10 -saudara.

501 59 8
                                    

Guys sorry karena semalam ngga up, karena pas aku lagi enak-enaknya nulis tiba-tiba aja nih aku keluar dari wattpad dongg. Pas mau masuk lagi harus nyebutin sandi google, padahal kemaren tinggal masuk di googlenya ajaa. Baru bisa masuk sekarang dong.. itu pun dua cerita yang aku baru tulis ilang..

Ini aku coba nulis ulang secepatnya tapi cuma dapat sedikit.. maaf ya.. soalnya aku udah masuk sekolah hari ini pulang sore.

Aku juga nangis lebih nangis lagi pas peringkatnya nurun huhu😭😭

Dah lah happy reading guys.
_____________________

Tengah malam adalah waktu untuk beristirahat bagi setiap orang, tapi tengah malam ini mereka malah di kejutkan oleh Nagisa hingga tidak terbesit sedikit pun kantuk di mata.

Baik itu Gempa,Thorn, Blaze, Ice, dan bahkan Solar nampak kebingungan. Sementara Hali hanya terbesit kemarahan.

"K-kak? Apa maksudnya semua ini...?" Gempa gemetaran. Rettaka.. penjahat dari segala alien jahat.. kakaknya Taufan bawahan dari alien jahat seperti itu.. "Kak Upan..?"

"HEI JELASKAN PADA KAMI!!" Jerit Blaze elemen api dalam tubuhnya meledak-ledak seolah memberitahukan kalau dia tengah marah. "Kak Upan, bagaimana bisa kau bawahan Rettaka??? Si Alien jahat... Kau bersekutu dengannya?"

Taufan menunduk tidak berani mengangkat kepala melihat ke arah saudara-saudaranya. Inilah yang dia takutkan, tatapan benci, kecewa, serta keraguan.. dia tidak mau melihat tatapan seperti itu dari adik-adiknya.

Bahu Taufan di pegang dan di guncang pelan oleh Solar.

"Kak Upan jawab kak! Lihat solar! Bilang semua itu nggak benar! Kak Upan bukan bawahan alien jahat!"

Harus apa Taufan sekarang? Berbohong dan bilang kalau dia bukan sementara jawaban sebenarnya adalah iya? Bimbang adalah perasaan Taufan sekarang. Maka yang bisa Taufan lakukan sekarang hanyalah diam.

"K-ka..? Jangan gini.. bilang ke Solar semua ini ngga bener.."

Taufan mengangkat kepala, sesungguhnya dia takut. Tapi nada bergetar Solar lebih menyakitkan bagi Taufan.

"Solar.... Adikku.. aku tidak bisa mengatakan kebenaran, tapi semua ucapan ku sekarang bisa kau tebak sendiri artinya.."

Solar terdiam, bagi Solar mungkin waktu telah berhenti secara ajaib walau hanya sedetik. Mata silver yang selalu penuh kesombongan juga rasa percaya diri tinggi kini menjatuhkan air mata membasahi pipi.

Solar tidak bersuara, dia masih terjebak dalam hentian waktu. Bibir itu bergetar seiring makin banyaknya air mata keluar dari sang pemilik cahaya. Solar menangis, dia menangis tanpa suara.

Inilah yang Taufan takutkan. Rasa kecewa saudaranya seperti palu raksasa yang menghantam dengan keras hati Taufan.

"Solar.. dek, kakak emang ngga berhak minta maaf.. tapi kak Upan mohon, jangan nangis oke? Kak Upan yang salah." Taufan dengan tangan bergetar menghapus air mata solar yang berjatuhan. "Solar.. jangan nangis."

Solar tidak kuat lagi, dengan kuat dia menarik Taufan ke dalam dekapannya.

Mata Taufan melebar kala tangan Solar yang lebar tiba-tiba menariknya dalam dekapan hangat sang adik. Bahu Taufan terasa basah.

"Bukan, ini bukan salah kak Upan." Solar menggeleng pelan di bahu Taufan. "Solar yang salah, Solar selalu ngerasa paling tau segalanya.. tapi pas kakak lagi kesusahan gini Solar malah..." Solar tidak dapat berbicara lagi.

Freedom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang