8- Awal.

506 52 11
                                    

Seadanya soalnya lagi nggak mood.

Seadanya soalnya lagi nggak mood

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"k-kak..?" Solar tergagap bingung untuk menjawab apa kerena yang dikatakan Taufan benar adanya. Sebagai saudara yang sudah tinggal serumah dari kecil bisa-bisanya mereka tidak sadar akan ketidaknyamanan Ice kemarin.

"Tadi sewaktu kak Taufan memasak dengan Gempa..."

Taufan memotong-motong tomat dengan cepat juga rapi, menimbulkan bunyi hentakan kuat antara pisau dan talenan, sementara Gempa tengah memotong-motong sayur.

"Omong-omong Gem, kenapa Ice bisa sampai kesakitan begitu tadi malam? Apa dia punya penyakit." Tanya Taufan memulai percakapan dari keheningan diantara mereka berdua.

"Ah itu? Dia punya gangguan sosial, biasanya tidak kambuh separah itu.. tapi mungkin karena kemaren kita berjalan di tempat ramai terus, jadinya..." Gempa menghentikan ucapannya seketika, dia menoleh pada Taufan yang kini melihat dia seperti sedang melihat hantu.

Manik safir Taufan seolah-olah bingung mendengar penjelasan Gempa, tubuhnya se-akan lemas. Rasa bersalah pada sang adik membuat Taufan merasa paling berdosa sekarang, bagaimana bisa dia tidak sadar kalau Ice tidak nyaman kemaren? Bagaimana bisa dia masih bersenang-senang padahal Ice....

Taufan menghela napas. "Kalian merasa bersalah bukan? Apalagi kakak." Taufan berdiri berjalan ke depan Solar yang masih  duduk menunduk menatap lantai. "Jangan sedih begitu, Solar nggak salah. Kak Upan yang salah karena kurang perhatian ke Ice. Semua makanan hari ini dibuat sebagai permanintaan maaf kakak ke Ice. Lain kali kak Upan janji masakin makanan kesukaan Solar, Blaze, sama Thorn juga. Oke?"
.
.
.
.
Mata berwarna rubynya terlihat fokus mengamati sesuatu, langkah dari arah belakang mengalihkan fokus Hali.

"Dramanya sudah selesai?"

"Yah~"

Taufan menjawab singkat, dia melihat gambaran Hali lalu terkagum seketika.

"Wah kak Alin keren ya."

"Apanya yang keren?"

Telinga Hali memerah diam-diam. Dia membiarkan Taufan mengambil gambarannya.

"Inimah udah lebih dari keren kak Alin! Apa jangan-jangan karena aku yang digambar makanya tambah keren."

Taufan mulai narsis bikin Hali mutar bola mata malas, sudah tiga hari bersama Taufan. Hali jadi tau sifat kalau sifat Taufan itu narsis hampir kayak Solar. Cuma kalau Taufan masih sedang, kalau Solar mah Kronis.

"Narsis."

"Seriusan! Kalau bukan aku yang jadi model pasti ngga bakal sekeren!"

"Iyain."

"Emang iya kok."

Hali malas ngejawab, ntar Taufan makin-makin.

"Omong-omong hari ini kalian pulang ke Tapops kan?"

Freedom Where stories live. Discover now