Limerence 04: Dingin dan pemarah

116K 5.6K 5
                                    

“Dimana Bella?” tanya Malvin pada Vero.

“Bersama Mayra. Dia sangat menyukai wanita itu," jawab Vero.

“Dimana?” tanya Malvin dingin.

“Ssttt! Di dalam, Bella sedang tidur." Ucap Vero. Dia membuka pintu CEO room.

Bella tertidur pulas di pelukan Mayra. Anak itu dengan nyaman menenggelamkan kepalanya di dada Mayra.

Mayra yang melamun sembari mengelus-elus rambut Bella terkejut dengan sosok Malvin yang sudah berdiri di depannya. Pria itu langsung menggendong Bella dan pergi tanpa mengatakan apapun.

“Kamu lihat? Anak dan ayah sama saja. Maaf membuatmu repot satu hari ini, Mayra. Aku sangat berterimakasih atas bantuan mu," ucap Vero. Mereka juga ikut keluar dari sana.

Tibalah mereka di kediaman Malvin. Belum sempat pulang, Vero mendengar suara tangisan cucunya. Dia pun menghampiri Bella ke kamarnya.

“Ada apa?” tanyanya.

“Granny, mommy mana? Kenapa Bella di sini?" Tangisan Bella pecah.

“Sayang, tenanglah.” Vero memeluk cucunya penuh kasih sayang.

“Mommy! Kenapa tidak ada mommy Mayra? Dimana mommy Mayra?” Tangisan Bella kian meraung-raung.

“Bella! Dia bukan mommymu! Kenapa kamu sangat keras kepala, hah?” bentak Malvin membuat putrinya ketakutan.

“Kenapa kamu membentak cucu ku?” Vero marah melihat Malvin.

“Maaf sayang, daddy tidak bermaksud membentak mu.” Malvin berusaha menenangkan Bella namun putrinya sudah sangat ketakutan.

“Granny, daddy jahat. Aku mau sama mommy!"

“Kontrol emosi mu baik-baik, Malvin!” Vero memeluk cucunya dengan erat.

“Bella mau ikut Granny saja!”

--o0o--

Malvin berjalan menuju lift dan tidak sengaja berjumpa dengan Mayra yang sedang bertelepon sembari memegang berkas-berkasnya.

“Baiklah Zara, nanti aku akan mengunjungimu. Jangan lupa obat mu, oke?” Mayra mematikan ponselnya. Dia berjalan menuju lift dan matanya tidak sengaja bertemu dengan Malvin di lift khususnya.

Dia buru-buru masuk dan menekan tombol.

“Dia terlihat menakutkan, tatapnya tajam.” Gumam Mayra.

Mayra keluar dari lift dan tidak sengaja menabrak Liam sampai berkas-berkasnya beterbangan.

“Maaf,” Mayra panik dan memungutinya dibantu oleh pria itu.
Seorang pria menghampiri mereka, dan ikut memungut berkas-berkas itu juga.

“Terimakasih." Mayra menerima berkas-berkas tersebut dari kedua pria itu.

“Perhatikan langkah mu, Mayra. Putri mu bisa menangis jika melihat mommynya terjatuh," ucap Liam dan langsung pergi.

“Putri?” Mayra dan Ian kebingungan.

“Pria itu pasti sudah gila," gumam Mayra.

“Hey, hey! Semua orang tahu jika putri pak Malvin memanggilmu mommy," ucap Ian.

“Itu membuat ku bingung juga," balas Mayra.

“Kalian benar-benar tidak punya hubungan? Kamu tidak menganggapnya putri atau kamu punya hubungan dengan pak Malvin?”

“Tidak keduanya," jawab Mayra dan langsung pergi.

“Jadi kenapa dia memanggil mu mommy?”

“Aku tidak tahu, Ian! Aku sibuk.”

  Sementara itu, Malvin langsung sibuk di ruangannya.

“Masuk," ucapnya dingin saat Liam memanggilnya.

“Ini berkasnya. Sudah ku periksa," ujar Liam. Dia memberikan dokumen-dokumen pada Malvin dan meminta tandatangan bosnya itu.

“Apa Bella ke sekolah?” tanya Malvin.

“Tidak. Satu minggu ini dia tidak kemana-mana selain bermain bersama nyonya Vero dan tuan Dilon," jawab Liam.

“Tidak meminta pulang?”

“Tidak, hahaha! Bella bilang kamu jahat, Vin! Dia mau mommy Mayranya. Bella bahkan meminta ku untuk membawanya ke kantor," jawab Liam terkekeh.

“Apa yang membuatnya begitu menyukai Mayra? Dia bahkan tidak memiliki kemiripan dengan emm..” Liam tidak melanjutkan perkataannya.

“Bella menjadi keras kepala. Entah apa yang membuatnya memanggil wanita itu mommynya.” Malvin menghela nafasnya.

“Aku akan pulang untuk menjemputnya. Urus semuanya!" Ucap Malvin setelah menandatangi berkas-berkas itu.

“Dan ya, awasi dia!” Lanjutnya.

“Siapa?" tanya Liam.

“Wanita itu!”

“Oh, Mayra? Oke!” Liam mengangguk dan menatap Malvin yang sudah pergi.

LIMERENCE Where stories live. Discover now