Part 4

121 15 1
                                    

Alyra mengetuk pintu. Ia tidak mendengar suara apapun dari dalam.  Hal ini membuat Alyra semakin gelisah. Ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Karena ini juga kamar yang ia gunakan.

Alyra melihat Altan berdiri di pembatas balkon kamar mereka. Alyra menatap punggung tegap Altan.  Ia bisa melihat perban yang mengikat lukanya dengan asal. Dengab sedikit keberanian, ia mencoba mendekati pria itu.

"Al?"

Altan tersentak. Ia kaget mendengar nama panggilan yang ditujukan padanya. Pria itu spontan berbalik. Ia merasa sangat familiar dengan nama itu, dengan suara itu.

Manik matanya beradu dengan Alyra. Ia melihat Alyra yang sepertinya gelisah. Apa gadis ini masih mencemaskan pengawalnya?. Mengingat hal itu membuat Altan mendengus kesal. Bagaimana bisa calon istrinya malah tertarik pada pengawalnya sendiri.

"Ada apa? Apa kau sudah melihat keadaannya?"

"Ya"

"lalu, Kenapa kau masih terlihat gelisah?"

"Itu, aku mengkhawatirkanmu"

Pupil mata Altan sedikit membesar. Ia mengulum senyum salah tingkah.

"Kenapa kau mengkhawatirkanku? Aku baik-baik saja"

"Kata Abraham kau terluka"

Altan mendengus kesal lagi. Kenapa harus melibatkan Abraham lagi.

"Aku baik-baik saja, jadi kau tidak usah mengkhawatirkan aku"

Suara Altan berubah dingin. Ia beranjak dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Suara Alyra tertahan. Ia tidak bisa membalas perkataan Altan. Gadis itu memilih untuk membersihkan dirinya ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit, ia keluar dengan tubuh yang lebih segar. Lalu berbaring di sisi sebelah Altan. Ia menjaga jarak aman. Ia tidak ingin terjadi sesuatu padanya atau pada Altan nantinya.

***

Alyra terbangun karena mendengar suara. Ternyata itu adalah suara Altan. Ia sepertinya mengigau. Alyra mendekat dan memegang kening Altan.

"Panas sekali suhu tubuhnya. Apa mungkin ini terjadi karena lukanya?"

Alyra bergumam sambil mengambil air dan handuk untuk mengompres Altan. Ia juga berusaha untuk membalikkan tubuh Altan. Tapi kekuatannya tidak sebanding dengan berat tubuh pria ini. Jadi Altan hanya tidur menyamping saja.

Alyra melihat lukanya. Ternyata benar, lukanya infeksi. Alyra mengambil obat-obatan yang sudah ia siapkan untuk membantu prajurit yang terluka. Ia mulai menumbuk obat tersebut dan meletakkannya di bagian tubuh Altan yang terluka. Altan mendesis pelan. Mungkin pria ini merasa sedikit perih pada lukanya.

"ssst. Tidurlah. Tidak apa-apa, ada aku di sini" Alyra berkata seraya mengusap lengan Altan. Kata-kata yang Alyra ucapkan ibarat mantra yang membuat Altan memejamkan matanya kembali. Usapannya membuat Altan merasa aman dan nyaman. Jadi pria itu tertidur hingga pagi menjelang.

****

Suara burung bersautan menyambut matahari pagi. Altan membuka matanya perlahan. Ia melihat sosok gadis yang tidur meringkuk. Kepala Alyra mengarah padanya dengan tangan yang berada di lengannya.

Altan juga melihat handuk dan baskom yang terisi air. Apa gadis ini merawatnya semalam?, pikirnya.

Lalu ia duduk dan bersandar di tempat tidur. Ia masih memerhatikan wajah tidur Alyra. Gadis ini cantik, bahkan sangat cantik. Tubuhnya tinggi dan sedikit berisi. Bukan gemuk, tapi dengan komposisi yang pas. Kulitnya putih rambutnya coklat terang seperti bola matanya.

AlyraWhere stories live. Discover now