❐⛓07. Perbaikan Kegagalan

3.7K 287 1
                                    

"Sekarang, mari menginterogasi pria berjubah hitam ini!" ajak Wilona.

Dengan bantuan Martha, Wilona bisa mengikat pria berjubah hitam yang sedari tadi mengintipnya. Awalnya Wilona penasaran untuk membuka jubah hitam yang menutup kepala pria itu. Namun, tiba-tiba pria itu menjatuhkan sebuah surat dari balik jubahnya. Spontan, Wilona mengambil kembali surat itu, untuk memastikan jika orang ini adalah orang yang kemarin memberinya surat.

"Tidak ada gunanya menangkapku. Aku datang ke sini hanya untuk memberimu sebuah benda penting, yang mungkin akan kau gunakan ke depannya nanti," pesan pria itu.

Wilona mengernyitkan kening, dari tulisan dan bau suratnya, Wilona bisa menebak jika pria ini memang pria yang sudah menolongnya. Namun, anehnya dia tidak bisa menghilang begitu saja, seperti malaikat maut yang ada di dalam bayangan Wilona. "Tunggu, jangan-jangan kau sebenarnya bukan malaikat maut? Atau aku salah menebak? Jika bukan malaikat maut, kenapa kau memiliki sihir untuk menyelamatkanku dulu? Sebenarnya apa maumu?"

Pertanyaan Wilona yang beruntui malah membuat Martha pusing sendiri. Dia tak mengerti dengan apa yang sedari tadi Wilona katakan. "Menolong? Malaikat maut? Apa maksud Anda Nona? Kenapa Anda mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal?"

Wilona terdiam beberapa saat. Setelah itu, dia meminta, "Ah, aku lupa. Sepertinya pria ini tak akan berbicara, jika kau masih ada di sini Martha. Tolong, masuk ke kamarku dulu. Aku ingin berbicara empat mata saja dengan pria ini. Ada beberapa hal yang mungkin akan membuatmu sakit kepala."

Akhirnya Martha mengangguk, sementara Wilona sendiri mulai melepaskan tali pada pria yang dia tangkap. Setelah talinya lepas, pria itu berniat kabur lagi, tetapi obat pelumpuh pada kakinya mulai bekerja. Dia melihat anak panah yang menancap di sana, sebelum Wilona mencabutnya tanpa aba-aba. "Maafkan aku. Aku tak akan melakukan semua ini, jika kau tak mengintipku dan bersembunyi diam-diam. Lagi pula, kupikir kau adalah malaikat maut yang sakti."

Wilona menggeleng-gelengkan kepala. Setelah itu dia berkata, "Sebelum aku memberimu obat penawar untuk kakimu. Aku ingin kau menjawab semua pertanyaanku. Setelah itu, aku baru akan mengobatimu. Ya?"

Pria berjubah itu akhirnya mengambil pena dan kertas di dalam jubahnya. Dia menulis beberapa kata, kemudian menyerahkannya di depan Wilona. "Apa yang ingin kau ketahui lagi? Intinya, takdir memberimu kesempatan untuk memperbaiki masa depan, lewat pilihanmu di masa ini. Jadi, jangan buang-buang waktu untuk menginterogasiku dan kerjakan saja."

Setelah membaca apa yang ditulis pria berjubah hitam, Wilona menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Aku penasaran, kenapa kau tiba-tiba datang menolongku dan mengantarku ke zaman ini? Apa untungnya bagimu?"

Pria berjubah hitam itu mengambil kertas yang Wilona pegang. Setelahnya dia menulis, "Di masa depan, kerajaan mulai kacau karena lenyapnya putri mahkota yang dicintai rakyat. Banyak rakyat yang berdoa, kau masih hidup. Jadi, aku kembali ke masa lalu untuk membuatmu tetap hidup di masa depan."

"Sayangnya karena kekuatanku lemah, aku tak bisa kembali ke masa depan. Lalu malah membawamu ke masa lalu. Jadi, manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya."

Wilona mengangguk mengerti. "Kupikir setelah kemati*nku, Matthias akan hidup bahagia. Ternyata? Kerajaan malah dilanda kekacauan."

Wilona menebak, "Jadi, kau menyelamatkanku supaya masa depan kerajaan baik-baik saja?"

Pria berjubah itu menganggukkan kepala, tanpa bersuara sedikit saja. Hal itu memancing rasa penasaran Wilona. "Kau sepertinya malaikat maut yang perhatian. Aku sebenarnya tak peduli pada kehidupan kerajaan ini ke depannya nanti. Lagi pula, penghianatan Matthias cukup membuatku muak, dan tak ingin bersama pria itu lagi. Aku hanya ingin hidup tenang bersama keluargaku di sini."

Sudut bibir Wilona turun sedikit demi sedikit. Dia ingin meratapi nasibnya, tetapi pria berjubah hitam tiba-tiba menjulurkan sebuah cap kerajaan. "Cap kerajaan? Untuk apa kau memberiku ini?" tanya Wilona.

Tanpa suara, pria berjubah hitam itu memberikan sebuah surat lagi kepada Wilona. Wilona kembali membacanya, "Cap ini akan mempermudahmu untuk hidup di kerajaan ini. Apalagi mendapatkan dukungan dari para bangsawan, untuk debutmu sebagai kepala keluarga."

Wilona tersenyum tipis. Dia sudah merasa sangat terbantu, karena diselamatkan dari kemati*n. Lalu sekarang? Pria ini memberikannya bantuan lagi. "Aku masih belum tahu, apa untungnya untuk dirimu, jika kau menolongku," tanya Wilona sembari meremas cap kerajaan di tangannya.

"Jadilah Kepala keluarga yang baik, dan hiduplah sesuai dengan keinginanmu," pesan pria berjubah hitam itu.

Wilona tak tahu apa yang pria itu inginkan. Dia hanya berkata tentang kepentingan Wilona sendiri. Sementara dirinya? Setelah obat pelumpuh semakin mereda dari kakinya, pria itu langsung berlari meninggalkan Wilona dengan pertanyaan besar di kepala.

"Mungkin saja dia malaikat maut, yang tak ingin melihatku menderita dan juga ingin mengabulkan keinginan rakyat. Seharusnya aku bersyukur, ada malaikat yang mau membantuku. Walaupun dia sendikit aneh," gumam Wilona.

Setelah kepergian pria berjubah hitam itu, Martha datang menghampiri Wilona. Dia tak tahu apa yang sedang Wilona bahas dan apa yang dimaksud Wilona. "Sebenarnya dia siapa, Nona? Apa dia berbahaya untuk Anda?"

"Tidak. Dia mungkin saja tidak berbahaya, karena dia sering menyelamatkanku. Tapi, tetap saja kita harus waspada. Tak ada orang yang bisa dipercaya, selain diri kita sendiri," ungkap Wilona sembari menatap ke arah rembulan.

Bulan bersinar terang di kegelapan malam. Ketika langit semakin diselimuti kegelapan, saat itu juga Wilona melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Gadis itu melihat cap yang diberikan pria berjubah hitam, kemudian menutup kelopak matanya beberapa saat. "Semoga semuanya baik-baik saja."

•••

Pagi hari. Wilona sudah bersiap-siap untuk menimba ilmu lagi. Dia sengaja mandi lebih awal, kemudian sarapan dengan wajah cerah. Niat Wilona adalah datang lebih awal di tempatnya belajar, untuk memperhatikan hal apa yang sedang terjadi di kerajaan. Namun, ketika Wilona tengah sarapan di ruang makan, tiba-tiba seorang pelayan datang membawa kabar baru untuk Wilona.

"Nona Wilona! Ada berita besar untuk Anda!" peringat pelayan itu.

Wilona yang ingin memasukkan roti ke dalam mulut, langsung berhenti bergerak. Dia menatap heran ke arah pelayan itu, apalagi melihat sangat pelayan berjalan terburu-buru ke arahnya. "Ada apa? Kenapa kau sampai berlari-lari? Tenang saja."

Pelayan itu tak bisa tenang. Dengan napas terengah-engah, dia menunjukkan sebuah surat kerajaan untuk Wilona. Setelah itu, dia menjawab, "Aku tak tahu isi surat ini apa, Nona. Tapi, di luar banyak sekali kesatria kerajaan yang mampir ke sini!"

"Silakan baca dulu suratnya. Sepertinya ini dari salah satu anggota kerajaan," ungkap pelayan.

Wilona menaruh roti miliknya di meja. Setelah itu, dia membuka amplop surat dan mulai membaca isi dalam surat itu.

••• 

••• 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Crowned Princess's Retaliation [✓] [Revisi] #MeanieWhere stories live. Discover now