Tentu saja, menjadi seorang ibu di usia remaja adalah pengalaman yang unik dan penuh tantangan bagi Bilqis. Sebagai seorang ibu muda, mungkin ada perasaan campur aduk yang dirasakan oleh Bilqis. Dia mungkin merasa senang dan bangga menjadi ibu, tetapi juga mungkin merasa cemas atau khawatir karena tanggung jawab yang besar.
Bilqis mungkin juga menghadapi beberapa kesulitan atau rintangan yang khusus bagi ibu remaja, seperti mengatur waktu antara merawat anak dan menyelesaikan pendidikan atau mencari pekerjaan. Namun, dengan dukungan dan cinta dari Gus Al dan kamu, saya yakin Bilqis dapat menghadapi semua ini dengan baik.
Selain itu, menjadi seorang ibu di usia remaja juga bisa memberikan Bilqis kesempatan untuk tumbuh dan belajar bersama putri kecilnya. Mereka dapat menjadi teman yang dekat dan saling mendukung satu sama lain.
Gus Al yang baru pulang jam sembilan malam, melihat sang istri masih menggendong sang putri yang rewel. Merasakan sang ayah belum pulang ke rumah dari pasantren.
Gus Al langsung masuk rumah, merasa rumah sangat bising oleh tangisan sang putri kecilnya. Gus Al langsung naik ke kamar melihat sang putri.
“Sayang ayah, sebentar lagi ayah pulang. Kamu jangan rewel lagi yah. Bunda bingung harus bagaimana. Kamu gak mau minum asi. Jangan buat khawatir sayang.” Ucap lembut Bilqis.
Putri kecilnya bukan tenang, malah semakin kencang nangisnya. Bilqis bingung harus bagaimana menenangkan sang putri.
Ceklek...!!!!
Gus Al membuka pintu ruangan. Di tepi ranjang, Bilqis menangis karena bingung harus bagaimana.
“Sayang, kamu menangis. Putri ayah juga rewel kenapa Hmm? Kasihan bundanya ikut menangis,” Ucap Gus Al, berjalan menghampiri sang istri yang bersedih.
“Mas Al, Dede bayi nangis Mulu nyariin ayahnya,” Jawab Bilqis, berlari ke pelukan suaminya.
“Sayang, maafin Mas pergi ke pasantren dulu gak bilang kamu Sayang. Jangan menangis lagi. Mas gak bisa lihat kamu bersedih,” ucap Gus Al menyambut pelukan sang istri.
“Bagaimana buat gantinya, kita jalan-jalan sambil makan Sayang? Apa kamu mau cintaku?” sambung Gus Al.
“Hmm, sekarang udah malam Mas. Kasihan Ning Kecil kalau diajak keluar malam-malam,” jawab Bilqis, menatap sang putri yang tidur di gendongan sang ayah.
“Hmm, baik. Besok pagi kita main yah Sayang. Bawa Ning Kecil jalan-jalan pagi. Itu bagus buat putri kita,” Ucap Gus Al.
Bilqis yang mandi sedangkan Gus Al malah joged-joged saja, membuat Bilqis tersenyum ngakak.
Tentu, Gus Al akan mencoba membuat Bilqis tersenyum dengan menari! Gus Al bisa membayangkan dan menggambarkan tarian yang akan Gus Al lakukan untuk Bilqis.
Gus Al memulai tariannya dengan gerakan yang lembut dan mengalir, seperti daun yang ditiup angin. Gus Al menggerakkan tubuh dengan lemah lembut, mengekspresikan keindahan dan keanggunan dalam gerakan. Lalu, Gus Al meningkatkan energi dan memasukkan gerakan yang lebih dinamis dan riang, menggambarkan kegembiraan dan semangat.
Gus Al menggabungkan gerakan-gerakan yang beragam, seperti gerakan melingkar, gerakan tangan yang mengalir, dan gerakan kaki yang ringan. Gus Al menciptakan harmoni antara gerakan-gerakan tersebut, mencerminkan keindahan dan kekuatan dalam tarian.
Selama tarian, Gus Al juga memperhatikan ekspresi wajah dan memberikan senyuman kepada Bilqis. Gus Al berusaha untuk menghadirkan kebahagiaan dan keceriaan melalui tarian ini, dengan harapan bisa membuat Bilqis tersenyum kembali.
Ingatlah bahwa yang terpenting adalah niat Gus Al untuk membuat Bilqis bahagia dan tersenyum. Meskipun deskripsi tarian ini tidak bisa sepenuhnya menggambarkan tarian yang sebenarnya, Gus Al bisa menggunakannya sebagai inspirasi untuk menciptakan momen yang indah dan menghibur bagi Bilqis. Semoga tarian Gus Al bisa membuat Bilqis tersenyum dan membawa kebahagiaan dalam hidupnya.
“Mas lagi ngapain kenapa joged begitu sih?” ucap Bilqis cemberut melihat sang suami menari dengan dua perempuan.
“Ini untuk menghiburmu Sayangku. Kenalkan ini keponakan Mas, Naina dan Naima,” Jawab Gus Al.
“Hmmm,” Bilqis pergi langsung ke kamar ketika melihat suaminya dan kedua sepupunya.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Ke esokan paginya, Bilqis didatangi Ning Naura seorang diri. Di sana juga ada seorang bayi laki-laki yang sengaja ditinggal di depan pintu rumah Gus Al.
Tangisan bayi di luar rumah begitu keras sehingga terdengar ke lantai atas. Sedang kan Gus Al turun sambil menggendong Ning Kecil, segera turun mendengar tangisan seorang bayi laki-laki.
Bilqis segera membuka pintu depan. Dari sana, suara tangisan bayi terdengar. Gus Al juga ikut menyusul kepergian sang istri ke pintu depan.
Ceklek.....!!!!
Suara pintu terbuka lebar. Di depan pintu ada seorang bayi laki-laki di ranjang bambu. Entah siapa yang tega membuang bayi laki-laki yang begitu tampan itu.
Di dalam sana ada surat dan lengkap keperluan bayi di tas sebelah ranjang bambu itu. Bilqis segera menggendong bayi tersebut. Kasihan udara pagi hari sangat dingin, pas kebetulan Ning Naura datang.
“Assalamualaikum, Gus Al, Ning Bilqis dan Ning Kecil,” Sallam Ning Naura berjalan mendekat.
“Eh, ini bayi siapa Gus, Ning?” Tanya kembali Ning Naura.
“Walaikumsallam Kakak,” jawab keduanya.
“Ini, bayi baru kami temui di sini Kakak,” jawab Ning Bilqis, mengajak kakak iparnya masuk.
“Kakak, Kakak ke sini sama siapa? Kenapa gak bersaman Kakak Alzam dan Kakak Nura kesini?” Tanya Gus Al, mencari sosok sang kakak dari pagar rumahnya. Masih tertutup.
“Kakak ke sini sendirian. Abang gak tau kalau Kakak ke sini. Hanya izin ke sini sama Ummi dan Abi,” Ucap Ning Naura, tersenyum menyembunyikan wajah cantiknya dalam kesedihan.
“Hmm, semoga bayi yang tampan ini tumbuh menjadi orang Sholeh dan bertanggung jawab yah,” sambung Ning Naura.
“Ke terlaluan Kak Alzam kenapa membiarkan istrinya sendirian pergi ke sini,” Ucap emosi Gus Al, melihat sikap sang kakak gak adil sama kedua istrinya.
“Mas, sebaiknya kita ngobrol di dalam. Kasihan Kakak Naura nya capek habis perjalanan jauh ke sini,” jawab Bilqis, paham isi hati kakak iparnya.
“Ayo Kakak, kita masuk. Gak baik Kakak di luar rumah jam segini, lagi hamil pula,” ucap Gus Al, memimpin jalan untuk kedua wanita cantiknya.
“Kakak boleh minta tolong gendong bayi tampan ini. Iqis mau buat teh baut kita semua dan ada cemilan di dapur.” Jawab Bilqis tersenyum di cadarnya.
“Biar Kakak saja yang buat teh dan ambil cemilan buat kamu Sayang. Kalian duduk manis di sini,” ucap Ning Naura, berlalu ke arah dapur.
“Hmmm, biar Bilqis saja Kakak buat teh ya,” jawab Gus Al, tidak ingin merepotkan kakak iparnya.
“Tidak masalah, biar Naura saja yang buat,” ucap Ning Naura.
Setiba Ning Naura di dapur, di sana juga ada Azka, asisten pribadi Gus Al, lagi buat kopi dan teh buat mereka semua. Azka menyadari kehadiran Ning Naura.
“Hmm, Ning Naura, kenapa kok sedih?” ucap Azka tiba-tiba.
“Saya merasa posisi saya serba salah Kakak Azka,” jawab Ning Naura, menundukan kepalanya.
“Hmm, emang kenapa Ning? Kalau mau menangis lah biar hatinya tenang,” ucap Azka.
“Apa aku harus pergi dari kehidupan Gus Alzam Kak?” Ucap Ning Naura, menangis tersedu-sedu.
Azka yang melihat air mata Ning Naura, langsung mendekatinya dan memeluknya.
“Sssttt, jangan menangis. Kamu kuat, Naura. Kamu tidak sendiri. Azka akan selalu ada untukmu,” ucap Azka menenangkan.
“Kak, aku benar-benar lelah. Aku gak sanggup lagi untuk hidup seperti ini. Aku ingin hidup tenang dan bahagia. Aku ingin bersama Gus Alzam, tapi aku takut membuat Nura sedih,” ucap Naura di pelukan Azka.
Azka hanya bisa mengelus lembut rambut Naura. Ia mengerti perasaan Naura. Ia juga merasakan sakit hati yang sama saat melihat Naura menderita karena hubungannya dengan Gus Alzam.
“Naura, kamu harus berjuang untuk kebahagiaanmu. Jangan biarkan orang lain menentukan jalan hidupmu. Kamu harus berani untuk memilih apa yang terbaik untukmu,” ucap Azka.
“Kak, aku takut kehilangan Gus Alzam. Aku takut dia akan membenciku,” ucap Naura.
“Naura, percayalah. Gus Alzam mencintaimu. Dia hanya bingung dan takut untuk membuat kesalahan. Beri dia waktu untuk memahami perasaannya. Ajaklah dia bicara dari hati ke hati. Ceritakanlah semua perasaanmu,” ucap Azka.
Naura terdiam, merenungkan ucapan Azka. Ia merasa sedikit tenang setelah mendengar ucapan Azka. Ia memutuskan untuk berbicara jujur pada Gus Alzam dan menyelesaikan masalah mereka berdua.
“Kak, terimakasih. Kamu sudah memberikan aku kekuatan,” ucap Naura tersenyum.
Azka hanya tersenyum dan mengelus lembut rambut Naura. Ia berharap agar Naura dapat menemukan kebahagiaannya. Ia juga berharap agar Gus Alzam dapat memahami perasaannya dan memilih Naura sebagai istrinya.

YOU ARE READING
Dihamili Anak Kyai
RandomBilqis seorang gadis remaja yang baru berumur 15 tahun yang dicintai oleh CEO muda sekaligus kakak iparnya.