15. Official

3 0 0
                                    

Langkah kecil dari seorang gadis terhenti di depan lift. Melihat pintu lift terbuka gadis itu segera memasuki lift dan memencet angka lantai yang akan ia kunjungi. Dengan tergesa-gesa, ia mengetuk pintu apartemen yang berada di depannya. Pintu terbuka menampakkan seorang laki-laki yang tak asing bagi dia, yaitu Verzan.

"Mana Kak Enzo?" tanya Narin khawatir.

"Dia lagi istirahat. Ya udah gue pulang dulu ya, lo jaga Enzo disini." Narin mengangguk mengiyakan permintaan Verzan.

Gadis itu menatap wajah damai Enzo. Sangat tampan dan juga sempurna. Narin menaruh punggung tangannya tepat di dahi Enzo.

"Masih panas," gumam Narin. Gadis itu memeras sebuah handuk yang tadi memang dibuat untuk menurunkan panas Enzo lalu menaruhnya kembali di atas dahi laki-laki itu.

Beberapa menit yang lalu Narin diberi kabar oleh Verzan kalau Enzo sedang jatuh sakit. Verzan tahu karena Enzo tidak masuk sekolah hari itu bahkan tidak memberi kabar apapun dan saat Verzan bersama ketiga temannya mengunjungi laki-laki itu, ternyata Enzo sudah terkapar lemas di atas kasur dengan keadaan badan yang sangat panas.

Alhasil setelah pulang sekolah, Narin dengan segera pergi ke apartemen Enzo tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu.

Narin berjalan mendekati area dapur. Ia tak melihat satu pun makanan di sana dan sudah ia pastikan Enzo memang sakit sejak pagi tadi. Melihat itu, Narin mengambil beberapa sisa bahan makanan di kulkas lalu membuatkan bubur ayam untuk Enzo.

"Wah, cukup nih buat sampe nanti malem." Narin menatap bangga pada hasil masakannya. Karena Enzo masih tertidur akhirnya Narin memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, untungnya tadi ia masih sempat mengambil sepasang baju untuknya.

Narin bangun dari duduknya saat mendengar lenguhan dari Enzo. Dengan segera ia menghampiri laki-laki itu.

"Kak? Masih pusing kepalanya?" Enzo mengangguk pelan.

"Makan dulu ya habis itu minum obat," tawar Narin mendapat gelengan dari Enzo.

"Gue nggak nafsu makan," ucap Enzo lirih dengan suara khasnya yang sedikit serak.

"Sedikit aja ya? Gue suapin." Enzo tetap kekeuh menggeleng. Laki-laki itu merasa sangat enggan untuk makan padahal ia tahu perutnya sedang lapar.

Tak putus asa, Narin kembali merayu Enzo. "Yah, padahal gue udah bikin bubur buat lo Kak. Khusus gue buat pakai cinta."

Enzo tersenyum tipis mendengar rayuan Narin. "Tapi gue nggak ada nafsu buat makan, Rin."

"Ya udah deh, gue pulang aja. Gue kesini mau rawat lo, tapi lo nya nggak mau." Narin memasang wajah seolah-olah sedang kesal. Enzo menahan pergelangan tangan Narin yang hendak pergi dari apartemennya.

"Iya iya gue makan. Sedikit aja ya?"

"Nah gitu dong! Tunggu gue ambilin buburnya." Narin dengan senang melangkahkan kakinya untuk mengambil bubur di dapur.

"Nih minum dulu biar nggak kering tenggorokannya," ucap Narin memberikan segelas air putih. Enzo mengikuti ucapan Narin lalu gadis itu melayangkan sendok yang berisi bubur ke arah mulut Enzo.

"Gimana rasanya? Enak kan?" Enzo mengangguk seraya tersenyum.

"Kenapa tiba-tiba lo sakit Kak?" tanya Narin melihat wajah tak bersemangat milik Enzo.

MALVENZOWhere stories live. Discover now