A bitter late fact

2.9K 267 12
                                    


Tasshh dug dug dugg tassshhh!!!

Suara alat musik di atas panggung sana berbunyi secara acak. Sebenarnya proses gladi sudah selesai satu jam yang lalu, namun belum juga ada tanda-tanda acara akan dimulai. Panitia lain sedang riuh kesana kemari, mempersiapkan segala hal dan berkomunikasi dengan seluruh pengisi acara, terutam mengenai keputusan mendadak yang baru diinfokan oleh kepala sekolah tadi

"Ra, udah tau kan? Acara musiknya mundur sejam ya. Kepala sekolah minta waktu tambahan untuk bazar, perwakilan pemerintah kota mau dateng soalnya"

"..."

"hmmm...Oke..." Shira menunjukan jempolnya tanpa menoleh ke arah samping setelah Aldo tiba-tiba duduk di sampingnya dan berbicara

Shira duduk di salah satu bangku panjang yang tepat menghadap panggung utama. Menyenderkan kepalanya di pilar bangunan di belakangnya.

Dia juga sudah dapat informasi, acara utama dies akan diundur ke jam 8 malam, yang artinya acara akan selesai tepat pukul 12 malam.

"Kenapa Ra? Sakit? Kok pucet?!"

Sejak mimisan pagi tadi, Shira berlahan memang merasakan tubuhnya kian lemas dan kepalanya benar-benar berputar. Dia masih tidak tau apa yang terjadi, tapi yang jelas ini tanda-tanda dia akan sakit sebentar lagi. Anehnya ini tidak seperti sakit demam karena kelelahan yang biasanya ia rasakan. Lemas yang ia rasakan benar-benar menghabiskan seluruh energinya. Shira bahkan tidak punya kekuatan lagi untuk sekedar berdiri. Entah benar atau tidak, Shira merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, beriringan dengan rasa sakit yang menusuk-nusuk kepalanya.

"Kayanya iya..."

"bentar aku istirahat dulu duduk disini. Semoga bisa mendingan,"

"Istirahat di UKS aja Ra. Gak apa-apa, kamu gak ada kerjaan urgent kan? Tanggung jawab kamu sementara diminta ke Ratna aja. Daripada lebih parah... ini udah ke handle semua kok kerjaannya. Sanaa..." Ucap Aldo mengusir halus,

tumben banget dia bersikap gentle begini? Kesambet apa ni anak?

"Mau aku panggilin PMR sekalian gak?"

"Sebentar..."

Aldo melambai-lambaikan tangannya ke arah anak-anak PMR yang sedang berjaga di area bazar, menunjuk Shira disampingnya

"Sakit... Shira sakit!" Teriaknya, setelah anak-anak PMR itu tidak mengerti kodenya.

Membuat seisi lapangan menoleh ke arahnya

Bagaimana tidak, Aldo berteriak seolah-olah sedang terjadi kebakaran, dia sampai mengeluarkan urat-urat di lehernya untuk berteriak

"Tandu!! Tanduu!!! Dia gak bisa jalan!!!"

Kurang ajar Aldo, sekarang Shira benar-benar jadi tontonan. Tapi boro-boro mau bangkit dan pergi, Shira menolehkan kepalanya ke arah Aldo saja, sudah membuat kepalanya berputar lagi

"Loh Ra?! Kenapa?!" Ratna yang sedang stand by di area panggung, datang dengan tergopoh-gopoh

"Dimana yang sakit?" Ia menempelkan tangannya ke dahi Shira untuk mengecek suhu tubuh temannya itu

"Bukan demam Rat, aku gak tau, tapi ngerasa lemes aja" Shira melepaskan tangan Ratna dari dahinya dengan berlahan

Ratna semakin panik mendengar suara Shira yang sudah lemas, ditambah bibir Shira yang pucat kebiruan. Sepertinya ini bukan kondisi sakit yang biasa...

"Ra, ke rumah sakit aja ya" Usulnya

"Kita panggil ambulan aja Do,"

Aldo mengangguk, ia mengotak-atik handphonenya untuk menemukan kontak ambulan.

Regards, Natashira (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang