Bab 17; Nanti kita buat yang gak berisik

38 16 17
                                    

🍒🍓

"Nanti kita bikin rumah yang enggak berisik, ya?"

"Nanti kita buat rumah yang isinya hanya kita, anak kita, dan kebahagiaan."

"Kita bikin bahagia, yang paling bahagia!"

_A.L.

‧₊˚ ☁️⋅♡𓂃 ࣪ ִֶָ☾.

Di awali dengan sebuah kekacauan yang terjadi. Di dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung. Lyn memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang baru saja ia terima. Gadis itu menatap datar kedepan, mengenyampingkan rasa sakitnya.

"Sopan kamu bicara nada tinggi dengan orang yang sudah melahirkan mu, hah?!" maki Jeffrey setelah melayangkan tamparan. Lyn terdiam, merasakan rasa sakit baik di hati maupun fisiknya.

"Apa mau kalian..., aku cuma mau punya keluarga yang harmonis!" desis Lyn dengan harapannya. Gadis itu menangis namun tak bersuara. Hanya buliran bening lah yang terjun.

"Kita lengkap, Lyn! Ayah, Bunda, Vlora, dan kamu!"

"Ayah, Bunda, dan Vlora, gak ada aku, Yah," lirihnya.

"Kenapa kamu bilang seperti itu, Lyn? Kita masih nganggep kamu anak kita! Maka dari itu rubahlah sifatmu," pinta Jeffrey.

Lyn menggeleng pelan. "Bukan aku yang berubah, Yah, tapi kalian juga," lalu memandang kedua orangtuanya dengan lekat dengan wajah yang sudah basah. "Aku mau peran kalian, bukan hanya raga kalian aja."

"Aku juga punya hati, Yah, Bun..., aku juga punya perasaan. Aku butuh kalian, aku mau kalian, aku—" Lyn menjeda ucapannya karena tangisnya sudah tak bisa ia tahan. Gadis itu terjatuh tak berdaya, dengan pundak yang lagi dan lagi bergetar itu Lyn memeluk kedua lututnya.

"Rubah sikap kamu! Kapan sih jadi anak yang nurut sama orang tua?" Jeffrey meraih dagu gadis itu dengan kasar, menatapnya tajam. Sedangkan Lyn masih bergeming menatapi semuanya. Ingin melawan pun rasanya percuma, ia akan kalah.

Jeffrey adalah Ayah Lyn. Lelaki yang saat ini berumur 49 Tahun dengan rahang yang tegas dan wajah yang ketus. Orang yang melihatnya pun pasti akan berpikiran bahwa Jeffrey adalah sosok ayah yang tegas nan galak. Tapi mereka salah, Jeffrey pun termasuk orang yang selalu mau menang sendiri, ia egois, tak ingin kalah.

Sedangkan Linda adalah istrinya, Bunda dari Lyn dan Vlora. Perempuan cantik dengan wajah putih itu terkenal baik dan murah hati. Bagi sebagian orang, Linda adalah sosok yang teladan dan penyayang. Yang tidak orang tahu, Linda memiliki sifat yang susah diatur, namun suka mengatur. Ia terkenal humoris hanya diluar saja, tentunya sebagai topeng untuk menutupi keegoisannya semata.

"Mulai sekarang gak usah bertemu dengan lelaki itu! Dia hanya membuat kamu semakin menjadi pembangkang dan susah diatur!" maki Jeffrey dengan murka. Lyn tahu siapa yang Ayahnya itu maksud hanya diam. Agha tak salah, dia yang salah. Ia tak akan membiarkan jika Agha pun turut jadi korban atas keegoisan mereka.

"Jangan bawa bawa dia, Yah!" pinta Lyn penuh harap. Jika bukan Agha lalu siapa lagi yang akan membuat dirinya tenang? Hanya Aghalah orang yang selalu menjadi tempatnya pulang.

"Diam kamu!" bentak Jeffrey sekali kali. Entah sudah berapa kali ia melayangkan bentakan kerasnya.

"Vlora, kamu awasi dia, jangan sampai dia bertemu lagi dengan lelaki itu." Jeffrey kemudian berlalu dari sana begitu saja. Disusul oleh Linda yang hanya diam menatap salah satu putrinya itu menangis.

AGHARENZA [ On Going! ]Where stories live. Discover now