Aku ingin tapi 'Bagaimana jika... '

230 44 101
                                    

Ingin adalah sebuah langkah awal menuju sebuah impian, bertemu dengan orang-orang yang dulunya biasa saja yang sekarang sudah luar biasa, sudah bersama orang-orang tersayang, memiliki pekerjaan kebanggan, memiliki usaha yang lancar jaya dan memili...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ingin adalah sebuah langkah awal menuju sebuah impian, bertemu dengan orang-orang yang dulunya biasa saja yang sekarang sudah luar biasa, sudah bersama orang-orang tersayang, memiliki pekerjaan kebanggan, memiliki usaha yang lancar jaya dan memiliki prestasi yang tak bisa dihitung seberapa banyaknya, semua hal itu menjadikanku 'ingin' sesukses mereka.

Namun, 'Bagaimana jika... ' hal itu masih menghantui diriku, takut melangkah, takut gagal dan banyak ketakutan lainnya. Aku ingin mencoba menjadi seseorang yang bisa melangkah dengan mudah, meyakinkan diri bahkan meyakinkan orang-orang di sekitar, namun aku terlalu takut! Aku takut bagaimana jika aku gagal.

Hujan sore ini sedikit meredam kebisingan yang ada di kepalaku, pemandangan seorang penjual es di kala hujan membuatku bergumam
"Apa yang orang itu harapkan dari segelas es di musim hujan seperti ini?"
Tak lama kemudian ada seorang anak yang mendekat bersama orang tuanya dan membeli es berwarna pink yang dijual di kala hujan ini. Senyum dari keduanya terlihat jelas, seorang bapak penjual yang merasakan kebahagiaan atas rezeki yang diterima, dan anak yang senyumnya mengambang indah.

Entah mengapa langkah kakiku juga menuju tukang es tersebut
"Pak es kopinya 1 ya, ngga pake susu," pesanku spontan.
"Siap mbak."
Senyuman merekah lebar di bibir penjual es tersebut, aku pun masih bingung kenapa aku membeli es di musim hujan seperti ini? Sambil menyiapkan esnya, entah mengapa aku mengeluarkan pertanyaan...

"Pak, ini kan hujan ya pak, kenapa bapak jualan es hujan-hujan begini?" tanyaku dengan tak tau malunya.

"Rezeki mah udah ada yang ngatur mbak, coba aja dulu. Nih, buktinya mba juga ujan-ujan beli es kan haha," ujar penjual es tersebut sambil tertawa dan menyerahkan cup es kopinya.

"Terima kasih pak, lancar-lancar ya pak," ujarku dan pergi menuju halte bus yang akan aku naiki.

Banyak hal dalam beberapa menit ini, aku sempat berpikir beberapa saat, ini masih tentang tukang es tadi ya. Secara singkat semua itu adalah ketakutan dari dalam diriku sendiri, aku berusaha menekankan bahwa ini adalah saat untuk aku melangkah dengan harapan-harapan kecil yang ada, jika sebuah kemustahilan saja masih bisa menjadi sebuah harapan baru, lantas apakah aku harus sepasrah ini dan tidak mencoba untuk melangkah maju?

"Bagaimana jika aku akan berhasil?"
"Bagaimana jika aku sukses?"
"Bagaimana jika aku gagal, dan aku menemukan jalan untuk bangkit kembali?"

Walau aku tahu ini masih berat, namun yang aku sadari adalah
"Bukan seberapa banyak presentase berhasilnya, namun seberapa yakin bisa menjalaninya"

Sesungguhnya Allah berfirman,

Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”
(HR Bukhari dan Muslim).

Sekian guys untuk bagian 1 kali ini, i'm sorry kalo ngga sesuai dengan kalian yaps🤍
Buat kalian yang mengalami hal2 semacam ini dan ingin dibahas juga di part selanjutnya, bisa DM or cht ke aku yaps
Jangan lupa mampir di instagram aku di
Asy_Thisyourtime

I hope kalian bisa coment tulisan aku ya
Love to all and semangat untuk hari-harinya!!!

Tuhan, Aku Lelah dengan Diriku SendiriWhere stories live. Discover now