Bab 5

68 11 0
                                    

Sudah 1 tahun yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah 1 tahun yang lalu. Dan masih ada satu penyakit yang susah hilang dalam diri Fuchsia: tingkat kepedean saat Neon mengirim pesan lebih dulu, saat Neon fast respon terhadap chat-nya—padahal wajar, karena hobi mereka sama: menulis dan menonton. Bahkan, sampai sekarang, tanpa Neon tahu, bahwa mereka pernah satu komunitas di KMO—Fuchsia tahu saat melihat nomor Neon di getcontact.

Lalu, tingkat pedenya semakin meningkat saat Neon menawari telepon pada saat itu. Meskipun, Fuchsia harus memastikan anggota keluarganya sudah tidur dan mengambil headset diam-diam di kamar Robin—takut ditanya macam-macam karena mendengar suara laki-laki.

Padahal, hanya ada pembahasan perihal universitas negeri tempat Neon kuliah, tapi penyakit lain, terlalu kegirangan, masih belum hilang. Screenshoot setiap panggilan bersama Neon ataupun room chat mereka pasti dia simpan di galeri, dikirim pada Amber saat itu juga, dan mereka akan heboh bersama karena menganggap Neon menyukai Fuchsia.

Terlebih, selalu ada tindakan yang mendukung kepedean-nya itu.

Seperti status Neon. Waktu itu, Fuchsia masih ada di ruangan kelas BUS pelajaran Kimia bersama Amber, lalu gadis itu tiba-tiba menyenggol lengannya saat Fuchsia mengerjakan latihan soal UTBK dari tutor.

"Cepet nengok dulu, Ciaaaa!" geram Amber, merasa tidak dipedulikan karena dia tetap tidak bereaksi apapun. Fuchsia hanya mengangkat tangannya sedikit, menyuruh Amber untuk menunggu lebih dulu karena Fuchsia takut lupa cara lanjut mengerjakan soal itu. "Oke."

Selang beberapa menit, Fuchsia baru menoleh. "Apa?"

Amber menarik kembali ponsel dari rok abu-abunya. Mereka memang belum sempat ganti baju dan langsung berangkat ke BUS begitu pulang sekolah. Amber menggulir layar ke status, mengklik nama Neon di layar. Ada screenshoot tiga buble chat di sana. "Ini chat-an kalian semalam gak, sih?"

Fuchsia mengambil ponsel Amber. Maklum, mata minus.

"I love this energy?" bacanya. "Gak salah?"

"Nggak, Cia!"

Namun, begitu menekan layar, ada lagi satu screenshoot peserta BUS yang Neon send dengan caption 'ini jugaa'.

"Peserta lain pun sama, kok, diginiin." Fuchsia masih denial.

Namun, dengan segala optimis yang dimiliki oleh Amber dalam hidupnya, "Tapi caption-nya beda."

Fuchsia hampir tersenyum. "Nggak. Sama aja."

"Beda, Ciaaa!" kekeh Amber tidak mau kalah. "I love, Cia, I love!"

Pada saat itu, pikirannya mulai terdoktrin. Ditambah, saat acara pembekalan yang mengharuskan semua jurusan di satu region kumpul di taman belakang BUS, ketika mereka duduk melingkar dan Fuchsia kebagian duduk di belakang salah satu peserta, saat ketua region—Bisma—menanyakan progress belajar dan menyuruh salah satu peserta menjelaskan, dengan suara kerasnya, Neon merekomendasikan, "Fuchsia! Fuchsia! Fuchsia mana?"

Switch-CaseWhere stories live. Discover now