|1.18| 𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐇𝐎𝐒𝐓

149 51 86
                                    

••

Suara alat monitor terdengar mendominasi. Tangisan, tawa, langkah kaki, maupun suara suara manusia yang mengobrol terdengar begitu pelan, seakan-akan kehidupan itu begitu jauh darinya.

Hingga suara suara itu semakin pelan, dan akhirnya hilang teredam dengan alat monitor yang terdengar nyaring, dan garis yang dimonitor melurus menandakan seseorang itu telah menghembuskan nafas terakhirnya.

"Mati!! Kau seharusnya mati!!"

"Dasar anak tidak berguna, menyusahkan!"

"kau memang pantas mendapatkan nya."

"Saya menyesal melahirkan anak tak tau malu seperti mu."

"Jalang"

"Hahahaha"

"AHAHAHAHAHAH"

Terdengar suara seseorang yang tak dikenalinya saling bersahutan tepat ditelinga nya. Dialam bawah sadarnya, gelap menyelimuti nya, berlari menghindari suara suara yang membuatnya terasa sesak.

Suara tawa yang menertawakan nya, umpatan yang ditujukan untuknya, dan suara pukulan serta cambukan membuat kakinya melemah.

Ia ambruk, menutup telinga kala suara itu masih menghantui nya.

"Kembalilah, kumohon.."

"Aku merindukanmu,"

"Jangan tinggalkan aku,"

Mendengar suara lembut yang familiar tersebut, membuat rasa cemas dan gundahnya seketika meluap, setitik cahaya menyilaukan matanya.

Gadis itu berdiri, menatap lekat cahaya itu dari sela sela jemarinya.

Kakinya pelan melangkah mendekati cahaya tersebut. Setelahnya, langkahnya terhenti, lengannya menyentuh cahaya kilau tersebut.

Tit tit tit tit tit..

Dokter serta suster yang telah mencabut alat alat bantu itu terhenyak tatkala jemari itu bergerak, ventilator yang baru saja dilepaskan, tapi pasien yang detak jantungnya kini secara perlahan membuka kelopak matanya.

Tangan suster hanya mengudara, menatap tak percaya pada gadis tersebut, begitupula dengan laki laki yang sempat merasa sedih akan tiadanya seorang gadis yang ia tolong beberapa tahun silam.

"Sudah ku duga..," gumam sang dokter kemudian tersenyum tipis.

"D-dia hidup lagi?" Gagu laki laki berperawakan tinggi, rahang tegas, serta dahi yang berkerut saat ini.

Sang dokter itu menyeringai "tentu saja."

Dokter itu- Min Yonggi, menatap tanpa ekspresi kearah laki laki tersebut.

Lenguhan terdengar, suster pun kembali akan memasangkan infus pada punggung tangan gadis tersebut. Namun, yonggi berseru pada suster itu

"Dia tidak memerlukan itu lagi," sang suster pun mundur dan mengangguk patuh, kemudian pamit undur diri.

Tinggal lah, mereka bertiga di ruangan bernuansa putih dengan khas bau obat obatan yang menguar, dan seorang gadis terbaring lemah, menatap kedua pria tersebut dengan tatapan lirih.

Dia- Kim Sohyun, mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa kaku tak bisa digerakkan. Bibirnya bahkan tak dapat menyuarakan pertanyaan yang sangat ingin ia tanyakan.

"Istirahatlah terlebih dahulu, sendi sendi mu pasti terasa kaku sebab telah koma beberapa tahun"

Sohyun hanya diam, tak menanggapi pria berpakaian ciri khas dokter tersebut. Netra nya bergulir menatap persekitaran ruangan.

Tidak siapapun yang jumpai dari kalangan saudara apalagi keluarga nya.

"Apa kau ada merasakan sakit?" Tanya laki laki yang tak dikenalinya.

"Biarkan dia istirahat terlebih dahulu," ucap yonggi sebelum beranjak meninggalkan dua sejoli berbeda gender tersebut.

Di Koridor rumah sakit, yonggi berjalan santai, tersenyum menyeringai saat tak sengaja ia melihat siluet seseorang yang jelas dikenalinya.

Sohyun menatap kosong atap atap bernuansa putih, pikirannya melalang buana memikirkan suara seorang laki laki yang mampu melenyapkan bisikan bisikan yang menghantuinya.

"Apa aku pernah mengenal pemilik suara itu?" Batin Sohyun berpikir.

Mengabaikan sosok lain yang duduk di ujung sofa, menatapnya dengan lekat lekat.

••

Esoknya, seperti biasa. Taehyung akan melakukan rutinitas seperti biasanya, berbeda dengan yang dulu, kini penampilan Taehyung terlihat tak seperti biasanya.

Dasi yang terpasang dengan asal, rambut yang acak-acakan, serta serag yang kusut tak di setrika.

Ekspresi nya bertambah datar, menatap pantulan dirinya dari cermin.

"Sialan!" Umpatan itu merupakan pembukaan dari perkataannya.

Setelahnya, Taehyung memakai sepatu tanpa mengenakan kaos hitam putih terlebih dahulu. Bahkan abai dengan isi tas nya yang belum ia isi sesuai mata pelajaran hari ini.

Taehyung benar benar berantakan, ia tak lagi tapi seperti dulu lagi. Jiwa pemberontak nya memberontak meminta untuk mengambil alih.

Bukannya berjalan kearah sekolah, Taehyung malah melangkah menuju kesebuah mansion besar yang terlihat mewah dihadapannya saat ini.

Dari kejauhan, Taehyung dapat melihat sepasang suami istri memasuki mobil yang tak kalah mewahnya.

Taehyung tersenyum menyeringai "Bukankah seharusnya ini milikku?"









TBC

Kan kan kan, Thoris mah anak baik😋

Mwhehehe, vote vote vote ya Cok, komen juga🤞

See you 💜

𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐇𝐎𝐒𝐓 [✓]Where stories live. Discover now