♡42

151 36 13
                                    

☆☆

Malam yang teramat sepi di rumah keluarga nyonya Fen. Sepasang suami istri menyantap makan malam mereka tanpa semangat dan keceriaan seperti sebelum-sebelum nya.
Tuan Lissone telah diberitahu perihal kabur nya Yasmine dari rumah. Memunculkan rasa kecewa, rasa bersalah, cemas, sedih. Dia masih belum tau harus kemana mencari sang anak.

Nona Zhao memijit kening nya yang terasa sangat sakit, sambil berkeluh kesah, "Aku yakin Yasmine pergi mengikuti mereka berdua.
Kenapa Yasmine sampai ingin pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti mereka?"

Kepala suaminya menggeleng, sama-sama tidak mengerti.
"Jangan-jangan, mereka telah memperngaruhi dan memanfaatkan anak kita!"

"Cari mereka sekarang, sayang!" pinta nona Zhao dengan suara yang meninggi.
"Aku sangat mengkhawatirkan putri kita..."

Dia beranjak, memeluk sang istri. Dan berkata, "Setelah ini aku akan menemui mandor Taryo untuk membantu kita mencari Yasmine."
Lalu diangguki oleh nona Zhao.

Di dekat kebun kayu dan kebun bambu yang masih rimbun, terlihat asap mengepul dari atas genteng salahsatu rumah panggung, tanda rumah itu kini telah berpenghuni kembali. Kepulan asap tercipta dari kegiatan memasak di tungku pemilik rumah. Di dapur, Rokayah menarik dua batang kayu untuk dikeluarkan dari tungku agar api mati sendiri nanti nya, karena dia sudah selesai memasak, dan sekarang ikut duduk bersama dua gadis yang telah menyiapkan sepiring talas dan singkong kukus ditaburi kelapa parut untuk nya. Makan malam pertama di rumah baru sementara mereka dengan makanan ala kadar nya yang dapat mereka temukan di sekitar rumah. Beruntung sekali tadi sore mereka bisa  menemukan singkong dan talas di hutan, yang sangat mungkin bukan milik warga. Sehingga aman untuk mereka ambil. Maklum, di kampung ini tidak ada warung yang menjual beras dan sebagai nya, juga terlalu jauh jika harus pergi ke pasar, karena hari sudah sore.

"Maaf, ya, non.. sekarang kita hanya makan ini.." ucap Rokayah pada Yasmine.

Tangan Yasmine mengusap lembut bahu Rokayah.
"Ibu.. ibu tidak perlu minta maaf begitu. Walaupun saya masih aneh karena belum biasa, tapi ini enak. Saya suka! Tadi saya sempat mencicipi nya dari Ratna."

Ratna tersenyum manis.

"Saya bersyukur sekali kita masih dapat makan, bu. Besok, ayo kita ke pasar! Kita beli yang kita butuhkan!" ujar Yasmine semangat.

Ibu dan anak itu pun mengangguk, ikut bersemangat.

"Sekarang, ayo, kita makan dulu!" seru Ratna.

Rumah yang tadinya kosong dan sunyi kelam itu kini tampak hangat dengan kehangatan percakapan mereka bertiga sebagai penghuni baru. Sebuah harapan terucap dalam hati masing-masing, semoga rumah ini akan menjadi tempat yang baik untuk kelanjutan hidup mereka.

Sebuah mobil bagus mengkilap menyusuri jalan perkampungan, warga di kampung itu sampai keluar, berdiri di depan rumah untuk memperhatikan mobil tersebut. Yang tak lain adalah mobil milik tuan Lissone yang datang ke kampung itu bersama salahsatu pegawai nya, seorang pria lima puluh tujuh tahun bernama Taryo, duduk di samping nya.

"Sekarang belok ke arah mana?" tanya tuan Lissone.

Taryo menjawab, "Belok kanan, tuan. Kata warga sini, rumah Rokayah di dekat kebun singkong."

Mobil belok ke arah kanan. Keadaan jalan semakin gelap sebab tak ada penerangan jalan. Mobil terus melaju, melewati satu rumah, dan sampai lah mereka melihat kebun singkong, mereka keheranan karena tidak melihat ada rumah lagi disana.

"Loh? Apakah rumah mereka sudah terlewat?" heran si tuan.

Taryo menggeleng. "Saya yakin tidak tuan."
Dia keluar dari mobil. Begitu pula dengan sang majikan langsung ikut turun.

[ New ] Something [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang