|2.00| 𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐇𝐎𝐒𝐓

142 47 51
                                    

*DUA BULAN KEMUDIAN

Di sebuah ruangan remang remang, serta aroma alkohol dan asap rokok menguar di seluruh ruangan.

Seorang pria bertubuh kekar dengan tatto naga terlihat dilengan nya. Menyesap nikotin nya santai, dengan kaki yang menyilang, menatap seseorang dihadapannya yang kini bersimpuh.

Senyuman seringai terpatri diwajahnya, kembali menyesap nikotinnya kemudian menghembuskan asap tersebut dengan kepala yang mengadah keatas

"Kau!!" Hardik seseorang itu masih berani melawan sang lawan disaat posisinya telah kalah telak.

Sang empu tak menyahut, ia masih menghisap dan menghembuskan nikotinnya tanpa memperdulikan sanderanya yang kini masih berani melawan.

"Sialan, lepaskan aku brengsek!! Apa kau tuli?!!" Teriakan itu menggema, semua mata menatap kearahnya tajam.

Sedangkan sang empu yang diteriaki masih tak mengindahkan amarah seseorang itu.

Merasa tak direspon, ia kembali memberontak. Namun, semakin ia memberontak, semakin erat pula tali yang mengikat tubuhnya.

"Akhhh- lepaskan aku..," teriaknya disela ringisan nya.

"Biadab!! Brengsek, kau bajingan!!"

"Berisik!" Tanpa rasa kasihan, ia melemparkan nikotinnya kearah wajah pria itu hingga terdengar erangan kesakitan yang memekakkan telinga.

"Ayo berbicara lagi!" Titahnya dengan suara lembutnya.

Orang itu tak lagi berani bersuara, ia hanya menggeleng seraya menahan rasa terbakar di wajahnya, lebih tepatnya di pipi kanannya.

"Kenapa? Bukankah tadi kau berkoar koar?"

"M..maa-umphh"

"Sungguh, suara mu mengganggu gendang telinga ku." Ia mencengkram kuat surai korbannya kemudian berkali-kali membenturkan kepala itu ke ujung meja yang berbahan kaca tersebut.

Tak peduli sudah berapa banyak darah mengucur keluar dari kepala korbannya, ekspresi nya santai, namun senyuman kepuasan terpatri diwajah tampan nya.

"Cobalah untuk kembali berbicara," titahnya lagi disaat korbannya telah menutup kedua matanya, dan nafasnya yang melemah.

"Sial, aku tidak suka diabaikan." Ia beranjak kemudian mengambil sebuah belati kesayangannya.

Meraih lengan korbannya yang telah terkapar, lalu menusuk pergelangan tangan itu hingga mengeluarkan darah yang kental.

Ia tersenyum puas lagi, dirasa akan mati ia menyudahi permainannya. Ia berdiri dan menatap bawahannya yang sadaritadi setia berdiri didepan pintu masuk.

"Hubungi Dokter." Titahnya singkat, bawahannya pun mengangguk tanpa banyak bertanya.

Mengetahui apa yang akan dilakukan oleh tuannya. Menyakiti, kemudian disembuhkan, lalu kembali menyakiti, begitu terus sampai korbannya mati dengan sendirinya.

"Ah.. aku jadi merindukan gadis ku." Gumam nya tersenyum misterius.

Tanpa berkata lagi, pria dengan berlumur darah itu meninggalkan ruangan tanpa menoleh kebelakang lagi.

Di setiap langkahnya, senyuman nya tak pernah pudar memikirkan gadisnya.

••

Sedangkan disisi lain, Sohyun menatap pemandangan kota yang padat dari kamar apartment milik seseorang yang membantunya.

Memangnya, setelah terbangun dari komanya, apa yang diharapkan Sohyun dari keluarganya?

Tidak ada, setelah kehilangan anak kembar mereka pun, kini mereka masih bisa hidup seperti biasanya, bahkan terlihat sangat baik baik saja, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Sohyun menghela nafas panjang, menatap sedih pemandangan dihadapannya. Kedua orangtuanya sampai kapanpun tidak akan pernah merasa bersalah terhadapnya apalagi merasa sedih kehilangannya.

Mereka telah merasa cukup sebab masih memiliki anak laki-laki yang penurut seperti, yeonjun.

Sohyun menyugar surai panjang kecoklatan nya, tatapan sendu nya kini berubah menjadi tatapan datar, tanpa ekspresi.

Sibuk memikirkan kehidupannya yang menyedihkan, Sohyun dikejutkan dengan suara pintu kamar yang terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu.

Sohyun menoleh dan mendapati laki laki yang telah menolongnya dan dengan sukarela memberikan nya tumpangan hidup.

"Maaf ya, aku tidak mengetuk pintu terlebih dahulu." Ucapnya tidak enak hati.

Sohyun tak berani protes, ia hanya tersenyum tipis "tak apa, lagipula ini milikmu." Balas Sohyun ramah

Laki-laki itu terkekeh kecil "baguslah, jika kau sadar diri," ucapnya pelan yang tak didengar Sohyun dengan baik

"Ya?" Tanya Sohyun yang tak mengerti apa yang dikatakan laki-laki itu.

"Ah tidak, aku hanya ingin memberikan mu ini." Laki laki itu menyodorkan sebuah kotak berukuran kecil kearah Sohyun.

Sohyun menatap bingung kotak itu, dengan gerakan lambat, Sohyun menerima kotak bewarna hitam polos tersebut.

"Apa ini?" Tanya Sohyun sambil mengamati kotak itu.

Laki laki tak menyahut "kau pasti menyukainya." Bukannya menjawab pertanyaan Sohyun, laki laki menjawab diluar pertanyaan Sohyun.

Sohyun mengangguk kecil, tak ingin ambil pusing, ia pun berterima kasih "terimakasih.." dan hanya dibalas anggukan oleh laki laki tersebut.

Laki-laki itu pun lantas pergi begitu saja, Sohyun menatapnya heran, bertanya tanya. Sebenarnya ada apa dengan laki laki itu, dia terlihat aneh, dan begitu cuek dengannya, namun mengetahui apa kesukaan dan tidak disukainya dalam hal kecil.

Sohyun heran dibuatnya, laki-laki itu selalu membantu nya namun ekspresinya seakan mengatakan jika ia tidak ikhlas.

Sohyun menatap Lamat kotak pemberian laki-laki itu, ia menelengkam kepalanya "kita kira siapa namanya? Sadari dulu, ia tidak pernah mengatakan siapa namanya.." Sohyun menghela nafas panjang

"Kenapa dia membantu ku, disaat kami tidak saling mengenal satu sama lain. Apakah karena rasa kasihan?" Gumam Sohyun, kemudian menipiskan bibirnya kesal.


















TBC

Pendek pendek aja dulu🗿

Entar panjangnya ada di anu-

Sudah ya, maaf typo bertebaran and ada kata yang tidak dipahami.

Seharusnya tanpa diingatkan pun, harus tau, cara menghargai karya penulis di wattpad.

Oke, see you 💜

𝐓𝐇𝐄 𝐆𝐇𝐎𝐒𝐓 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang