2 || Penghianatan

24 11 0
                                    

        Cukup lama aku menjalani hari yang sama seperti biasa, hanya ada satu perbedaan, yaitu kehadiran Nanda. Aku dan Nanda semakin dekat, hanya seperti rembulan yang membentuk jarak antara kita. Sampai suatu saat Nanda mengajakku untuk bertemu saat hari libur, tentu saja aku mau.

        Aku pergi dan berbincang dengannya di sebuah kedai yang berhadapan dengan sekolahku. Aku sangat senang tanpa berhenti tersenyum. Siapa yang akan terlihat murung jika berhadapan dengan pujaan hati.

        Setelah lama mengobrol ia menanyakan sesuatu. “Kamu temannya Sintia ya?” Tanya-nya, sebenarnya aku biasa saja saat ia menanyakan hal itu, Tapi…

        “Iya, nomormu juga dari dia, kenapa?” Entah mengapa aku merasa ia sedang memikirkan sesuatu dan tidak enak untuk mengatakannya padaku. “Kenapa, kamu mau bicara tentang dia?”

        “Kamu tau sesuatu tentang perasaan dia?” dia menghela nafas sebentar. “Dan sebenarnya tujuanku mengajakmu bertemu hari ini untuk membicarakan hal ini”

        Pikiranku kotor, aku beranggapan Nanda akan mengatakan ia menyukai Sintia. Tapi aku juga ingin tau apa yang ingin ia katakana sebenarnya. “Tidak tau, ada apa dengan perasaannya?”

        “Dia menyukaiku”

        Kata itu, kata itu bukanlah kata yang aku takutkan keluar dari mulut Nanda, apa maksudnya? Siapa yang menyukainya? mana mungkin Sintia?. Semua pertanyaan itu terlintas dipikiranku.

        “S-siapa yang menyukaimu?”

        “Sintia” dia menunduk dan lanjutkan bicaranya. “Sintia menyukaiku, dan aku tau kamu juga menyukaiku”

        “Kamu tau semuanya?” Dia mengangguk “Lalu apa maksudnya ini?”

        “Aku Tanya, Kenapa kalian lakuin ini?” Nanda menatapku dengan tatapan serius, sedangkan aku terheran dengan pertanyaannya. “Kalian itu sahabat, kenapa kalian bersaing demi aku?”

        Tak bisa aku berkata apapun saat itu, apa yang dia katakan seakan membuatku kehilangan pita suara, mungkin ia melihatku seperti tidak percaya, lalu Nanda menunjukkan ponsel-nya dan menyuruhku membaca semua chat yang slama ini dibicarakannya dengan Sintia.

        Apa yang ia lakukan, aku kecewa, dia sahabatku, mana mungkin dia lakukan ini padaku, mengapa dia juga menyukai orang yang kusukai?, padahal ia tau aku menyukainya.

        “Jadi tujuan aku ngajak kamu kesini sebenernya ingin bicara sesuatu, aku tidak akan ganggu kamu lagi, aku tidak mau adanya aku malah bikin jarak antara kamu dan Sintia, aku suka salah satu dari kalian, tapi aku juga tidak bisa memilih, jadi aku putuskan untuk tidak ada untuk kalian lagi”

        “Tapi Sintia tidak suka sama kamu, dia bilang dia suka sama Raka, bukan sama kamu”

        “Semua yang kamu katakan itu kebalikan dari apa yang Sintia bilang, meskipun apa yang kamu bilang benar, aku akan tetap pada keputusanku, maaf ya” Nanda melontarkan senyuman dan beranjak dari duduknnya. “Aku pulang dulu, kamu hati-hati ya”

        Semuanya seperti mimpi, jika ini benar apakah aku bisa mengulang hari, dimana aku bicara tentang Nanda pada Sintia, jika tau akan begini, takkan pernah aku memberitaunya soal Nanda.

        Jadi, pendekatan kemarin adalah awal dari rasa kehilangan. Apapun yang Sintia katakana padaku saat itu palsu, Apa yang aku lakukan, dan apa yang Sintia lakukan itu sekarang, memang harus semestinya terjadi.

 Apapun yang Sintia katakana padaku saat itu palsu, Apa yang aku lakukan, dan apa yang Sintia lakukan itu sekarang, memang harus semestinya terjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejak💗

RAKA 2021Where stories live. Discover now