♡38

159 35 20
                                    

☆☆

Sekitar pukul enam malam.
Sejak kemunculan Yasmine di ruang makan, nona Zhao dan Andrew tidak henti-henti nya memperhatikan mata sembab Yasmine. Sedangkan Yasmine lebih fokus menyantap makanan nya. Ada semangkuk sup ayam makaroni.

"Yasmine, matamu kenapa? Kamu habis menangis? Beritahu mami! Apa yang terjadi?" tanya ibunya.

Andrew ikut bertanya, "Iya, Yasmine. Wat maakt een mooi meisje als jij zo aan het huilen?"
( Apa yang membuat gadis secantik kamu menangis seperti ini? )

Kegiatan makan Yasmine berhenti. Seiring munculnya emosi ketika mendengar Andrew bicara.
'Omong kosong!' kesalnya membatin.

Setelah berusaha tenang, Yasmine berkata, "Maaf, sepertinya aku ingin lanjut makan di kamar saja. Kepalaku masih sakit."

Kompak ibunya dan Andrew saking melempar pandang.

"Tidak apa-apa, sayang," sahut nona Zhao kemudian.

Yasmine pun beranjak pergi dengan membawa mangkuk berisi sup nya.

"Andrew.." panggil nona Zhao.

"Iya?"

"Bagaimana kalau kamu membawakan air minum dan buah-buah an ke kamar Yasmine?"

Ah, Andrew paham maksud nona Zhao. Dia pun setuju.

Benar saja, di kamar, Yasmine sendirian menikmati sup nya di meja belajar. Namun kesendiriannya harus terganggu oleh kemunculan Andrew yang sudah masuk ke kamarnya begitu saja, tanpa permisi atau mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Andrew?" herannya.

Pemuda itu tersenyum, seolah semua baik-baik saja. Lanjut melangkah untuk menaruh nampan berisi segelas air minum, roti lapis sayuran, dan buah-buah an. Ada jeruk mandarin, serta anggur hijau.
"Aku bawakan ini untukmu. Ini buah-buahan favorit mu kan?!"

Sambil menahan kesal, Yasmine menyahuti, "Hm,"
Melirik pada wajahnya pun dia enggan.

"Apa kepala mu masih sangat sakit, Yasmine? Aku sangat khawatir. Kau sudah minum obat?" tutur Andrew.

Merasa emosi tidak dapat tertahan seakan terus memuncak, Yasmine pun berkata, "Aku tidak yakin kamu benar-benar se khawatir itu padaku. Kucing ku saja kamu bunuh!"

Terhenyak. Keterkejutan sangat terlihat di raut wajah Andrew. "Apa?"

Seolah tidak mendengar, Yasmine kembali berusaha fokus pada makanan. Tetapi rasanya nafsu makan pun sudah tidak ada. Maka dia berhenti, dan minum.

"Yasmine, Apa yang kamu katakan? Kenapa kamu menuduh ku seperti ini? Apa yang terjadi dengan kucing mu?" tanya Andrew dramatis.

"Cch! Aku menangis seperti ini karena kucing ku telah mati diracun oleh kamu, Andrew! Benar-benar sangat jahat! Tidak punya nurani!" ungkap Yasmine mulai diburu amarah.
Dan untuk pertama kali nya dia marah seperti ini pada orang.

'Sungguh dia menangisi kucing sampah itu? Sampai seperti ini? Yang benar saja? Tapi bagaimana dia bisa tau?' heran batin Andrew.
"Tidak, Yasmine!" sanggah nya kemudian.
"Bagaimana mungkin aku se jahat itu.. Katakan, siapa yang telah mempengaruhi pikiran mu jika aku pembunuhnya?"

"Jangan berpura-pura! Ratna telah menemukan bukti kejahatan mu!"

"Jadi sungguh kamu berpikir aku adalah pelaku nya karena gadis miskin itu? Kamu mempercayainya, Yasmine? Babu rendahan itu pembohong!"

Mata Yasmine melebar. Jantungnya berdebar cepat seiring amarah yang terus semakin berapi-api. Tidak terima kekasihnya dihina seperti itu.
"Kau yang pembohong!"
"Pergi dari kamarku! Moordenaar!"
( Pembunuh! ) ucapnya sarat tekanan, hampir berteriak. Muak dengan Andrew terus berpura-pura sementara dia telah memegang bukti nya.

[ New ] Something [END]Where stories live. Discover now