♡2

500 79 16
                                    

☆☆

Jalan tanah merah nan lembab Ratna lalui dengan ekstra hati-hati, terlebih lagi dia menggendong Yasmine di punggung nya. Dia akan mengantar Yasmine pulang menuju rumah nenek Yasmine. Melewati perkebunan sayur, pepohonan rindang, pemandangan pegunungan, begitu memanjakan sukma mereka berdua.

"Kamu tau rumah nyonya Fen? Dia nenek ku." kata Yasmine.

Katanya, sang nenek biasa dikenal orang-orang dengan nama nyonya Fen Surahman.

Ratna berusaha mengingat-ingat..
"Eee.. Nyonya Fen ya. Saya sebatas pernah mendengar namanya, non."

Nama nyonya Fen sudah dikenal banyak warga kampung tempat tinggal Ratna. Nyonya Fen Surahman adalah juragan terkaya di daerahnya, banyak tetangga nya yang bekerja di kebun nyonya Fen. Tidak hanya memiliki banyak kebun, dan peternakan sapi, dari mendiang suaminya nyonya Fen memiliki bisnis pabrik karet juga. Tetapi, Ratna bekerja di juragan yang berbeda. Masih seorang pribumi. Namanya juragan Munir. Dia bekerja di kebun juragan Munir karena ikut sang ibu yang juga bekerja di juragan Munir sebagai tukang kebun di halaman rumahnya, sekaligus tukang cuci pakaian keluarga juragan Munir.

"Oke. Sekarang kita belok ke kanan, terus jalan, dan nanti akan ada jalan yang agak menanjak menuju bukit yang sedikit tinggi."
Yasmine bersyukur dirinya masih mengingat jalan pulang.
Salah siapa jalan-jalan sendirian..

Ratna mengikuti arahannya.

"Ratna.. Maaf ya, aku sudah merusak kebun dan merepotkanmu." ungkap Yasmine malu.

"Sudah saya maafkan, non. Dan non Yasmine sudah meminta maaf yang ke tiga kalinya.." Ratna mengingatkan.
Dia sampai bingung. Apa nona Belanda di gendongannya ini hobi minta maaf..?

"Iya.. Terimakasih."

Ratna, "Boleh saya bertanya?"

"Boleh.." jawab Yasmine santai.

"Tadi bagaimana nona bisa sampai terjatuh di semak-semak kebun?"

"Hhehehe. Sebelumnya aku berkeliling sendirian di kebun nenek. Lalu menemukan kucing liar yang sangat lucu, menggemaskan. Tadinya aku berniat akan membawa pulang kucing itu. Tapi dia malah terus berlari. Aku mengikutinya untuk berusaha menangkap. Ternyata.. aku malah terjatuh terperosok ke semak-semak. Aku juga baru sadar aku sudah di kebun orang lain."

Kepala Ratna mengangguk.
Kakinya melangkah lebih hati-hati saat melewati jembatan kayu diatas kali sungai kecil yang lebar nya mungkin sekitar satu setengah meter. Dari bawah jembatan, terdengar suara gemericik air kali sungai yang begitu damai.

"Wah, kita sebentar lagi sampai!" ujar Yasmine ketika sampai di jalan menanjak, dimana sudah semakin terlihat jelas sebuah rumah warna putih gading bergaya design Belanda berdiri cukup megah nan besar di atas bukit yang lumayan lebih tinggi dari dataran lain di sekitarnya. Dan memiliki halaman yang sangat luas, disertai banyak tanaman bunga, dan tanaman hias lain yang mengisi halamannya.

 Dan memiliki halaman yang sangat luas, disertai banyak tanaman bunga, dan tanaman hias lain yang mengisi halamannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
[ New ] Something [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora