2- Penderitaan?

767 67 18
                                    

Sorry cok kalau garingg udah berusaha tapi pas ngetik ide serasa kosong, ini berapa kali revisi, tetap aja ngga sesuai. Ibarat Lo punya plot tapi ngga tau cara nyampainya pas ngetik 😭

Kapal luar angkasa itu melaju melintasi angkasa lebih cepat dari pada kilat, di ruang kecil berjeruji besi terdapat satu anak laki-laki dan robot raksasa terlihat tengah bertempur hebat

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Kapal luar angkasa itu melaju melintasi angkasa lebih cepat dari pada kilat, di ruang kecil berjeruji besi terdapat satu anak laki-laki dan robot raksasa terlihat tengah bertempur hebat. Berapa kali di tendang dan berapa kali memberi hantaman tidak kunjung mendapati bocah itu akan menang.

Anak lelaki itu menahan perih di seluruh badan kala sekali lagi mendapatkan hantaman dari kaki besi robot ber-nomor U-222.

"BANGUN! Jika hanya begini kemampuanmu maka jangan berharap akan mendapatkan misi. Taufan." Bentak Rattaka, semakin dia melihat Taufan kesakitan maka dia akan semakin kejam. Dia benci kelemahan, jadi Taufan tak boleh lemah ataupun menunjukkan kelemahan.

Taufan bangkit perlahan, berusaha sekuat tenaga menahan erangan kesakitan. Seluruh tubuh anak berusia delapan tahun itu penuh akan luka merah dan biru mengerikan.

Belum sempat Taufan berdiri sepenuhnya dia dihantam kembali oleh si robot, membuat tubuh kecilnya terpental ke dinding besi pesawat luar angkasa.

"Ugh," Taufan melenguh. Rasa sakit memang sudah biasa ia terima selama 5 tahun ini, tapi apa kata. Sakit ya tetap sakit. Taufan tidak bisa mengatakan dengan lantang kalau dia sudah terbiasa dengan rasa sakit.

"Cih, tidak berguna. Istirahatlah selama 2 jam, setelah itu jika kau masih tidak mampu menghancurkan robot ini maka kau akan dilemparkan keluar." Ancam Rattaka, sambil menggertak gigi dia berjalan pergi. "Tidak berguna."

Selepas kepergian Rattaka, dengan tubuh gemetar Taufan bangkit dan berinsut ingin duduk bersandar pada dinding pesawat, Duduk di lantai yang dingin sudah bukan masalah bagi Taufan sekarang. Keringat menyengat matanya mungkin bersamaan dengan darah. Taufan menyeka keringat di dahi dengan tangan kiri yang masih bisa bergerak, tangan kanan? Sudah lumpuh, tak bisa bergerak walau hanya untuk gemetar.

Dia tidak mau ikut denganmu, dia jijik padamu.

Taufan mendesah lelah, ah pikiran ini lagi. Jika rasa dingin dan rasa sakit sudah biasa dia terima baginya maka pikiran negatif yang terus berbicara di pikiran juga sudah menjadi makanan sehari-hari Taufan. Tapi jujur sampai sekarang itu masih menyebalkan.

Kenapa dia tidak mau ikut denganmu? Itu karena dia tidak mau menganggap mu saudara! Sadarlah.

Taufan menggeleng. "Tidak! Itu karena dia harus menjaga adik kami!!" Taufan seolah-olah menghipnotis dirinya sendiri agar tidak percaya bisikan jahat di otaknya.

Hahahaha. Lalu bagaimana denganmu!? Adik kalian masih punya Gempa!! Kau.. siapa yang berada di sisimu???

KATAKAN PADAKU?

"DIAM!" Teriak Taufan, dia memukul dinding pesawat itu hingga penyok hanya menggunakan tangan kirinya. Taufan tau... dia tau itu, Hali jijik padanya, tidak mau menerimanya. Dia tau, tapi Tuhan tau betapa dia menyangkal kebenaran menyakitkan itu. "Dia tidak begitu! Dia hanya belum tau... ya... dia belum tau..."

Freedom Onde as histórias ganham vida. Descobre agora