Limerence 30: Sweat smile

67.4K 3.7K 9
                                    

Mayra menatap pemandangan lewat jendela mobil. Mereka baru turun dari pesawat dan menuju vila.

Malvin sesekali menoleh pada istrinya yang melamun itu. Dia banyak diam selama perjalanan.

Tibalah mereka di penginapan yang sudah disiapkan oleh Vero dan Dilon. Keduanya memasuki ruangan itu, kemudian melongo saat mendapati kamar mereka. Seluruh ruangan benar-benar dihiasi untuk pengantin baru.

“Norak,” ucap Malvin dan Mayra mengangguk setuju.

“Tapi aku suka. Lihat ini.” Mayra membuka gorden dan menunjukkan pemandangan indah. Lautan yang membentang luas dan pantai yang begitu indah.

“Kamu suka?”

“Ya, ini indah. Meski di dalam ruangan ini membuatku bergidik. Seperti kuburan saja,” ujar Mayra. Taburan bunga memang disusun dengan lampu kelap-kelip. Begitu indah, namun keduanya tidak menyukainya. Mungkin karena bukan seleranya, atau karena merasa malu untuk mengakuinya.

“Mandilah, aku akan keluar sebentar,” ujar Malvin. Dia meletakkan koper mereka dan langsung pergi.

“Tempat ini indah,” ucap Mayra lagi.
Dia pun pergi ke kamar mandi dan melihat bathtub yang dipenuhi bunga.

“Wah! Gila! Aku tidak tahu, apa semua pengantin akan mendapatkan pemandangan seperti ini jika sedang honeymoon?” gumamnya.
Mayra pun mulai berendam dan membersihkan dirinya.

Setelah mandi, Mayra ke luar dan membuka kopernya. Dia terkejut dengan isi kopernya yang berisikan pakaian-pakaian terbuka dan juga dress.

“Seharusnya kusiapkan sendiri saja, ini pasti ulah mama,” ujarnya. Mayra mengambil salah satu piyama dan memakainya.

“Ini sangat terbuka.” Dia menutup wajahnya melihat tubuhnya dengan piyama tipis itu.

Saat mendengar pintu terbuka, Mayra langsung melompat ke kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Kelopak bunga yang disana mulai berjatuhan ke lantai.

“Aku pulang. Mm, sedang apa?” tanya Malvin.

Mayra menggeleng.

“Dingin.” jawab Mayra berbohong.

“Dingin?” Malvin mengambil remote dan menaikkan suhu AC. Dia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah mandi, Malvin langsung mengambil laptopnya dan duduk di sofa. Di tengah kesibukannya, sesekali Malvin menoleh pada Mayra yang memainkan ponselnya di dalam selimut.

“Mayra, aku sedikit kepanasan. Bisa turunkan suhunya?” ucap Malvin.
Pria itu terbelalak saat melihat Mayra turun dari kasur. Dia langsung memalingkan pandangannya dan kembali menatap layar laptopnya.

Mayra kembali membungkus tubuhnya dengan selimut, dia tidak tahu jika Malvin sudah melihatnya.

“Mm, Malvin?” panggil Mayra.

Malvin tidak menjawab. Dia menghirup nafas panjang dan menoleh.

“Aku lapar. Bisakah kita makan dulu sebelum kamu mengerjakan pekerjaan mu itu?” tanya Mayra.

“Aku sudah menghubungi pelayan. Tunggu sebentar lagi,” jawab Malvin.

“Baiklah.” Mayra merebahkan tubuhnya.

Tidak lama setelah itu, para pelayan mengantarkan makan malam mereka. Mayra langsung membungkus tubuhnya dan duduk di kursi. Dia benar-benar kelaparan.

Dia menyantap makanan itu dan mengayun-ayunkan kakinya.

“Kamu mirip ulat bulu,” ucap Malvin menatap Mayra yang sedang makan.

“Aku tidak mirip ulat bulu. Enak saja!” Balas Mayra kesal.

Setelah makan, Mayra yang hendak membereskan bekas makan mereka membuat selimutnya melorot.

“Lihat? Kamu benar-benar mirip ulat bulu. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menahan diri."

Mayra menutup tubuhnya kembali.

“Ingin jalan-jalan ke luar? Pantai di malam hari sangat indah. Kudengar akan ada pesta kembang api juga,” ajak Malvin.

”Aku mau. Aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu,” balas Mayra semangat. Dia langsung berlari ke kamar dan mengganti pakaiannya.

Malvin yang menunggu di depan pintu menatap Mayra yang keluar dengan dress putih tipis. Meski lengannya panjang dan bawahannya sampai betis, bagian belakangnya terbuka dan memamerkan punggung mulus Mayra.

“Ada banyak makanan juga di sana, aku melihatnya dari balkon. Pasti menyenangkan,” ujar Mayra.

“Ya, cepatlah,” ucap Malvin dingin.

Mereka pun berjalan santai menuju pantai.

Malvin menatap mata Mayra yang berbinar itu. Wanita yang tersenyum bahagia itu membuatnya ikut mengulum senyum.

“Aku dalam masalah,” gumamnya.

“Malvin, lihat itu!” Mayra menarik lengan pria itu dan membawanya ke kerumunan orang-orang. Mereka sedang mengantri untuk membeli ikan bakar, cumi panggang, dan makanan khas laut lainnya.

Mereka pun membelinya dan melanjutkan perjalanannya.

Malvin menatap Mayra yang berlari kecil ke bibir pantai. Wanita itu berbalik menatapnya dan tersenyum manis.

Bibir indahnya menggumamkan terimakasih. Aksi yang berhasil membuat Malvin kembali tersenyum.

“Baiklah Bella, daddy tidak akan melepaskan mommymu.”

LIMERENCE Where stories live. Discover now