"Dua-duanya," jawab Ningsih singkat, padat dan jelas.

"Waktu gue belum mati, dulu gue pernah hidup bahagia sebagai salah satu anggota keluarga Rajendra karena orang tua gue tuh memperlakukan kedua anaknya seadil mungkin dan gue ngerasa kalau emang semuanya di perlakukan dengan adil, baik buat Mas Nana ataupun gue."

"Tapi semuanya berubah setelah kejadian 'itu' dan karena kejadian itu Mas Nana sampai koma hampir selama satu tahun. Waktu udah sadar Mas Nana gak kenal sama gue, kata dokternya Mas Nana kena amnesia pasca-trauma ( PTA )."

"Dan ya, semenjak kejadian 'itu' orang tua gue jadi benci ke gue. Tapi Ayah yang paling kelihatan benci sama gue, kalau Bunda awalnya gak marah atau nyalahin gue, tapi lama-kelamaan semuanya sama aja. Akhirnya baik Ayah maupun Bunda, mereka benci gue. Padahal waktu itu gue masih bocah umur 7 tahun yang gak tau apa-apa, tapi anehnya Ayah bisa sebenci itu sama gue."

"Tahun demi tahun udah berlalu dan waktu itu gue udah masuk SMP. Gue itu paling suka sama laut karena laut itu berisik tapi menenangkan. Kalau gue lagi sedih, marah, capek, gak ada semangat hidup, pengen ngeluh, pengen teriak, pengen nangis dan lain-lainnya, gue dateng ke sana buat cari ketenangan yang gak pernah bisa gue dapetin di rumah."

"Definisi rumah buat gue itu cuma sebuah bangunan untuk di tempati, bukan rumah yang buat kita pulang. Singkat cerita alasan kenapa gue mati adalah karena gue udah capek banget sama semuanya dan gue memutuskan untuk mengambil jalan pintas yang salah dan dosa."

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Mar 27 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

DUNIA KITA BERBEDADove le storie prendono vita. Scoprilo ora