27. Tanpa Aba-Aba

73 10 0
                                    

🌟🌟🌟

Sore harinya, rintik hujan turun lagi, tapi tak terlalu deras.

Di jam empat sore, Yura dan TONGKRONGAN SENAR sampai di rumah Kaiser. Mereka parkir di garasi, sudah kebiasaan.

Yura bonceng Karasu, karena paling mending. Karasu juga yang menawarkan dan Otoya tadi sih bonceng Aiku.

"Ser! Kita masuk ya!" Otoya izin dulu, formalitas.

"Iya! Masuk aja, sekalian makan juga boleh. Oke, makasih, Kai!" Bukan Kaiser yang menjawab, tapi Shidou yang langsung nyelonong masuk.

"Dia emang gak waras," bisik Karasu di sebelah Yura yang menahan tawa.

Saat pintu terbuka, aroma dari pengharum ruangan dan dinginnya AC menyapa lebih dulu. Disusul pemilik rumah yang berjalan pelan, Kaiser masih pucat dan terlihat lemas saat melakukan tos sederhana dengan teman-temannya.

Lalu Kaiser terpaku pada kehadiran Yura, gak menyangka kalau ada gadis itu di sini, di rumahnya.

"Lo jengukin gue? Demi apa?" Kaiser tertawa geli, suaranya cukup serak.

"Mau bayar utang katanya." Otoya memberitahu sambil cekikikan. Lalu menyusul Shidou ke dapur.

Sial, Yura malah diledek.

"Cuma mau tau aja sih." Yura akhirnya bersuara, berdehem untuk menghilangkan canggung.

"Biarin bumi dijadiin kosan bentar buat mereka berdua." Aiku mendorong Karasu buat menjauh, agar memberi ruang untuk Kaiser dan Yura.

"Duduk, gue udah punya banyak patung hias. Gak mau nambah."

Meski lagi sakit masih aja bisa meledek. Tandanya udah baikan kondisinya, ya kan?

Yura duduk di ruang tamu, pintu ditutup karena hujan turun lebat di luar.

"Ini, buat lo." Dengan gerakan kaku, Yura memberikan bingisan kecil berisi buah-buahan segar dan kwetiau.

Kaiser menerimanya saja, toh udah diberi, sayang kalau ditolak. Meski Kaiser menahan tawa sih, bukannya dikasih makanan bubur yang identik sama orang sakit, ini malah kwetiau.

"Sama ini. Buat paket waktu itu." Yura memberikan uang ke cowok itu namun kali ini Kaiser menahannya.

"Gue bukan kurir beneran, anjir. Gak usah bayar segala."

"Tapi lo beli strawberry sebanyak itu kan keluar duit, ya kali gue gak bayar."

"Kan gue ngasih buat lo, bukan ngejual. Jadi gak usah bayar, Ra. Serius, gratis. Gak mahal juga."

Yura gak percaya, akhir-akhir ini harga buah lagi melonjak naik.

"Tabung aja duit lo."

"Ishhh, tapi gue gak enak tau. Selain itu ... gue baru tau lo ada alergi strawberry, harusnya lo bilang, waktu itu gue buat mochi strawberry dan gak lo makan. Gue kira lo emang gak suka. Tapi ternyata ada alergi."

Kaiser melengkungkan senyum kecil. "Karena menurut gue itu informasi kurang penting. Tapi karena lo udah tau, ya udah. Gue juga mau kali makan tuh mochi kalau gak alergi."

"Eh tapi, lo yang buat sendiri? Gue baru tau." Lalu dengan gaya buaya yang kembali muncul, Kaiser menyentuh dagu Yura dan membuat wajah mereka cukup dekat. "Segitunya lo mau buat gue terkesan. Sampai susah-susah buat mochi sendiri."

Yura mendelik, hembusan nafas Kaiser jadi terasa jelas, rasanya panas karena cowok itu masih belum sehat sempurna.

"Lo demen banget sih pegang-pegang dagu gue!" Dengan cepat Yura menarik wajahnya hingga sentuhan itu terlepas. "Gak usah GR! Itu gue sengaja biar strawberry-nya juga cepet habis!"

Kaiser ketawa lagi, kayaknya cowok itu kalau lagi sakit jadi sedikit berubah. Meski masih menyebalkan, tapi sedikit lebih tenang.

Yura jadi salah fokus sama penampilan Kaiser sekarang, rambutnya agak berantakan, tubuh tegapnya dibalut kaos pendek putih polos, celananya trening panjang warna hitam. Terkesan santai.

Gak, gak ganteng!
Biasa aja!

"Jadi lo udah lebih baik sekarang?" Yura mengalihkan pembicaraan, dia mengantongi lagi uangnya. Lumayan, bisa ngisi tabungan lagi.

"Udah otw sembuh ini, gara-gara lihat lo di rumah gue."

"Dih! Masih aja lo suka godain. Berarti emang gak sakit parah."

"Jangan sampai parah lha, Ra. Gue masih mau hidup, ketemu lo lagi. Belum juga kita jadian, masa udah harus saling meninggalkan."

Refleks Yura membuang muka ke arah lain, tahaann, godaan buaya jantan makin aneh buat hati gue. Ini kayaknya hati gue rusak deh.

Kaiser paham kalau gadis itu masih malu dan mungkin ragu, jadi Kaiser memilih makan kwetiau aja deh. Dari tadi udah makan buah, bosen.

"Gue boleh nanya gak?" Tanpa menatap, Yura bersuara.

"Apaan?"

"Lo ... kenapa suka gue? Kenapa harus gue? Pasti ada alasannya kan? Selama ini lo deketin gue juga pasti ada alasannya. Gak mungkin dari dulu lo suka sama gue dan baru deketin kemarin-kemarin."

Kaiser menghembuskan nafas, mengunyah makanan lalu setelah ditelan, barulah dia bicara.

"Udah satu bulan lebih gue deketin lo, Ra. Masa gak paham? Gue beneran suka sama lo. Kalau ditanya alasan, karena hati gue maunya lo. Gimana lagi?"

"Apa yang buat hati lo mau gue?"

Sejenak Kaiser menunduk untuk menatap tubuhnya sendiri, tepatnya di bagian hati. "Tuh coba jawab pertanyaan tuan puteri. Apa alasan lo mau dia?"

Barulah saat itu Yura mau menatap ke arah Kaiser, melihatnya bicara dengan diri sendiri membuat Yura harus menahan tawa. Terlihat lucu soalnya.

"Katanya karena lo udah buat gue berhasil ngerasa tertantang. Lo tau? Kebanyakan cewek yang gue godain langsung naksir gue, belum pernah jurus pesona gue ini gagal. Dan lo yang pertama, buat gue sampai cosplay jadi kurir paket lah, kasih waktu gue buat lo lah. Gue jadi keluar zona nyaman dan itu menyenangkan, Ra."

Kaiser menaruh makanan itu ke meja, lalu menarik lengan gadis itu untuk keluar dari rumah dan berdiri di teras, hawa dingin dari hujan langsung menyapa.

"Mau ngapain? Dingin, Kak." Yura sampai mengusap lengannya sendiri saat pegangan tangan Kaiser lepas.

"Boleh lo jawab perasaan gue sekarang, Ra? Entah apapun jawaban itu, gue terima. Sorry, gue gak bisa nunggu lama ternyata."

Kali ini tubuh Yura benar-benar seperti mau membeku, karena perkataan Kaiser ditambah udara dingin, astagaaaa. Double kill!

"Tapi kenapa harus di luar sih?"

"Ada lah. Gue udah siapin sesuatu setelah lo mau jawab perasaan gue. Janji, gue akan terima pilihan lo."

Terdengar begitu tenang, suara Kaiser walau serak dan sedikit lebih pelan dari biasanya namun berhasil membuat detak jantung Yura berantakan.

Gue ... harus dengerin kata hati atau otak sekarang?

ㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

◆◇◆◇◆◇◆◇


ㅤㅤ
ㅤㅤㅤ


---
Dimulai dari sini, siapkan hati buat chap² ke depan 😗✌

Salam,
zipidizi
---

TONGKRONGAN SENARWhere stories live. Discover now