4 -flashback.

520 55 9
                                    

Brak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brak. Taufan memukul meja di depannya. Taufan duduk dengan tangan kanan terkepal di sampingnya, ia menatap dengan tatapan tidak percaya pada formulir hijau di tangannya.

"Misi sialan apa ini?" Untuk pertama kalinya dalam hidup Taufan mengumpat. "Aku tidak akan pernah melakukannya!" Dia melempar kasar formulir hijau itu di atas meja.

"Pikirkan hukuman yang akan kau dapat jika melawan perintah tuan!" Bentak Nagisa, wajah pucat nya bersemu merah penuh amarah. "INI HANYA MEMBUNUH, apa yang berbeda dari misi sebelumya!!??"

"HAHAHAHA," Taufan menutup matanya menggunakan tangan, dia tertawa tapi saat matanya terbuka. Mata safir itu tampak kosong. Persis lautan dalam dan tenang. "Ya... Apa yang berbeda??"

"Lalu lakukan saja!!! Kau tau betapa sakitnya hukuman tuan! Kau lebih tau dari siapapun Taufan!!"

"Nagisa aku tidak bisa..."

"KENAPA!?"

"KARENA MEREKA KELUARGAKU!!" Sekali lagi dalam seumur hidup Taufan berteriak, berteriak penuh amarah.

"K-kau punya keluarga?" Nagisa mundur selangkah, matanya membelalak seakan tidak percaya pada apa yang dia dengar. Dia membalikan badan, tidak sanggup menatap Taufan. "PERGI!!"

"Nagisa..." Panggil Taufan pelan.

"Kubilang pergi Taufan," Nagisa memijat keningnya, otaknya serasa mau pecah. Dia percaya pada Taufan tanpa perlu tau semua tentang Taufan, tapi informasi sepenting ini tak Taufan beritahukan padanya? Membuat Nagisa merasa hanya dia yang menganggap Taufan sahabat.  "Biarkan aku berpikir."

Taufan tidak punya pilihan lain selain pergi dulu untuk sekarang. "Nagisa, kita itu sahabat bukan?" Tidak ada jawaban. "Lalu kapan kita pernah berbagi rahasia?"

Nagisa berpikir lama sebelum menggeleng, tidak pernah. Mereka belum pernah berbagi rahasia satu sama lain, namun Nagisa rasa tidak ada satu pun darinya yang bisa disebut rahasia.

Bisa Nagisa rasakan embusan angin terbang pergi, itu artinya Taufan sudah pergi.

Nagisa menghembuskan nafas kasar. Dia tidak pernah semarah ini kepada Taufan.

"Sialan, ini merepotkan."

Taufan melangkah di atas angin, sekarang dia sudah tidak mengenakan topi biru itu lagi malah rambutnya kini telah berubah biru langit dengan beberapa helai putih di tengah. Ciri khas keluarga Boboiboy.

Pemandangan kota dari atas awan sudah masih luar biasa bagi Taufan, dia suka sekali membiarkan Angin membawanya entah kemana. Lalu saat membuka mata dia akan mendapatkan pemandangan menakjubkan seperti ini.

Taufan berbaring di atas angin. Rasa sejuk membuat matanya berat, terlebih semalam dia cuma tidur selama 30 menit, waktu tidur singkat yang bisa membuat manusia biasa pingsan. Untung lah Taufan itu manusia spesial.

Freedom Where stories live. Discover now