6. Kagum

59 48 1
                                    

Setelah acara berakhir, Narinka dan juga ketiga temannya membawa kuda besinya untuk pulang ke rumah masing-masing sedangkan band Cleon masih tetap disana untuk melayani keinginan para penggemar yang ingin berfoto atau hanya untuk bercengkrama.

Verzan menyesap rokok yang berada tepat di antara jari telunjuk dan jari tengahnya lalu ia hembuskan asap tersebut dengan pelan. Di sekitarnya sudah dipenuhi dengan beberapa penggemarnya begitu juga dengan anggota band yang lain.

"Kak Verzan, katanya cewek yang tadi duet sama Kak Enzo itu Adiknya Kak Verzan ya?" tanya salah satu gadis yang duduk berhadapan dengannya.

Verzan mengangguk pelan. "Kalian tau darimana?"

"Kata Clover yang lain sih, soalnya menurut mereka Kak Verzan mirip sama Kak Narin."

"Keren ya, Kakaknya anggota band sedangkan Adiknya pemain voli favorit SMA Kalingga. Mana keduanya punya suara yang bagus," puji seorang gadis yang lainnya.

"Sabi lah Bang, Adik lo buat gue!" canda seorang lelaki muda yang duduk di sebelah Renzo.

"Saingan lo banyak, kalau mampu sih terserah." Verzan mematikan puntung rokoknya.

"Dan gue bakal jadi salah satu saingan lo," sahut Renzo dengan percaya dirinya. Lagi dan lagi Verzan melempar koreknya tepat pada lengan Renzo.

"Kalau lo mah udah gue blacklist duluan!" Perkataan Verzan mengundang tawa dari orang-orang yang tengah berkumpul dalam satu meja bundar.

"Tapi menurut gue, Kak Narin lebih cocok sama Kak Enzo deh atau sama Kak Farza," celetuk seorang gadis lainnya.

"Hadeh ini kenapa malah bicarain tentang Narin sih? Ini lo pada disini mau ngapain sebenernya?" pungkas Geno yang sudah lelah mendengar ocehan dari penggemar maupun teman-temannya.

"Ini kan efek tadi Bang, maklum lah kita sebagai fans pasti ada waktu dimana kita shipper-in idola kita," balas lelaki muda lainnya.

"Iya deh terserah. Terus lo ini mau gibahin Narin sampe tengah malem atau gimana? Kalau iya mending gue pulang daripada nabung dosa."

Begitulah Cleon. Mereka menyadari bahwa mereka hanya sebuah band kecil yang sedang berkembang dan kebetulan banyak orang yang mengenalnya tetapi mereka masih tetap menganggap seluruh penggemarnya sebagai teman karena rata-rata penggemar mereka berasal dari kalangan anak muda se usia mereka. Namun, tak jarang juga penggemar mereka dari kalangan mahasiswa/mahasiswi.

"Ceilah Bang! Ya udah deh, ayo foto kita. Nanti repost ya Bang!" pinta lelaki tadi yang hanya dibalas anggukan dari anggota Cleon.

Enzo terlihat mengulum senyumnya sedari tadi. Keempat temannya yang tengah berada di sekitarnya menatap ngeri pada laki-laki berjaket coklat tersebut.

"Heh kadal! Ngapain lo senyum-senyum sendiri? Ngeri di sapa Mbak Kun." Geno melemparkan bungkus rokok yang sudah mereka habiskan sejak beberapa jam yang lalu tepat pada tengkuk Enzo.

Enzo yang tersadar dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi semestinya. "Ck, ganggu lo!"

"Lah, apaan dah ni anak?"

"Kayaknya Enzo kesemsem deh sama Narin. Masalahnya mulai dari setelah duet bareng Narin dia senyum-senyum sendiri kayak orang gila." Enzo melirik sinis pada sang pembicara, Farza.

"Sok tahu lo!" elak Enzo seraya berpindah tempat ke balkon. Kini mereka memang tengah berada di rumah Verzan, lagi. Tepatnya di kamar Verzan.

"Duh jangan dong, Zo. Kalau gue saingan sama lo yang ada kalah duluan gue," pinta Renzo yang mendengar ucapan Farza.

"Lo doang cuma nebar kata-kata tapi nggak ada bukti, gimana mau menang?" ejek Geno membuat yang lain tertawa.

"Verzan aja nggak restuin gue deketin Narin, gimana gue kasih buktinya?" balas Renzo tak terima.

"Ya karena lo nggak gue restuin, lo harus kasih bukti kalau lo emang beneran suka sama Narin di hadapan gue. Bukan cuma omong doang," sahut Verzan santai.

"Terus semisal gue yang deketin Narin, lo bakal kasih restu nggak?" tanya Enzo yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan teman-temannya.

Suasana menjadi hening sementara. Mereka saling bertatapan sebelum akhirnya Geno mengejek Enzo kembali.

"Nah kan bener dugaan gue! Lo suka Narin kan?" tanya Geno dengan suara kerasnya.

"Berisik anjing! Udah malem nggak usah teriak-teriak," peringat Verzan sedangkan pelaku menebarkan cengirannya seraya menunjukkan dua jarinya.

"Belum suka, tapi kagum. Gue nggak pernah nyangka Narin punya suara selembut itu." Enzo kembali duduk di sebelah Verzan.

"Dia kayaknya cocok buat gue jadiin partner kalau misal kita mau bawain lagu yang harus duet." Keempat temannya tampak mengangguk pelan. Setuju dengan ucapan Enzo.

"Terus gimana? Lo mau angkat dia sebagai partner nyanyi lo?" tanya Farza. Enzo hanya mengangkat bahunya.

Sebenarnya Enzo pun tak bisa menyangkal bahwa dirinya juga mengagumi Adik dari sahabatnya itu. Siapa yang akan menolak pesona dari seorang Narinka? Bahkan banci di lampu merah saja mengagumi seorang Narinka.

Jujur chapter ini aku ngerasa agak garing, tapi menurut Zofans gimana?

Jangan lupa tinggalkan jejak!!
Sekaligus share cerita ini ke seluruh sosmed kalian Zofanss!!

See you next part😻😻😻

MALVENZOWhere stories live. Discover now