Part 1

179 16 0
                                    

Alyra

Di sebuah kerajaan, hiduplah sebuah keluarga bahagia.  Seorang Pria paruh baya yang makmur kehidupannya. Istrinya sudah meninggal. Ia memiliki sepasang anak kembar. Pria Tampan dan gadis cantik. Mereka sangat bahagia. Akan tetapi, tiba-tiba datang surat lamaran dari kerajaan mereka. Putri semata wayang mereka di lamar oleh putra mahkota kerajaan. 

Kerajaan mereka bernama Arrantadia. Kerajaan Arrantadia dipimpin oleh Raja dan Ratu yang bijaksana. Mereka memiliki seorang Putra. Sekarang mereka sedang melamar seorang gadis untuk putra mereka.

"Alyra, apa kau mau menikah dengan Putra Mahkota?" Tanya Ayah Alyra, Duke Harez.

"Ayah, sebenarnya aku sudah menyukai nya sejak di akademi." Alira berkata seraya menunduk.

Harez terdiam. Ia tidak ingin putrinya menjadi putri mahkota. Karena tanggung jawabnya akan sangat besar nantinya. Belum lagi dengan orang-orang yang akan berlomba-lomba untuk menjatuhkannya.

"Ayah, aku yakin aku pasti bisa melakukannya".

"Baiklah"

"Terimakasih Ayah" alyra memeluk ayahnya. Ia sangat senang mendengar kabar lamaran itu datang untuknya.

***
Keesokan paginya, kereta kuda kerajaan datang menjemputnya. Alyra sudah siap bahkan sejak beberapa jam yang lalu. Ia terlalu bersemangat untuk ini.

Ia berpamitan pada ayahnya. Karena saudara kembarnya sedang berada di akademi militer.

Dengan wajah sendu ayahnya melepas kepergian putrinya.

"jika kau tidak betah disana katakan padaku. Aku akan menjemputmu kesana."

"itu tidak akan terjadi ayah. Aku pergi, jaga kesehatan ayah."

Alyra menaiki kereta kuda dan meninggalkan kediamannya.

***
Sesampainya di istana, ia hanya disambut oleh beberapa pengawal dan pelayan. Mereka mengatakan jika Raja dan Ratu memiliki urusan yang mendesak. Sedangkan putra mahkota tidak tau ntah kemana.

Alyra memantapkan hatinya. Bahwa ini tidak masalah. Ia tidak perlu penyambutan yang berlebihan. Alyra diantar kekamarnya. Sekali lagi ia harus memantapkan hatinya kembali. Kamar yang akan di berikan terlalu jauh diujung lorong. Akan tetapi, kamarnya bagus dan bersih jadi Alyra dapat berfikir positif kembali.

"Baju pengantin anda akan diantar besok pagi Yang Mulia. Beberapa jam sebelum pernikahan."

"baiklah"

"saya permisi Yang Mulia".

Alyra membersihkan dirinya sendiri. Lalu ia istirahat karena besok adalah hari yang sangat melelahkan"

***
Sumpah pernikahan telah diikrar kan. Mereka telah sah manjadi pasangan suami istri. Setelah berbagai acara terlewati. Alyra kembali sendirian ke kamar pengantin yang telah di siapkan. Ia menunggu Altan, sang suami. Ia gugup setengah mati. Karena mereka akan melakukan ritual malam pengantin.

Alyra memilih untuk membersihkan dirinya. 
Iya memakai pakaian yang sudah disiapkan juga untuknya. Lalu, Ia menunggu di atas ranjang.
Setelah beberapa jam, pria yang sudah berstatus suaminya belum juga menampakkan dirinya. Alyra memilih keluar untuk mancari Altan. Ia kira jika Altan akan tersesat di jalan menuju kamarnya.

Samar-samar ia mendengar suara dari salah satu kamar disana. Alyra melihat kedalam. Matanya terbelalak melihat siapa yang ada di kamar itu. Dia adalah suaminya. Pria itu minum bersama seorang pelayan. Alyra memilih mundur dan kembali kekamarnya. Ia menangis disana.

Keesokan paginya ia terbangun sendirian. Kasur disebelahnya terasa dingin. Sepertinya suaminya tidak kembali semalam. Alyra beranjak untuk membersihkan tubuhnya.

Hingga hari-hari berlalu. Hubungan Alyra dan Altan tidak ada perkembangan. Mereka hanya akan terlihat dekat di depan Raja dan Ratu. Akan tetapi akan menjauh kembali ketika pemimpin kerajaan tidak melihatnya.

****
Siang itu Alyra makan siang sendirian. Altan ntah pergi kemana ia tidak tau. Setelah makan ia beranjak dan duduk di taman. Tiba-tiba lehernya terasa gatal. Ia menggaruknya. Akan tetapi, gatalnya berpindah ke lengannya. Hingga seluruh tubuhnya terasa gatal. Ia kembali kekamarnya untuk membersihkan dirinya.

Gatal ditubuhnya menghilang. Jadi ia bisa tidur nyenyak. Lalu keesokan harinya, tubuhnya mengeluarkan bercak bercak merah. Ia tidak tau kenapa bisa tubuhnya menjadi begini. Pelayan memanggil tabib istana untuk mengobatinya.

"ini penyakit kulit yang menular, Yang Mulia Putra Mahkota. Kita harus melakukan karantina pada Yang Mulia Putri Mahkota".

"Lakukan apapun". Altan beranjak dari sana diikuti oleh pelayannya, Syaca. Altan dan Syaca sudah dekat sedari kecil. Karena ibu Syaca adalah Pelayan yang mengurus Altan sejak ia masih bayi.

***
Alyra sendirian sekarang. Ia benar-benar sendirian. Tidak ada orang yang bisa menemaninya.

"Ayah, aku merindukanmu" Alyra menangis.

Beberapa hari kemudian, keadaan Alyra semakin parah. Tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Harez juga tidak bisa menemuinya. Pria paruh baya itu hanya bisa duduk di depan pintu kamar anaknya dan berbicara dari sana.

"nak, tenanglah. Ayah akan mencari tabib yang bisa menyembuhkanmu."

"Terimakasih Ayah"

"Kau harus kuat disana ya"

Terdengar suara langkah yang semakin menjauh dari sana. Alyra memejamkan matanya. Ia harus kuat. Alyra percaya pada ayahnya.

"Hey. Sedang apa kau didalam? Tidak bisa bergerak heh?"

"Syaca?" alyra membuka matanya kembali.

"Ya, ini aku. Aku ingin memberitahumu sesuatu Alyra. Aku sedang hamil anak Altan"

"A-pa?"

"Ya, bagaimana perasaanmu sekarang? Ahahahaha" Syaca tertawa puas.

"kau bohongkan?"

"untuk apa gunanya aku berbohong padamu. Jika kau ingin mati sekarang maka kau bisa meminum ini." syaca memasukkan sebuah botol di celah pintu. "racun ini bereaksi sangat cepat. Jadi tenang saja, kau tidak akan merasakan sakit yang lama. Ahahahaha".

"Aaarrggggght" Alyra berteriak. Bagaimana ini bisa terjadi padanya.

****

Setelah beberapa hari, tidak ada kabar dari ayahnya. Penyakitnya semakin hari semakin menggerogotinya.

Tok tok

"Ayah?"

"Salam Yang Mulia Putri Mahkota. Saya ingin menyampaikan kabar. Bahwa ayah anda telah meninggal dunia"

"Aarrrgggggthhhhhhhttt. Tidak mungkin. Ayah ku masih hidup. Ia sudah berjanji padaku akan kembali dan membawakan tabib untukku".

"Tuhan, mengapa hidupku menjadi begini."

Alyra mengambil botol racun dan meneguknya.
"Alec, maafkan aku. Aku akan menyusul ayah".

Kheck.

Alyra memuntahkan darah. Ia limbung dan jatuh kelantai. Samar-samar ia melihat seseorang masuk dan memanggil namanya. Tapi ia sudah menutup matanya untuk selamanya.

***

"Alyra, hey bangun Alyra" gadis itu membuka matanya.

"kakak?"

"Kenapa kau sangat susah untuk dibangunkan. Kereta istana sudah datang menjemputmu"

'apa-apan ini? Bukankah aku sudah mati? Apa aku kembali? Tidak mungkin.' batin Alyra berkecamuk.

Alyra beranjak dan berdiri di depan cermin.

"Arrrhhggt. Ini tidak mungkin. Aku benar-benar kembali".

***
Bersambung

AlyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang