13-END

718 68 27
                                    

Ada kalanya ketika sendirian Taufan bertanya pada dirinya sendiri. Apa arti kelahirannya? Apa arti keberadaannya? Apa dengan dia tidak bahagia yang lain akan bahagia? Apakah ketika dia datang untuk kedua kalinya ke rumah sang bunda dia akan diterima? Atau ditolak seperti sebelumnya?

Lalu pengkhianat Gempa menjadi semua jawaban dari segala perkataan Taufan.

Arti kelahiran dan keberadaannya adalah untuk membuat saudaranya tetap aman, bahkan meski dia akan merasakan kesakitan, kesepian, juga putus asa. Itu semua tidak penting, jika dibandingkan dengan keamanan keluarganya.

Seandainya Taufan sadar lebih awal, maka dia tidak akan pernah mau menunjukan muka didepan mereka.. baru sekarang dia sadar, rasa sakit penyiksaan tidaklah cukup untuk menggambarkan rasa takut kehilangan.

Halilintar tadi masih berdiri di depannya, tapi sekarang. Dengan dua bilah pedang petir, sulung keluarga mereka kini sudah berhadapan dengan Rattaka.

"Hahahaha, dengan kekuatan tikus begini kau bertindak seperti pahlawan? Heh! Lelucon."

"Diam kau hidung pesek!"

Di ruangan markas cadangan pertarungan sengit tengah terjadi, dimulai dari pertarungan Hali dengan Rattaka. Bahkan Taufan yang masih dalam ke linglung terpaksa harus berusaha fokus pada pertarungan. Beberapa kali dia tanpa sengaja terkena pedang atau pukulan, namun Taufan tidak selemah itu. Dia berhasil membunuh puluhan Alien bahkan dalam keadaan kurang fokus.

Apa yang membuat Taufan kurang fokus? Ya.. itu Gempa. Adik pertama nya kini tengah berdiri di barisan musuh, dengan tatapan hampa. Tangan Gempa terlihat mengepal. Bibirnya terbuka dan menutup entah mengucapkan apa. Tidak terdengar karena bisingnya tempat mereka bertarung sekarang.

Srek. Lengan Taufan terkena cakaran dari salah satu Alien berbadan besar. Darah menetes dari lengan kanannya, dengan satu pukulan tangan kiri berbalut gerudi angin alien itu mati dalam ke adaan bolong di bagian jantung.

"Fokus Taufan!"

Nagisa adalah manusia biasa, dia bukan alien. Kekuatan yang dia andalkan tidak lebih dari kekuatan otak, reflek, juga aura membunuh yang tajam. Itu akan berhasil pada manusia, tapi pada Alien? Efeknya kecil.

"Harimau bayang!"

Sebuah harimau hitam bermata merah menerjang Alien besar yang hendak menyerang Taufan dari belakang, Taufan terkesiap. Alien itu mememang gada besar di tangan, jika terkena sudah pasti ia akan menjadi daging hancur sekarang.

"Thanks Fang," Ucap Taufan diangguki singkat oleh Fang. Aku juga harus fokus. Batin Taufan. Dia memejamkan mata, perlahan badannya terangkat bersamaan dengan benda terbang miliknya yang selalu ia gunakan muncul menjadi pijakan. Angin yang terlalu besar membentuk badai besar di dalam markas. Seberapa besar dan kuat pun markas Rattaka, tetap saja tidak bisa menahan sebuah badai.

"Putaran angin Taufan!" Angin Taufan sebesar badai, menerjang apapun tanpa terkendali. Sang pengendali memberikan kode kepada Blaze gang tercengang melihat badai besar itu. "Blaze!"

"Ah?? Oke! Sedutan api!"

Dua jurus bersatu, yang awalnya badai Taufan kini berubah menjadi badai berapi. Panasnya lebih parah daripada matahari. Bahkan dinding tebal berteknologi milik markas Rattaka saja tak kuasa untuk meleleh. Para alien bawahan Rattaka sontak mundur melihat badai berapi melaju ke arah mereka, pertarungan Hali dan Rattaka masih berlanjut. Namun Perhatian Rattaka sempat terganggu karena badai berapi. Mendapat kesempatan, otak Hali bekerja lebih cepat dari pada kecepatan cahaya.

"Gerakan Halilintar!" Set! Kini Hali sudah berada tepat di mana sarang burung merpati putih berada, secepat itu dia mengambil burung merpati putih secepat itu pula dia melarikan diri kembali di sebelah Taufan dan teman-temannya. Dia saat pandangan mereka semua terganggu oleh panasnya badai berapi, mereka memanfaatkan itu semua untuk lari dari markas menggunakan kekuatan Solar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Freedom Where stories live. Discover now