capítulo 10 : Terbongkar

8 3 0
                                    

Holaaa teman teman.

Suara bising kendaraan roda dua dan empat terdengar bersahutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara bising kendaraan roda dua dan empat terdengar bersahutan. Jalanan siang menjelang sore sedang padat padatnya hari ini.

Arsyanendra memarkirkan motornya didepan toko perlengkapan khusus kucing. Ia membuka helm full face nya dan menata tampilan rambutnya dengan jari. Sedangkan Nirankara sudah turun dari motor dan mengambil handphone yang tersimpan di saku roknya.

" Mau ikut?"

" Nunggu disini aja, gue haus mau beli minuman di depan sana." ucap Nirankara. Laki laki itu mengangguk kemudian pergi memasuki toko didepannya.

Nirankara merentangkan setengah tangannya untuk memberi kode kepada pengguna jalan bahwa ia akan menyebrang. Matanya fokus melirik ke kanan dan ke kiri untuk berjaga jaga.

Setelah sampai di stand yang menjual berbagai macam minuman, Nirankara memesan dua buah minuman rasa alpukat untuk dirinya dan rasa coklat untuk Arsyanendra.

Jalanan lumayan ramai oleh kendaraan yang hilir mudik mencapai tempat tujuan.

Nirankara masih diam ditempat menunggu waktu yang pas untuk menyebrang.

Terlihat Arsyanendra sudah keluar dengan sebuah plastik sedang ditangan kirinya. Laki laki itu tersenyum menatap Nirankara.

Sama halnya dengan Nirankara yang kembali membalas senyuman Arsyanendra sambil mengangkat plastik berisik dua minuman yang baru di belinya.

Nirankara melangkahkan kakinya untuk berjalan kearah Arsyanendra. Namun dari sebelah kanan ada pengendara yang membawa motornya dalam kecepatan tinggi hingga berhasil menabrak kaki Nirankara.

Arsyanendra yang melihat kejadian itu tanpa berpikir panjang langsung berlari meninggalkan belanjaannya.

"NIRAN!"

Tubuh Nirankara terhempas ke belakang dengan posisi duduk. Sedangkan sebelah tangannya menahan bobot tubuhnya dan sebelahnya lagi senantiasa memegang plastik berisi minuman yang sudah pecah.

Terdapat luka sobekan yang lumayan besar disepanjang betis dan lutut Nirankara. Begitupun dengan tangan Nirankara yang sedikit lecet.

Rasa perih dan panas bercampur setelah beberapa detik kejadian itu terjadi.

Arsyanendra tidak bertanya bagaimana keadaan Nirankara. Segera ia angkat tubuh Nirankara dan membawanya kepinggir jalan yang terdapat sebuah kursi.

Semua orang yang melihatnya ikut panik dan mereka hanya menonton saja tanpa ada niatan membantu.

Sedangkan pelaku tadi sudah kabur dan tidak mau bertanggung jawab.

" Nendra,gue takut darah." cicit Nirankara

...


Nirankara memekik keras ketika dokter membersihkan lukanya. Tangannya mencengkram lengan Arsyanendra kuat. Pipinya sudah basah oleh air mata yang ia keluarkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIRANNENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang