❐⛓21. Misteri Jubah Hitam

1.2K 115 1
                                    

"Akhirnya aku bertemu denganmu lagi."

Wilona tak tahu, ekspresi apa yang sedang digunakan pria berjubah hitam. Wajah pria itu tertutup oleh jubah panjang. Wilona bahkan tak bisa melihat ujung hidungnya sedikit pun. Namun, wanita itu bisa merasakan pegangan pada pinggangnya yang mengerat.

Apalagi ketika tanah yang diinjak pria berjubah hitam, tak kuat menahan beban tubuh keduanya. Tanah itu retak, hingga akhirnya gumpalan tanah terjatuh sedikit demi sedikit. Bersamaan dengan tubuh Wilona dan juga pria berjubah hitam yang ikut turun ke jurang.

Seharusnya Wilona berteriak panik, atau takut. Namun, rasa takut Wilona dibungkus oleh pelukan hangat pria berjubah hitam itu. Dia membawa Wilona ke dekapannya, lalu membalik posisi supaya Wilona mendarat di tubuhnya.

Angin berembus, menerbangkan daun-daun yang berguguran. Wilona menutup kelopak matanya, bersiap mendarat ke tanah yang keras. Namun, Wilona tak merasakan sakit sedikit pun. Dia baru sadar, jika tubuhnya tak jatuh ke tanah, melainkan sebuah genangan air yang cukup dalam.

Suara dua orang manusia jatuh terdengar di sebuah sungai. Wilona mulai merasakan air sungai menyentuh kulitnya. Bersamaan dengan mengeratnya pelukan pria berjubah hitam. Tak butuh waktu lama, bagi pria itu berenang ke tepi sungai. Sembari membawa Wilona, dan jubahnya yang memberat karena diisi air.

"Malaikat." Kepala Wilona menyembul ke atas sungai. Dia ikut membantu pria berjubah hitam untuk berenang ke tepian, setelah itu dia menatap penasaran kepada pria itu. Wilona tak peduli pada basahnya tubuh, atau pun gelapnya malam. Dia malah semakin terpancing untuk mendekat ke arah pria berjubah hitam, lalu mengajukan sebuah pertanyaan dengan napas terengah-engah.

"Malaikat. Apa yang kau lakukan di tempat tadi? Apa kau sebenarnya tahu aku akan mendapatkan masalah di sini, oleh karena itu kau membantuku?"

"Ke mana saja kau selama ini?"

"Ada banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan padamu."

"Apa kesibukan yang sedang kau alami, kenapa kau tidak bertemu denganku lag---"

Pertanyaan Wilona yang beruntuy langsung terhenti, ketika pria berjubah hitam itu menjulurkan jari telunjuknya di depan bibir Wilona. Dia menarik dan mengeluarkan napas dengan terengah-engah. Lalu dia memberi isyarat kepada Wilona untuk berhenti bertanya, sampai Wilona terdiam.

"Maafkan aku. Ada banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan padamu, karena aku sudah lama tidak melihatmu lagi, Malaikat," jelas Wilona sembari menundukkan kepala.

"Tapi sepertinya, lebih baik aku segera mencari jalan keluar dari tempat ini. Aku harus segera memberikan obat pada adikku," jelas Wilona.

Di tengah gelapnya hutan malam hari. Wilona tak bisa melihat jelas sosok pria di depannya. Bahkan, cahaya rembulan yang bersinar pun, tak cukup membuat Wilona tahu jelas siapa pria di hadapannya. Karena pria itu memakai jubah panjang, dengan sebuah ukiran aneh.

Jemari pria itu turun, untuk menyentuh leher sampai jatuh ke bahu Wilona. Dia mengernyitkan kening, lalu melirik ke kiri dan ke kanan untuk mencari baju hangat untuk Wilona. Ingin rasanya, dia melepas jubahnya dan melindungi Wilona dari dinginnya angin malam. Namun, jubahnya sendiri pun basah, dan dia menggunakan jubah itu untuk menutup identitas aslinya dari Wilona.

Wilona sadar, dengan gerak-gerik pria yang selalu melindunginya ini. Wanita itu tersenyum lalu menyentuh jemari tangan pria itu. "Tak perlu khawatir. Ini hanya angin kecil."

"Meskipun aku tahu, setelah tercebur aku mungkin akan masuk angin dan jatuh sakit. Tapi setidaknya, aku masih memegangi botol obat ini," jelas Wilona dengan senyuman tipis.

Meskipun Wilona tersenyum, tetapi tubuhnya menggigil kedinginan. Harus Wilona akui, jika dirinya memang mulai merasakan angin menyelimuti tubuhnya. Oleh karena itu, Wilona menyentuh jubah pria di depannya. Dia menawarkan, "Jubahmu juga basah. Apa kau tak berniat melepas jubahmu sebentar? Aku rasa, jubah basah itu terlihat berat kau bawa-bawa."

Ucapan Wilona tak dibalas. Karena pria berjubah hitam malah memegang erat tangan Wilona. Tanpa sepatah kata pun, pria itu mengajak Wilona untuk pulang ke istana dengan berjalan kaki. Sementara Wilona sendiri, menerima ajakannya tanpa berpikir dua kali.

Wanita itu setia membuntuti pria di depannya. Dia menahan rasa dingin yang merambat ke seluruh tubuhnya. Bersamaan dengan angin nakal, yang beberapa kali membuka bagian baju Wilona.

Wilona berulang kali memperbaiki bajunya untuk tidak terlalu menempel ke tubuh, atau pun menunjukkan beberapa bagian tubuhnya. Lalu kegiatan yang sedang Wilona lakukan, disadari pria berjubah hitam. Pria itu tiba-tiba berhenti berjalan. Dia berjongkok, dan sedikit merobek bagian baju rakyat biasa yang sedang Wilona pakai.

Wilona terkejut dengan apa yang pria itu lakukan. Namun, Wilona sama sekali tak menghentikan apa yang dilakukan pria itu. Dia bahkan membiarkan pria itu menalikan kain itu ke mata Wilona, sampai akhirnya penglihatan Wilona semakin gelap. "Eh? Apa yang ingin kau lakukan padaku?"

Wilona sama sekali tak merasa curiga. Dia juga masih diam, ketika merasakan sebuah kain tebal melapisi tubuhnya. Jubah pria di sampingnya ternyata mudah kering. Lalu setelah kering, dia tak ragu menyelimuti tubuh Wilona dengan jubah miliknya.

"Kau benar-benar tak ingin aku melihat rupamu? Padahal aku sangat penasaran, apakah kau setampan malaikat yang ada di dalam bayanganku selama ini?" tanya Wilona sembari tersenyum.

"Tapi, tidak masalah jika kau tak ingin menunjukkan rupa aslimu di depanku. Aku tidak mempermasalahkan hal itu," ucap Wilona.

Wilona kembali merasakan genggaman tangan pria di sampingnya. Pria itu membimbing Wilona untuk melepaskan diri dari hutan. Sampai akhirnya, kesunyian malam mengingatkan Wilona pada genggaman tangan besar Matthias, saat keduanya menghabiskan satu malam bersama.

"Tunggu." Wilona meraba-raba telapak tangan, sampai nadi pria di sampingnya. Semakin diteliti dengan kelopak mata tertutup, Wilona bisa merasakan debaran yang sama. Saat dia berdekatan dan menyatukan diri bersama Matthias.

"Tidak mungkin. Ini pasti hanya pikiran burukku saja. Tidak mungkin, Matthias adalah..."

Langkah Wilona dan pria berjubah hitam terhenti. Walaupun mata Wilona tertutup kain, tetapi Wilona bisa merasakan cahaya berterbangan di depan matanya. Perlahan tapi pasti, sudut bibir Wilona terangkat ke atas. Dia menebak, "Di tempat ini pasti banyak sekali kunang-kunang!"

Tebakan Wilona dibalas anggukan kepala pria berjubah hitam. Selain cahaya bulan, dan cahaya bintang. Gelapnya langit malam juga, didampingi oleh cahaya kunang-kunang di tengah hutan.

Tanpa permisi, pria berjubah hitam mengambil botol obat Wilona. Dia memasukkan beberapa kunang-kunang, supaya dirinya dan Wilona memiliki lampu di tengah gelapnya malam.

Niat awalnya memang ingin menjadikan kunang-kunang sebagai senter. Namun, tiba-tiba pria berjubah hitam itu terbatuk beberapa saat. Dia merasakan dadanya menyesak, bersamaan dengan dinginnya angin malam yang menyentuh tubuh.

Jelas saja, Wilona khawatir pada pria berjubah hitam itu. Dia melirik ke arah pria itu, dengan kening mengernyit. Wilona ingin tahu keadaan pria itu. Namun, gerakannya malah membuat kain di kepalanya merosot ke bawah. Kedua kelopak mata Wilona terbebas dari ikatan kain, sampai akhirnya Wilona bisa melihat jelas wajah pria berjubah hitam, dengan bantuan kunang-kunang.

"Kau?!"

••• 

••• 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Crowned Princess's Retaliation [✓] [Revisi] #MeanieWhere stories live. Discover now