16. Saingan Verzan

0 0 0
                                    

Pagi itu di SMA Bahwani. Terdapat lima orang laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah anggota Cleon. Mereka sedang berkumpul di satu meja milik Farza dan Enzo. Mereka hanya berbincang-bincang seraya menunggu bel masuk berbunyi.

"Buset emangnya Narin nggak ilfeel ya sama cara lo nembak?" tanya Geno tak percaya.

"Ya buktinya dia nerima."

"Lagian itu anak emang suka Enzo dari dulu," sahut Verzan. Ia tahu itu karena Narin sendiri yang bercerita.

"Haha.. berarti emang dasarnya cinta lo nggak akan pernah dibalas, Ren!" ejek Geno tertawa diikuti dengan lainnya terkecuali Renzo.

"Ck, gue udah move on ya dari Narin! Gue udah ada pacar juga," balas Renzo tak terima.

"Alah itu emang lo nya aja playboy!" cela Farza memukulkan pulpen yang dipegangnya ke dahi Renzo.

Suara bel berbunyi nyaring membuat mereka menghentikan pembicaraan dan beralih ke meja masing-masing. Renzo kembali ke tempat duduknya dengan melayangkan tatapan sinisnya pada Farza.

Di lain tempat, di SMA Kalingga. Salsa sedang sibuk menyalin tugas milik Narin ke bukunya. Ia lupa kalau hari ini memiliki tugas matematika, untung saja temannya itu sudah mengerjakan jadi dengan mudah ia menyalinnya.

"Ayo cepetan Sal! Lima menit lagi bel masuk bunyi," ucap Dara menakut-nakuti Salsa.

"Ah, diem lo Dar. Lo nggak lihat gue keringetan jam segini gara-gara ini tugas?" kesal Salsa tanpa menghentikan pergerakan tangannya.

"Eh, gue ke ruang OSIS dulu ya," pamit Giska setelah menatap layar ponselnya. Narin dan Dara menganggukkan kepalanya.

"Giska itu capek nggak sih? Kayaknya tiap hari ke RO mulu," ujar Narin menatap kepergian Giska.

"Ya jelas lah. Lagian lo juga anak Voli, emangnya nggak capek latihan tiga kali seminggu?" tanya Dara seraya pindah dari duduknya yang semula berada di kursi seberang Salsa, kini pindah tepat di sebelah Salsa.

"Nggak lah, orang kita suka. Ya kan Rin?" balas Salsa.

"Iya. Lo selesain itu nggak usah ikut ngobrol," ujar Narin yang diacungi jempol oleh Salsa.

Seorang guru muda memasuki kelas mereka diikuti oleh Giska yang tampak mengatur nafasnya. Sepertinya gadis itu berlari dari ruang OSIS menuju kelasnya.

"Huft, akhirnya selesai juga." Salsa menaruh pulpennya dan meregangkan ototnya yang sedari tadi tegang.

"Eh, nanti kalian ikut ke kafenya Kak Enzo kan?" tanya Narin menolehkan kepalanya ke belakang.

"Iya lah, diundang masa iya ditolak," jawab Salsa yang disetujui oleh Giska dan Dara.

Malam ini mereka tengah berada di kafe Enzo. Enzo sengaja mengajak teman-temannya beserta teman Narin untuk ia traktir makan sekaligus minum disini. Katanya sih anggap saja pajak jadian.

"Kak, serius ini pesan apa aja? Lo nggak bakal bangkrut kan?" tanya Giska dengan mata sedikit berbinar.

"Pesen aja apapun yang kalian mau. Uang gue masih cukup kalau cuma buat buka beberapa cabang kafe ini," balas Enzo sedikit menyombongkan dirinya. Kemudian Enzo menaruh tangannya di pundak Narin.

"Hadeh, hormati yang jomblo dong!" ujar Farza.

"Tau tuh. Semenjak pacaran sama lo, Adek gue udah jarang nongkrong di kamar gue malem-malem," sahut Verzan. Mereka semua memang duduk menjadi satu di sebuah kursi yang melingkar dengan meja bundar di tengahnya.

"Emang nasib lo berdua aja yang buruk. Lagian tuh temen Narin pada jomblo semua kayaknya," jawab Enzo enteng. Mata Salsa membulat tak terima. Apa-apaan ini? Emangnya mereka barang bisa di promosikan?

"Lo pikir kita apa Kak? Enak aja di promosiin." Narin tertawa melihat respon temannya itu.

"Alah, lo dikasih Farza juga nggak bakal nolak Sal!" balas Renzo tertawa. Gadis itu tampak menggaruk tengkuknya, benar juga sih.

Enzo menatap gadis yang tengah tertawa di sebelahnya. Gadis itu terlihat cantik malam ini. Tidak, bagi Enzo kapan pun Narin tetap terlihat cantik. Dengan dress putih tulang yang memiliki panjang selutut membuat Narin terlihat semakin elegan ditambah dengan rambutnya yang diikat sebagian.

"Gue ada sesuatu buat lo," bisik Enzo pada Narin. Mata gadis itu melirik pada pemilik tangan yang tersampir di pundaknya.

"Apa?"

"Tunggu." Enzo berdiri dari duduknya lalu pergi ke arah dapur kafe. Semua teman-teman mereka tampak bingung dengan perilaku Enzo.

"Lah, kenapa itu bocah?" tanya Geno dengan alis yang terangkat sebelah.

"Nggak tahu, katanya mau kasih se-"

Ucapan Narin terhenti saat Enzo datang dengan tiga orang pelayan kafe yang masing-masing pelayan tersebut memegang buket berisikan bunga maupun snack.

Ekspresi mereka jelas saja tak menyangka terutama Narin.

"Sesuai dengan janji gue, kalau gue bakal kasih lo buket kayak cowok-cowok lain setelah gue sembuh." Enzo tersenyum seraya menggenggam tangan Narin.

"Ah, gila gue ikut baper!" kata Giska memperhatikan adegan yang berlangsung di depannya.

"Bukan cuma itu, gue mau mereka semua jadi saksi kalau gue benar-benar sayang sama lo." Enzo tampak mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Lo mau kan jadi pasangan gue yang sebenarnya?" Enzo membuka sebuah kotak kecil berisikan cincin dengan model yang simpel namun cantik apabila tersematkan di jari Narin.

"Hah? Maksudnya?"

"Eh, Adek gue masih kecil ya! Jangan coba-coba lo lamar," ancam Verzan.

"Ck, diem lo. Ngerusak suasana aja," decak Enzo.

"Ya makanya lo jangan lamar Adek gue dulu dong!"

"Mending lo diem. Dengerin dulu orang mau ngomong," gerutu Enzo. Laki-laki itu kembali menatap Narin dengan ekspresi yang masih sama, speechless.

"Tenang, gue bukan lamar lo. Cincin ini anggep aja sebagai tanda kalau lo benar-benar menjadi pasangan gue. Gue disini sengaja nembak lo lagi biar kali ini ada saksi sedangkan kemarin cuma kita berdua," jelas Enzo panjang lebar.

"Oh My God, kapan ya gue dapet cowok begitu?" bisik Dara pada dua temannya.

"Gue juga pengen," balas Giska.

"Gimana? Lo terima kan?" Narin dengan cepat mengangguk kemudian Enzo melebarkan senyumnya dan menyematkan cincin pemberiannya pada jari tengah Narin.

"Kak Verzan, izin peluk Kak Enzo ya!" ujar Narin dengan gembira. Tanpa menunggu jawaban, ia langsung memeluk Enzo tanpa menghiraukan ucapan Verzan.

"Anjir, sekarang saingan gue si Enzo!" dengus Verzan yang mengundang tawa dari teman-temannya yang lain.

Maaf ya kalo garing
Ini jujurr buntu banget sama alurnya tapi berusaha biar tetep hidup ini cerita

Jangan lupa di vote dan komen yaa Zofans!!
See you next partt😻😻😻

MALVENZOWhere stories live. Discover now