❐⛓29. Mau Tak Mau (2)

1K 95 3
                                    

Penawaran terakhir Matthias diambil Wilona tanpa berpikir dua kali. Pada akhirnya, Matthias berhasil membawa Wilona pergi ke tempat baru untuk memanah. Sejak menginjakkan kaki di tempat itu, Wilona bisa mencium udara segar, dengan mata yang melirik ke kiri dan ke kanan

Wilona penasaran tentang keberadaan Martha saat ini. Hingga akhirnya, matanya melihat seorang wanita berpakaian kesatria, tengah mengajari Jun cara memanah. Wanita itu menggerutu, sesekali memegang erat tangan Jun, dan mengarahkannya tepat ke papan sasaran. "Kau ini Raja, tapi sangat payah dalam pekerjaan kecil seperti ini," gerutu Martha.

Wilona tersenyum, karena ternyata tak ada yang berubah dari Martha. Wanita itu masih tetap menjadi kesatria. Padahal, dia sudah menjadi wanita Raja. Namun, Martha tak mempunyai niat untuk mengambil peran ratu sedikit pun. Dia lebih berminat pada pedang dan anak panah.

"Syukurlah, Martha tampak baik-baik saja," gumam Wilona.

Meskipun begitu, Wilona merasa sedikit bersalah. Dia melihat Martha dan Jun terus berdebat. Jun berpura-pura tak bisa memanah untuk mencari perhatian Martha. Sementara Martha yang mudah tersulut emosi, tak segan-segan melukai Jun dengan ujung panah.

"Seandainya mereka bertemu lebih awal, apakah sikap Martha pada Jun akan ketus seperti ini juga?" gumam Wilona merasa bersalah.

Ketika Wilona mulai merasa bersalah, tiba-tiba Martha berbalik ke arahnya. Wanita itu tersenyum, kemudian menundukkan kepala untuk memberi hormat pada Wilona. Meskipun sekarang, pangkat Martha melebihi Wilona, tetapi bagi Martha, dirinya masih tetap pengawal pribadi Wilona.

"Putri mahkota! Anda juga datang ke mari? Apa Anda ingin mencoba bermain anak panah? Saya akan  memba---" Tawaran Martha pada Wilona langsung terhenti, ketika Jun memeluk tubuhnya dari belakang, kemudian meminta Martha kembali mengajarinya lagi.

Pada akhirnya, Wilona hanya tersenyum sembari menggenggam erat busur panah. Terbesit niat untuk mencoba memanah, akan tetapi Wilona tak tahu bagaimana cara melakukannya. Dia terus mengamati anak panah itu, sampai akhirnya Matthias datang dan memeluknya dari belakang. Dia mengangkat busur Wilona, lalu membuat Wilona menggenggam erat anak panah miliknya.

"Lepaskan," bisik Matthias. Hanya dalam hitungan detik saja, anak panah yang diarahkan ke papan langsung menusuk tepat di tengah. Wilona tersenyum senang. Meskipun dia risi dengan kehadiran Matthias, akan tetapi hal itu tak bisa menyembunyikan fakta jika Matthias membantunya untuk belajar memanah.

•••

Selesai berlatih dan memanah, Wilona berniat untuk berganti pakaian. Namun, sebelum Wilona melangkahkan kakinya ke tempat ganti, langkah Wilona sudah lebih dulu berhenti di tengah jalan. Tepat di bawah pepohonan rindang, dia bisa mendengar suara Martha dan Jun yang sedang mengobrol.

Wilona pikir, keduanya sedang berdebat sengit. Dia jadi takut, dirinya adalah penghalang hubungan Martha dan Jun. Namun, ketika Wilona mengintip Martha dan Jun, dia mengernyitkan kening. Tepat di depannya, Martha mengukung Jun ke pohon besar. Wanita bermata runcing itu tak segan-segan, menyentuh kancing baju pria di depannya. Sembari memberikan pandangan menggoda.

Martha berkata, "Yang Mulia, aku hanyalah seorang kesatria yang senang berlatih. Maaf, jika anak panah kasarku, melukai kulit lembutmu."

Jun tersenyum kecil, kemudian menyatukan keningnya pada Martha. Dia membuat Martha berjinjit, sembari menyentuh pipi Martha. Keempat mata mereka bertemu, dan Jun meminta, "Aku dengar kesatria di kerajaan ini sangat bertanggung jawab. Jika benar, kau berhutang bertanggung jawab mengobati jemariku, bukan?"

Martha menyentuh jemari Jun, dia mengecup jemari itu, kemudian berkata, "Bagaimana cara mengobatinya? Di sini tak ada kotak obat."

Jun berbisik, sembari menyentuh bibirnya sendiri. "Kau harus mencium di sini, supaya sakitnya berkurang."

"Memangnya bisa?" tanya Martha.

"Buktikan lah sendiri," jawab Jun.

Martha melingkarkan tangannya ke leher Jun, setelah itu keduanya menyatukan bibir satu sama lain tanpa aba-aba. Martha tahu apa yang harus dia lakukan, begitu pula dengan Jun yang sudah siap menerima pergulatan bibir bersama Martha. Keduanya saling merasa satu sama lain, mereka tak mempedulikan alam semesta. Termasuk Wilona yang langsung memalingkan wajahnya malu.

Diam-diam Wilona tersenyum, dan berkata, "Mau bertemu lebih cepat atau lambat, kenyataan bahwa mereka memang berjodoh tak akan bisa tergantikan. Syukurlah."

Wilona memutuskan untuk pergi, dan membiarkan Martha memadu kasih di bawah pohon rindang. Namun, kaki Wilona tak sengaja menginjak ranting, sampai ciuman Martha terlepas, dan Jun bersuara, "Siapa di sana?!"

Wilona hampir ketahuan, telah mengintip keduanya bermesraan. Namun, untungnya Matthias sudah lebih dulu menariknya untuk bersembunyi di balik tembok besar. Pria itu menarik pinggang Wilona mendekat, kemudian berbisik, "Wanita nakal. Kau diam-diam mengintip orang yang sedang berduaan. Biarkan mereka menghabiskan waktu untuk bersama."

"Jika kau ingin meniru apa yang mereka lakukan, aku ada di sini. Kau tak perlu ragu untuk memintanya padaku," jelas Matthias.

•••

•••

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
The Crowned Princess's Retaliation [✓] [Revisi] #MeanieOù les histoires vivent. Découvrez maintenant