Capítulo 6 : balon udara

24 7 0
                                    

Happy reading

.......

Pagi hari yang cerah dihiasi awan indah yang menggumpal. semilir angin pagi yang berlalu lalang di bumi bebas.

Setelah sarapan dan berpamitan kepada Elina. Nirankara menunggu arsyanendra di depan rumahnya. Hari ini ia berniat berangkat bersama . Mumpung tidak ada aska yang akan mengomel. Kalo ibunya sih masih bisa disogok. Jika aska kalo sudah tidak yah tidak.

Seorang pria paruh baya menghampirinya dengan senyum yang melekat.

" Non , gak mau di anterin aja?"

" Gak usah mang, Ara sama nendra aja bentar lagi jemput."

" Kalo pulang biar saya jemput aja non."

" Mang ilham istirahat aja, kemarin sempet sakit kan? Ara nanti pulang sama nendra lagi ."

" Tapi non, gimana kalo tuan__"

" Ayah lagi gak ada mang jadi gak bakalan nanya ."

" Ya udah saya permisi non."

Nirankara melirik jam tangannya. Masih ada waktu untuk ke sekolah. Perempuan itu merogoh saku roknya.
Setelah benda yang ia cari didapat segera ia memasukan earphone kesebelah telinganya. Alunan musik merdu melintar di telinga nirankara dengan lembut. Sesekali ia terpejam tenggelam dalam lamunan .

" Wit wiww.... Nungguin ojek neng?"
Tanya Arsyanendra genit. Lelaki itu menghentikan motornya didepan nirankara.

" Nungguin mantan bang" Ucap nirankara.

Sentilan kecil mendarat di kening nirankara. Perempuan itu meringis pelan dan menampar helm yang dikenakan Arsyanendra.

Nirankara menaiki motor Arsyanendra dengan pundak Arsyanendra yang ia jadikan tumpuan.

" Udah siap?"
Arsyanendra menengok ke belakang melihat nirankara yabg sudah duduk dijok motornya.

" Udah." Nirankara mengangguk

" Pegangan."

" Gak mau. Gini aja cukup."

" Okeh."

Senyum miring tercetak jelas di wajah Arsyanendra. Ide jahil membuat laki laki itu menancap gas tanpa aba aba. Nirankara yang terkejut otomatis memegang erat pinggang Arsyanendra agar tidak terjungkal. Senyum kemenangan terpancar tatkala melihat nirankara yang memejamkan matanya.

" Katanya gak mau pegangan."

" Lo mau buat gue mati? Pagi pagi udah rusak aja mood gue gara gara lo. Gue turun aja . Lo kalo gak ikhlas gak papa. Sono pergi sekolah sendiri."

" Nira jangan marah ihh... Cuma bercanda juga, "

" Becanda lo bilang hah?"

" Iya maaf maaf, nanti gue kasih lo hadiah."

" Bener nih? Awas aja kalo boong."
Arsyanendra mengangguk sebagai jawaban.

Motor besar berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan normal.
Udara pagi yang masih sejuk membuat paru paru segar tanpa polusi. Wajah cantik nirankara diterpa angin lembut dihiasi memburat mentari tertutup awan malu malu.

Nirankara memilih mengamati lingkungan sekitarnya. Bangunan tinggi pencakar langit berjajar tak beraturan. tempat tempat umum ramai dikunjungi berbagai orang. Nirankara menatap seorang anak kecil yang memegang ukulele di tangannya. Bersenandung merdu seperti tanpa beban. Pakaian yang melekat terlihat lusuh dengan kaki tak beralaskan sendal.

NIRANNENDRAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن