Setelah menunggu hujan reda aku akhirnya dapat kembali ke rumah malam ini, meskipun dalam keadaan sedikit basah karena terkena rintik gerimis. Tak ku pedulikan tubuhku yang menggigil kedinginan.
Aku segera menuju kamar mandi. Ku lepaskan pakaian yang aku kenakan hingga tidak ada sehelai benang pun. Aku berdiri di depan cermin besar di hadapan ku.
Untuk beberapa saat, aku merasa bahagia dapat melihat perutku yang sedikit mulai membuncit. Itu artinya sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu.
Namun kebahagiaan itu sirna saat aku kembali mengingat apa yang aku lihat di rumah sakit tadi.
Melihat bagaimana perlakuan Mas Livai pada Milea terlihat jelas ada sesuatu yang tidak biasa. Egois kah aku jika hati kecilku begitu tak rela saat melihat tangan suamiku memayungi Milea sementara aku yang istrinya sendiri malah kehujanan.
Duh, sadarlah Juminten, tidak seharusnya kamu menuntut diperhatikan oleh Mas Livai. Hatinya saja bukan untukmu.
~💙❤️~
Setelah mandi, aku duduk sambil menonton televisi.
Tok tok tok
Aku menghentikan aktivitas ku saat menyadari ada yang datang. Aku segera membukakan pintu. Tapi betapa terkejutnya aku saat di hadapan ku bukan hanya Mas Livai, tapi juga Milea.
"Jumin, mulai malam ini, Milea bakal tinggal bareng kita untuk sementara waktu. Gue harap lu gak keberatan," jelas Mas Livai tak berekspresi.
Ini aku gak salah dengar kan? Membawa wanita lain masuk ke rumah kami bukan kah hal yang agak aneh?
Tanpa perlu meminta persetujuan dariku, Mas Livai segera menggenggam tangan Milea untuk masuk. Milea hanya diam menurut, ia menunduk. Dia tidak seperti Milea yang aku temui sebelumnya, senyumannya seakan redup.
"Mil, malam ini lu tidur di kamar ini ya, anggap aja rumah sendiri," ucap Mas Livai pada Milea sambil menunjukkan kamar yang dimaksud.
Anggap rumah sendiri? Padahal dia gak pernah tuh bilang kayak gitu ke aku sebagai istrinya sendiri.
Aku hanya diam memperhatikan bagaimana Mas Livai begitu perhatian pada Milea. Sedangkan aku hanya dibiarkan begitu saja.
Ya ampun, kenapa juga aku merasa cemburu disaat aku tau perasaanku hanya untuk Rangga, bukan Mas Livai.
"Hiks.. gue takut Liv.. gi-gimana ini.." Milea berbicara terbata-bata sambil menangis.
"Gapapa kan ada gue, lu gak usah takut," jawab Mas Livai.
"Tapi Liv, gue takut anak gue nanti lahir disebut anak haram, gue gak mau Liv hiks.."
Apa? Milea sedang hamil juga?
Mas Livai memeluk Milea yang masih saja menangis, "Hei, kan gue udah bilang gak usah takut, gue bakal tanggung jawab, jadi dia gak bakal disebut anak haram," ujar Mas Livai yang membuat ku semakin kaget.
Apa anak yang dikandung Milea sekarang adalah buah cinta mereka?
Milea yang baru saja mendengar ucapan Mas Livai kini terlihat lebih tenang.
"Udah ya, jangan nangis," kata Mas Livai sambil menyeka air mata yang ada di pipi Milea.
Tanpa dapat aku kendalikan pipiku sudah dipenuhi air mata.
Apa mereka sadar telah melakukan sesuatu hal yang kurang pantas untuk dilihat oleh seorang istri sah di sini?
Cukup, aku tidak ingin lebih lama menyaksikan ini.
Aku segera pergi ke dalam kamar. Aku lebih dulu berbaring di tempat tidur, menarik selimutku lalu bertingkah seolah sedang tidur.
Dalam beberapa saat kemudian, aku seperti merasakan ada seseorang ikut naik ke atas ranjang. Aku rasa itu adalah Mas Livai
"Juminten, lu udah tidur?" Tanya Mas Livai.
Aku tak melakukan gerakan apapun.
"Minten, apa yang Milea bilang tadi itu.."
Suaranya terjeda, aku rasa dia ingin mengatakan sesuatu yang sulit untuk diucapkan.
"Anak yang dikandung sama Milea bukan anak gue. Sebenarnya gue gak ada maksud apa-apa ngomong gini ya sama lu, cuma gue gak mau aja lu mikir gue sebrengsek itu, disaat udah punya istri tapi masih ngehamilin cewek lain. Gue gak gitu Jum."
Kemudian dia menjelaskan semua alasannya membawa Milea ke rumah ini.
Jangan-jangan sedari tadi Mas Livai menyadari gerak gerik ku yang seakan tidak terima dengan apa yang baru saja aku lihat kah?
Tapi baguslah jika dia menyadari hal itu, jadi aku tak perlu berpikiran negatif lagi tentangnya.
~💙❤️~
Livai POV
Malam ini gue bawa Milea pulang ke rumah gue. Gue gak bisa biarin dia sendiri dalam keadaan gini, gue takut dia nekat ngelakuin hal yang aneh.
Jujur gue agak khawatir bawa dia pulang, gimana ya perasaan Juminten. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, buat apa mikirin Juminten? Secara gitu loh, hati Juminten kan hanya milik Rangga. Lagian itu rumah punya gue, jadi gue bebas bawa siapa aja yang gue mau.
Gue emang sengaja bawa Milea pulang, mengingat kondisi dia yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik aja.
Gue baru tau tadi siang kalau ternyata Milea hamil.
Dia hamil anak pacarnya, yang katanya sih seorang pengusaha sukses, tapi anehnya sampai sekarang pacarnya gak bisa dihubungi sama sekali, Milea bahkan sampai datang ke rumahnya tapi pacarnya gak ada di sana.
Gue sebagai sahabat gak mungkin dong biarin dia sendiri, apalagi Milea sangat takut pulang ke rumah orang tua nya.
Gue gak mikir apa-apa lagi pokoknya, yang penting Milea ada di pengawasan gue. Sebisa mungkin gue akan lindungi dia dan bayinya.
Setidaknya itu yang gue pikirin saat ini. Tapi apa Juminten sama sekali gak terganggu melihat suaminya dengan wanita lain?
Tapi dari yang gue lihat, dia kayaknya ngerasa gak nyaman dan langsung pergi begitu saja ke kamar setelah lihat gue nenangin Milea tadi.
Kenapa gue bisa tau? Karena gue sempet curi-curi pandang buat ngelihat gerak geriknya Juminten.
Apakah dia cemburu? Jika dia emang menunjukkan reaksi cemburu, itu artinya gue ada peluang buat masuk ke hati dia.
Kenapa juga gue merasa diri gue mulai aneh dan berbeda gini tiap dekat dia belakangan ini.
Ini kalian semua pada maklumin perbuatannya Livai gak?
Menurut kalian Livai juga udah mulai menyadari 'perasaan'nya sama Juminten gak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelet Halal [ON GOING]
RomanceIngin membuat si gebetan jatuh hati secara instan tanpa mendapatkan penolakan sedikitpun? Pakai pelet cinta solusinya! Tapi takut dosa karena musyrik? Tenang saja karena pelet yang dipakai bukan berasal dari dukun, melainkan pelet versi halal lewa...