6 - Traktir.

463 52 7
                                    

Ini kebahasaan nya aga beda dari chapter sebelumnya maaf, ngga tau kenapa bisa gitu:)___________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini kebahasaan nya aga beda dari chapter sebelumnya maaf, ngga tau kenapa bisa gitu:)
___________________________________


Meski matahari belum menampakkan sinarnya namun ayam sudah berkokok, menandakan pagi hari telah tiba. Blaze terbangun kala mendengar suara ketukan dari pintu depan.

Dia berdiri linglung berjalan sempoyongan ke depan, "Kak Taufan telatnya kebangetan."

Rambut Taufan kini telah berganti warna coklat bertengahkan putih kembali dengan topi biru putih seperti biasa menjadi aksesoris penutup kepala. Di kedua tangan ada keresek putih besar yang dapat Blaze tebak berisikan jajan.

"Uh maafkan aku.." Taufan merasa bersalah sekarang mana dia lupa memberi kabar lagi. Tas besar serta keresek di kedua tangan berisikan jajan itu sengaja ia bawa sebagai permintaan maaf.

Blaze angkat bahu tidak peduli. "Aku sih gapapa, itu si Ice dari semalam nungguin kakak." Bohong, padahal dia ikut tidur di luar karena ingin menunggu Taufan.

Aku akan membunuh mu jika kau berani menampakkan wajahmu di hadapan kami. Taufan berusaha menepis ingatan akan ilusi tadi, Ice tidak mungkin begitu. Yakin Taufan. "Kuharap marahnya akan berkurang karena aku bawa jajan."

"Eits jangan salah, si Ice kalau ngambek luluhnya lama lohh."

"Ahh...." Taufan menunduk sedih, mau bagaimana lagi? Memang dia yang salah.

"Tapi..." Blaze bertindak misterius, menjada ucapan dengan sengaja biar Taufan penasaran. Siapa suruh ngebuat mereka nunggu semaleman. "Kalau di ajak makan di luar, Ice pasti luluh."

Mata Taufan berbinar, "Begitu??" Dia ngeluarin dompet, ngambil kartu black card ngasih ke Blaze. "Kalau gitu hari ini kita makan di luar aja, Kaka traktir."

Gocha! Blaze bersorak dalam hati. Kalau Hali sama Gempa tau nih anak pasti udah di jitak palanya. "Kalau gitu kak Ufan bangunin Ice, Blaze mau mandi duluan!" Dia lari ngebirit ke kamar mandi sampai lupa bawa handuk jadi harus keluar lagi.

Taufan mah bagian ketawain Blaze aja. Dia pikir dia harus nyari kamar Ice dulu, ternyata enggak. Bocah beruang-sebutan Taufan buat Ice karena pertama kali ketemu Ice pake jaket musim dingin- itu cuma tidur di sofa tanpa bantal, bantalnya dia jadiin guling. Taufan makin kaget lagi pas ngelihat Hali tidur di sofa dalam posisi duduk.

Taufan duduk berlutut di samping sofa tempat Ice tidur. "Cece, bangun ayoo. Kakak bawain jajan nihh." Ucap Taufan sambil toel toel pipi Ice. "Kakak bawa keripik kentang sama keripik singkong lohh, Cece nggak mau?"

Kedua mata Ice terbuka tapi ngelihat Taufan dia langsung balik badan, Taufan nebak Ice lagi ngambek. "Cece ihh maafin kakak doong, kakak bawain jajan buat Cece."

"Cece siapa?" Tanya Ice pake suara serak habis bangun tidur, dia masih enggan buat ngelihat Taufan.

Bayangin dia semaleman nungguin kakak yang baru aja ketemu satu kali sama dia! Ice nggak pernah se-effort ini, eh Taufan malah ngga dateng.

Freedom Where stories live. Discover now