Dinasti Husein Alfarizi

34 9 2
                                    

Malam ini, Wicaksono dan sang istri sengaja menunggu kepulangan Ais demi bisa mengobrol dengan putra semata wayang itu pasca pertemuannya dengan Vita.


Pria itu memilih duduk di ruang tamu berdampingan dengan Mikha--istrinya, serupa satpam yang sudah tidak sabaran untuk menginterogasi tersangka. Terutama Mikha yang sedari awal memang telat diberitahu jika ayahnya, Husein Alfarizi, punya niatan untuk menjodohkan putranya dengan putri Riswan, pemilik pabrik farmasi yang selama ini memasok obat-obatan ke rumah sakit. 


Maka begitu melihat Ais masuk ke dalam rumah pada pukul sepuluh malam, Wicaksono lantas melambaikan tangan dan meminta sang putra untuk langsung duduk bersamanya tanpa memberi kesempatan untuk sekadar berganti pakaian. 


Wicaksono dan Mikha bahkan seolah tidak peduli meskipun kini kelelahan dan kantuk tampak jelas mengelabukan wajah sang putra. 


"Kamu tadi jadi bertemu dengan Vita?" tanya Wicak tanpa basa-basi. Nadanya sengaja dibuat lebih tegas sebab ada Mikha di sampingnya. 


Alasannya, Mikha bukanlah jenis ibu yang akan memperlakukan Ais dengan lembut hanya karena dia anak tunggalnya. Dan dia tidak pernah suka jika sang suami bersikap kalem kepada Ais sebagaimana yang selama ini selalu Wicak lakukan jika berada di belakangnya. 


Ais mengangguk sekadar atas pertanyaan itu, dan menyandar lelah ke punggung sofa. 


Pemuda itu, pun tak sungkan untuk memejamkan mata sambil memijit pangkal hidungnya yang mancung demi menunjukkan rasa lelahnya di hadapan kedua orang tua.


"Gimana kesannya? Mama dengar, dia anak tiri Pak Riswan dan masih berstatus sebagai mahasiswi akhir di sebuah universitas ternama itu?" Mikha Alfarizi menyambung. 


Dia adalah wanita yang telah mewariskan kesempurnaan ragawi pada sang putra, Ais. Berstatus sebagai dokter spesialis bedah dan kini menjabat sebagai direktur rumah sakit Alfarizi Optimal Care yang amat disegani.


"Ais nggak terkesan sama sekali, Ma. Ais justru tertarik dengan Naina. Putri kandung Om Riswan yang nggak diakui."


Alis kanan Mikha terangkat naik. Menoleh sang suami--yang sebelumnya telah menceritakan soal Naina yang tunawicara dan tak diakui kepadanya--dengan tatapan kecewa yang nyata.


Lantas, wanita modis terawat berpotongan rambut pendek sebahu itu kembali menatap Ais saksama. "Mama nggak keberatan kamu menentukan pilihan sendiri soal jodoh. Tapi Mama minta, kamu tetap mencari wanita yang sepadan. Keluarga Om Riswan, oke. Mama nggak ada masalah soal status sosialnya karena selama rumah sakit kita bekerja sama dengan perusahaannya, nggak pernah ada masalah. 


"Tapi  ... kalau dia sampai nggak mengakui putrinya sendiri, bukankah perlu dipertanyakan kualitas internal keluarga mereka seperti apa? Apa kamu akan menikahi wanita yang--"

Cinta untuk si BisuWhere stories live. Discover now