16. Rencana Untuk Perubahan

98 13 0
                                    

🌟🌟🌟

Malam ini Yura mengunci dirinya di kamar.

Sejak Sei pulang bahkan dia gak ketemu Yura, lalu sekarang dia lagi berdiri di depan pintu adiknya, membawa nampan makan malam.

"Dek. Buka. Lo belum makan."

Tapi sudah sejak lima belas menit Sei di situ, dirinya diabaikan terus.

"Bentar aja. Temuin gue."

Tetap gak ada jawaban.

"Ya udah gak usah nemuin gue. Ambil aja makanannya. Lo ada maag."

Masih sunyi.

Pegel juga tangannya, Sei meletakkan itu ke meja yang tak jauh, lalu duduk di sofa. Lantai dua ini juga ada tempat untuk menonton televisi, Sei duduk di situ sambil menunggu.

"Lo marah sama gue karena gak nganter balik?" Agak keras suaranya biar Yura bisa dengar. "Maaf. Udah, jangan marah lagi, Dek."

Padahal Sei mau main games, tapi kalau adiknya lagi seperti ini, mana bisa tenang sih Sei. Dia abang, dikasih tanggung jawab oleh orang tuanya buat jaga si adek. Apalagi cuma ada mereka berdua di rumah ini, harus bisa saling jaga.

Kembali mendekati pintu, kali ini Sei mengetuk cukup lembut. "Buka, Yura. Gue bakalan diem aja deh, gak ngomong atau nanya apa-apa. Janji."

Nyaris menyerah, lima menit kemudian pintu itu akhirnya terbuka, ada senyum lega di paras tampan sang kakak.

"Akhirnya, loㅡ" Namun suaranya tertelan, Sei kaget lihat kondisi Yura. Pucat. Mau bertanya, tapi dia udah buat janji tadi gak mau ngomong apapun.

Jadi Sei mengambil nampan makanan tadi lalu memberikannya ke Yura.

"Biarin gue masuk kamar lo ya? Gue bakalan tetep diem."

Yura masuk lebih dulu dan membiarkan Sei juga ikutan ke kamarnya. Menemani Yura makan, Sei duduk diam di tepi kasur adiknya.

"Maag gue kambuh, terus sore tadi ternyata datang bulan. Makanya gue pucat." Yura memberitahu. "Gue udah minum obat kok."

Sei mengangguk pelan. Dia mau bertanya; tadi pulang sekolahnya gimana?

Tapi harus tetap pada janjinya, Sei tetap diam.

"Gue pengen naik motor sendiri ke sekolah, Bang. Gue bisa kok. Janji deh, gue bawanya hati-hati, gak ngebut. Biar gue gampang pulang sekolahnya."

Nafas Sei cukup panjang terdengar. Dia berpikir, apa itu ide bagus? Tapi kalau diingat lagi, memang tidak selamanya dia dan Yura akan bisa satu motor bareng. Pasti ada aja urusan yang buat mereka gak bisa bareng, kayak tadi sore contohnya.

"Oke. Boleh." Sei bersuara hanya untuk menjawab.

Senyum Yura tercetak, lalu kembali makan dengan perasaan lebih baik.

"Makasih, Bang."

🎸

Di rumah Kaiser yang sepi, malam ini TONGKRONGAN SENAR berkumpul. Membahas masalah tadi sore, soal Yura, Rin dan Kaiser.

Lelaki bersurai blonde ombre itu sedang galau, berkali-kali membuang nafas gusar, duduk tak tenang di sofa.

"Brengsek! Gara-gara tuh cowok gak jelas, gue yang jadi kena getahnya!"

Aiku lagi rebahan di karpet, menonton televisi, lalu melirik. "Deketin secara alus aja kalau gitu, ganti cara lo, Kai."

"Puyeng gue, Bang."

Otoya tumben gak nempel sama HP, dia malah sibuk makan mie kuah rasa soto. "Jadi Yura beneran marah sama lo? Muak sama lo?"

"Gak usah diperjelas, Toy." Sumpah, Kaiser tambah gak mood.

"Atau lo mau nyerah aja? Gue yang menang berarti kan?" saran Aiku, sambil tersenyum senang.

"Gak akan gue nyerah." Karena Kaiser pasti akan mendapatkan apa yang dia mau, apalagi cewek, harusnya mudah. "Waktunya masih panjang. Gue gak akan berhenti di sini. Belum juga apa-apa."

"Gue salut sih sama semangat lo itu, Kai. Coba aja lo pake buat ngejar nilai pelajaran." Karasu mencoba meledek, untuk meringankan suasana.

Shidou baru gabung setelah tadi melipir ke dapur, ambil makanan, tangan kanan dan kirinya penuh. Udah kayak di rumahnya sendiri.

"Tapi kalau Yura udah ngancem kayak tadi bakalan tambah susah tuh cewek dideketin. Main kasar aja lo gak bisa, gimana main alus coba? Yura tuh harusnya di-gas."

Iya, Shidou ada benarnya, dikit. Makanya Kaiser jengkel, pusing, gak ada ide sekarang.

"Intinya tetep deketin Yura tapi kali ini lebih tulus, lo minta maaf sama semua tingkah laku lo yang udah buat dia marah." Otoya memberikan jurus andalan menaklukkan hati wanita versinya. "Di mata Yura pasti nanti lo jadi versi yang baru. Gue jamin, dia bakalan welcome lagi ke lo. Malah bisa aja Yura juga ikutan alus."

"Gue lagi males mikir, jadi gue pake aja ide lo, Toy." Kaiser menepuk pundak sobatnya itu.

Tekadnya masih besar, Yura harus bisa dia genggam, entah itu tangannya, hatinya, bahkan egonya.





◆◇◆◇◆◇◆◇





---
Kaiser be like: "Apa itu nyerah? Gak ada di kamus gue."
Wuanjaiii 🤟

And, aku buat Nagi jadi abangable alias abang yg pengen ku punya di rl 🤍

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENARWhere stories live. Discover now