Part 3

121 16 0
                                    

Kapal telah berlayar menyusuri lautan. Alyra berdiri di pembatas pagar. Ia harus mengingat apa saja yang terjadi di kapal, agar ia bisa menyelamatkan Abraham. Kenapa ia ingin menyelamatkannya?. Pikiran Alyra kembali ke masa lalu.

Abraham adalah sosok yang sangat baik padanya. Meskipun pria itu juga menyukai Syaca, tetapi ia tidak menyakiti Alyra. Abraham sering membantunya ketika ia direndahkan dan diabaikan oleh Altan. Jadi, di kehidupan ini, ia akan menyelamatkan Abraham dari maut yang akan merenggutnya.

Suara ombak terdengar semakin keras. Mereka telah sampai di perairan daerah C. Alyra masih memikirkan apa penyebab Abraham celaka.

"Hei, sedang apa kau disana?"

"Damn. Kau mengagetkanku"

Alyra menatap Sang Putra Mahkota yang datang menghampirinya.

"Wow, kau berani mengumpat padaku?"

" Maafkan saya Yang Mulia" Alyra meminta maaf sambil menundukkan tubuhnya. Setelah itu, Alyra berlalu dari sana.

"Hei". Alyra sangat kesal mendengar panggilan dari Altan. Ia punya nama, kenapa ia malah di panggil dengan sebutan Hei. Alyra melanjutkan langkahnya. Hingga ia merasakan tangannya ditarik.

"Alyra, apa kau tidak mendengarku?"

"Saya tidak tau siapa yang anda panggil dengan sebutan itu Yang Mulia. Dan lagi, ternyata anda tau nama saya"

Altan menaikkan sebelah alisnya. Ia sedikit kagum dengan raut tenang Alyra saat menjawab pertanyaannya.

"Bisa anda lepaskan tangan saya, Yang Mulia?"

Altan melepaskan tangannya.

"Kita akan segera sampai di pelabuhan Kota C. Kau jangan berbuat ulah disana nantinya"

"Baik, Yang Mulia"

Altan berbalik dan pergi dari sana.

"Tapi Yang Mulia, Apa saja yang akan anda lakukam disana nantinya?"

Pertanyaan Alyra membuat Altan menghentikan langkahnya.

"Kau tidak perlu tau soal itu"

"Yang Mulia, izinkan saya tau sedikit saja, agar saya dapat menempatkan diri saya disana nantinya"

Altan berbalik kembali pada Alyra.

"Kita hanya membuat kesepakatan dagang dengan mereka"

"Itu saja?"

"Ya, itu saja".

"Apa kau yakin? Kita akan berhadapan dengan kota yang setengah dari penduduknya adalah pemberontak".

"Kau mengkhawatirkan aku?"

Mata alyra melihat kebelakang Altan.

"hah. Apa kau khawatir padanya?"

"..."

"Tenanglah, ia adalah panglima perang. Tak akan terjadi apapun padanya. Dan satu lagi, kau harus jaga jarak dengannya. Jangan sering kali menatapnya dengan pandangan seperti itu jika kau tidak ingin orang salah paham padamu"

Altan berbalik dan meninggalkan Alyra. Gadis itu juga berjalan masuk ke kamar yang sudah disediakan untuknya.

"Hah. Apa yang harus aku lakukan?"

Alyra membanting tubuhnya ke atas kasur. Setelah beberapa saat, akhirnya ia mengingat sesuatu.

"Aku ingat, Abharam celaka saat ia ingin memberikan surat negosiasi pada pihak kota C. Ia pergi sendiri kesana, akan tetapi tidak kembali dalam beberapa hari. Hingga kabar kematiannya sampai ke istana."

AlyraWhere stories live. Discover now