♡86 [EnD]

335 51 94
                                    

☆☆

Sore hari, Ratna dan Yasmine jalan-jalan di halaman. Jika dulu saat memandang dari halaman depan, sejauh mata memandang akan hanya terlihat perkebunan asri, dan hutan yang alami, sejuk, sekarang sudah mulai di bangun rumah-rumah penduduk. Meski belum ramai dan padat, mereka yakin, suatu saat bisa saja hutan dan kebun-kebun disana semakin digerus manusia, perlahan hilang. Mau bagaimana lagi, hal itu seolah sudah jadi bagian perputaran alam. Mereka berharap, yang penting para manusia tidak lupa untuk menghargai alam, dan peduli terhadap lingkungan.

Tutur Yasmine, "Nanti, kita harus mengedukasi para pegawai pabrik dan kebun untuk sama-sama peduli pada lingkungan,"

"Tentu. Saya sangat setuju," sahut Ratna tak sabar ingin kembali beraktifitas berkebun seperti dulu.

Mereka terus berjalan ke halaman samping kiri rumah. Lalu tertegun saat melihat hutan di belakang rumah masih ada. Hutan kenangan masa muda mereka.

"Ayo, kita kesana!" ajak Ratna.

Yasmine peluk lengan Ratna. "Ayo!"

Hutan nya terbilang masih rimbun walau sudah tidak se gelap dulu. Bersyukur masih banyak tanaman liar dan pohon-pohon tinggi yang tumbuh disini.
Hati mereka senang sekali dapat memasuki hutan ini lagi. Seperti tiba-tiba kembali ke masa muda. Bernostalgia kenangan di hutan ini.

Teringat kucing bernama Abu, hati Yasmine meringis sedih. Rindu pada kucing lucu itu.

Ratna mengajak nya berjalan ke dekat salahsatu pohon. Lalu berhenti di dekat tanaman bunga kencana ungu liar.
"Kamu masih ingat si kucing abu?"

"Masih ingat. Aku masih ingat semua tentang nya." tutur Yasmine.

Ratna menyibak daun-daun dan ranting yang berserakan disana, dan tampak lah gundukan tanah bertanda satu batang kayu tua yang telah mati.

"Kuburannya masih ada," kata Ratna kemudian.

Yasmine ikut berjongkok, mengusap gundukan tanah itu.
Nafasnya berhembus dramatis.
"Aku merindukan abu..,"

"Saya juga.. Kalau dia masih ada, pasti sekarang sudah tua sekali."

"Sama seperti kita," ucap Yasmine disertai tawa kecil.

Ratna cubit gemas pipi istrinya.
"Besok kamu ingat tanggal berapa?"

Sekarang mereka kembali berdiri.

"Tanggal 12 September?" jawab Yasmine.

"Betul tanggal 12.. dan?"

"Dan apa?"

Melihat ekspresi Ratna mulai lemas, Yasmine menahan tawa kecil.
Dia pegang kedua tangan sang istri, seraya berkata, "Aku tidak lupa.. Besok tepat nya hari anniversary pernikahan kita. Yeayy..!"

Ratna pun tergelak tawa.
"Dasar jail..!" Dia gelitik pinggang Yasmine.

Tidak tahan Yasmine memekik kaget dan geli. Dia tertawa, juga minta ampun.
"Aaak! Stop! Tidak kuat!"

Aksi Ratna berhenti, tapi tawa lepas mereka berdua masih berlanjut.
Ratna satukan kening nya dengan kening Yasmine. Memeluk pinggang nya lembut.
Yasmine peluk kedua bahu nya. Mengusap surai Ratna yang mulai terlihat tumbuh rambut-rambut uban.

"Di hutan ini, dulu pertama kalinya saya menyentuh bibir kamu, ketika hujan turun deras, membuat kita kedinginan, dan saya hampir khilaf." tutur Ratna malu.

Pipi Yasmine merona tersipu. Ingat jelas kenangan di hari itu.

"Disini juga pertama kalinya saya tau berdansa. Menghabiskan waktu romantis bersama mu,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[ New ] Something [END]Where stories live. Discover now